Syaichona.net- Organisasi terbesar yang dipimpin oleh al-Maghfurlah RKH. Fakhrillah Aschal di Bangkalan selain NU selama ini adalah Jam’iyah Thoriqoh asy-Syadziliyah dan Fakher’s Mania.
Setelah ditinggalkan oleh beliau, para anggota dari dua organisasi tersebut sangat bersedih dan merasa kehilangan, sehingga langkahnya terkesan berjalan tanpa tentu arah.
Membaca kondisi tersebut, RKH. Muhammad Nasih Aschal (Ra Nasih) sebagai adik kandung dari al-Marhum yang selama ini memang bertugas sebagai ketua umum Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil (PPSMCH) dan anggota DPRD Jatim, mulai bergerak cepat, guna merangkul kembali para anggota dari dua organisasi tersebut, agar kembali bersemangat meneruskan perjuangan al-Marhum membumikan dzikir dan shalawat.
Untuk itu, pengurus pusat Fakher’s Mania mengadakan rapat koordinasi pada hari Senin 30 Mei 2022 yang ditempatkan di kediaman al-Marhum RKH. Fakhrillah Aschal, komplek PPSMCH. Perkumpulan itu dihadiri oleh hampir seluruh pengurus Fakher’s Mania (FM) pusat, dan seluruh ketua FM dari setiap kecamatan di Bangkalan. Dari majelis keluarga PPSMCH, hadir RKH. Muhammad Nasih Aschal dan Lora Muhammad Thoifur Ali Wafa.
RKH. Nasih Aschal tidak khawatir, kalau shalawatan ini akan bubar pasca ditinggalkan wafat oleh al-Marhum, sebab menurut beliau, kalau sekedar shalawatan itu mudah, siapapun bisa melakukannya. Akan tetapi yang beliau khawatirkan, adalah sikap fanatisme buta yang akan menjangkiti para Ahbab Syadzili dan Fakher’s Mania terhadap al-Marhum yang seakan kalau bukan beliau, maka tidak ada lagi yang mampu memimpin dua organisasi besar ini.
Jika dibiarkan demikian akibatnya mereka akan patah semangat, tidak mau bergerak lagi meneruskan perjuangan suci ini.
Padahal masih banyak para penerus beliau yang bisa menggantikan posisi beliau, juga dengan misi dan tujuan yang sama. Ada saudara-saudara beliau yang juga gemar bershalawat; seperti RKH. Nasih Aschal, RKH. Karror Aschal. Di samping itu juga masih ada putra beliau, dan menantunya (Lora Nain dan Lora Muhammad).
Dulu, pada kisaran tahun 2010 RKH. Nasih, RKH. Karror dan bersama al-Marhum sering bershalawat dalam satu majelis. Beliau-beliau saling bergantian membawakan sebuah lagu shalawat. Lalu kemudian, dengan mulai banyaknya undangan dari masyarakat, akhirnya beliau-beliau mendirikan majelis-majelis sendiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Dan menurut RKH. Nasih Aschal, shalawatan itu hanya sekedar rutinitas yang siapapun bisa melakukannya, yang sulit adalah menumbuhkan rasa cinta kepada shalawat di hati masyarakat, sehingga ini menjadi tanggung jawab kita semua, dan tugas berat yang tiada akhirnya.
Kalau hanya sekedar bershalawat, tidak harus menunggu orang banyak, berdua, bertiga pun jadi. Jangan sampai jadi malas bershalawat gara-gara tidak dihadiri oleh orang banyak.
Memang pada kenyataannya, RKH. Fakhrillah Aschal bershalawat setiap malam dari satu tempat ke tempat yang lain tidak pernah menunggu orang banyak. Beliau tetap memulai bershalawat meski hanya bersama satu, dua orang. Bersamaan dengan itu, kemudian orang-orang mulai berdatangan dan majelisan pun menjadi ramai.
Suatu ketika al-Marhum pernah bercerita kepada saya, bahwa beliau pernah diundang orang untuk bershalawat di acara manten. Beliau hadir lebih awal, sehingga belum banyak orang yang datang.
Tuan rumahnya mengatakan, “Ghik sobung oreng kakdintoh, kiaeh.” (Masih belum banyak orang, kiai)
“Sampean ngunjheng kuleh kan untuk a sholawatan, benni ngantos bennyaeh oreng.” (Sampean ngundang saya kan untuk bershalawat, bukan untuk nunggu banyaknya orang) jawab Kyai tersenyum.
Kemudian, kyai naik ke atas panggung, mulai membaca shalawat, dan orang-orang pun terus berdatangan.
Semoga dengan perkumpulan itu, semakin mengukuhkan semangat berdzikir dan bershalawat, serta semangat membumikan dzikir dan shalawat di hati masyarakat. Amin.
Oleh : Shofiyullah El-Adnany
Publisher : Fakhrul