“Luar biasa sekali RKH. Fakhrillah Aschal, beliau sangat cerdas sekali dalam berdakwah kepada masyarakat, karena tanpa harus bertengkar dengan sesama muslim, tanpa harus bertengkar sesama maduranya, beliau mampu mengajak masyarakat untuk berkumpul, bersholawat, dan mendengarkan mauidzoh.” Tutur KH. Marzuki Mustamar
Terbukti dengan cara beliau berdakwah menggunakan sholawat, banyak masyarakat yang tertarik dan berbondong-bondong meramaikannya. Mulai dari yang masih kecil, anak-anak, remaja sampai yang tua sekalipun ikut serta dalam majelis sholawatnya beliau RKH. Fakhrillah Aschal.
Selain itu, Beliau juga terkenal kiai yang sangat dermawan sekali, karena beliau sering sekali ketika pengajian membawa hadiah souvenir seperti tasbih, parfum, buku, surban dll untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat, khususnya anak-anak kecil. Bahkan pernah mengadakan saembara yang berhadiah mobil milik beliau pribadi bagi masyarakat yang mampu menghadiri 15 majelis sholawat beliau dalam satu hari.
Masyarakatpun merasa sangat gembira akan hal itu, karena jarang sekali atau bahkan belum ada kiyai yang sama seperti beliau, yang setiap hari setiap malam mengajak dan menemani masyarakat untuk bersholawat, serta membagi-bagikan hadiah besar-besaran kepada mereka.
Menurut KH. Marzuki Mustamar “kiai siapapun tidak ada yang mampu menghadiri 15 titik undangan seperti kiai Fakhri. Selain itu, dengan metode dakwah RKH. Fakhrillah Aschal ini, masyarakat awam yang biasanya kalau ada kiai sedang berceramah melihat dari jauh-jauh, berubah mendekat kepada kiai Fakhri karena ingin bersholawat dan tabarrukan pada beliau.”
“kalau Bangkalan bersholawat tentu mudah sekali menangkal wahabi, karena wahabi tidak suka maulid, dan itu metode dakwah yang belum terpikirkan oleh kami dari PWNU.” Sambung KH. Marzuki Mustamar saat ziaroh dan tahlil bersama di Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan.
Menurutnya, beliau RKH. Fakhrillah Aschal dalam menjadi pegasuh di Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil masih menjaga dan mengutamakan metode tabarrukan dan taalluman yang kuat sekali sebagaimana masa Syaichona Moh Cholil, tabarrukan artinya mengabdi atau berkhidmat kepada kiai dan pesantren, sedangkan taalluman artinya belajar dengan sungguh-sungguh macam-macam ilmu agama
Sehingga dengan metode tersebut dulu santri-santri Syaichona Moh Cholil hampir semuanya menjadi kiai-kiai besar seperti Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ary, KH. Wahab Hasbullah, KH. As’ad Samsul Arifin dan masih banyak lagi kiai-kiai besar yang menjadi santri Syaichona Moh Cholil Bangkalan.
Author : Fakhrullah