Syaichona.net- Beliau bernama Lora Muhammad Iskandar Dzul Qarnain (Lora Nain), putra keempat dari al-Maghfurlah RKH. Fakhrillah Aschal, lahir 23 Juli 2005 di Bangkalan.
Saat ini beliau bertindak menggantikan posisi sang ayah yang telah pergi ke Rahmatullah untuk selamanya, didalam meneruskan undangan shalawatan di masyarakat yang tersisa di bulan Syawal tahun ini, dengan jumlah 362 titik dari keselurahan undangan yang ada.
Diusianya yang masih terbilang sangat muda untuk mengemban tugas berat sang ayah, beliau memaksakan diri untuk berani tampil, tegar dan tersenyum di hadapan orang banyak, meski mungkin hatinya sedang gundah dan tidak sedang baik-baik saja.
Kadang beliau ditemani oleh kedua sepupunya di atas panggung, yakni Mas Aad dan Mas Ifan (tidak menyebutkan nama lengkap). Kadang juga ditemani oleh kakak iparnya, yakni Mas Dafa (Lora Muhammad Thoifur Ali Wafa).
Kata orang, beliau ini yang paling mirip wajahnya dengan al-Marhum, terlebih saat tersenyum.
Beliau sangat tawaduk, berbudi luhur dan suka tersenyum. Itu saya saksikan sendiri ketika beberapa kali menghadiri undangan sholawatan. Saat orang menyalaminya, beliau menundukkan wajah, dan tak henti-hentinya mengatakan “Sakalangkong” berkali-kali kepada orang-orang.
Seperti biasanya, ketika al-Marhum dulu menghadiri undangan shalawatan selalu membawa hadiah berupa aksesoris dan mainan untuk dilemparkan ke hadapan penonton.
Lora Nain juga demikian, meniru seperti abahnya. Tapi ketika mau melemparkan hadiah yang berupa buku tulis terutama yang ada foto abahnya di sampul bukunya, beliau tidak berani melemparkan buku itu, tapi di taruh di sebelahnya supaya diambil sendiri bagi yang mau.
Semua ini saya ceritakan, agar saya dan para muhibbin yang lain tidak larut dalam duka (karena ditinggal al-Marhum), sehingga tetap semangat meneruskan misi dakwah al-Marhum – memasyarakatkan shalawat dan menshalawatkan masyarakat.
Dan mau mengawal serta menemani Lora Nain di dalam meneruskan amanah dari sang ayah.
Karena saya teringat dulu ketika Lora Syamim al-Firdaus (sekarang sedang menimba ilmu di Tarim Hadramut), kakak Lora Nain mewakili undangan abahnya di Arosbaya. Setelah besok harinya saya sowan kepada al-Marhum, beliau mengatakan, “Sakalangkong se a bherengin tang anak.” (Terima kasih sudah menemani anakku).
Tapi saya belum mengerti apa maksud kyai mengatakan itu. Setelah diulangi dua kali, baru saya paham, yakni beliau berterima kasih kepada saya karena telah menemani putranya bershalawatan di Arosbaya.
Saya hanya mengangguk dan menjawab, “Engghi, engghi, engghi.” Saya merasa bersalah, karena kenyataannya saya tidak menghadiri acaranya Lora Syamim.
Maka saat ini, saya merasa bertanggung jawab untuk selalu menemani Lora Nain ketika hadir ke daerah saya di Arosbaya.
Semoga beliau Lora Nain tabah dan bersabar. Diberikan kekuatan untuk bisa mengemban amanah abahnya, dan selalu dalam kesehatan.
NB : Tulisan ini juga bertujuan memberi informasi kepada orang-orang yang selalu menanyakan kepada saya, siapa pengganti al-Marhum untuk menghadiri undangan.
Mohon maaf jika ada kekurang sesuaian.
Oleh : Shofiyullah El-Adnany