Syaichona.net- Tidak bisa dipungkiri, diakhir zaman serba modern ini, ilmu semakin mudah diperoleh bagi siapa saja yang ingin menimbanya. Mulai dari mudahnya mendengar kajian kajian di medsos, kitab kitab pdf yg tersebar dan mudah didownload, dan aplikasi Maktabah Syamilah yang bisa didownload di play store, tanpa lagi susah payah membawa kitab kitab yang tebal dan berjilid jilid seperti zaman dulu.
Hal ini sudah dikabarkan oleh Nabi Muhammad Saw sejak 1400 tahun yang lalu melalui Hadis Qudsinya, Allah Ta’ala berfirman:
ابث العلم في أخر الزمان حتى يعلمه الرجل والمرأة والعبد والحر والصغير والكبير، فاذا فعلت ذالك بهم أخذتهم بحقي عليهم
Dalam hadis Qudsi tersebut mengisyaratkan bahwa diakhir zaman, ilmu akan sangat mudah menyebar luas.
Dan tersebarnya ilmu dizaman serba modern ini, bisa kita jumpai dengan semakin mudahnya mendengarkan kajian kajian lewat radio, televisi, youtoube, instagram, fb, dan media sosial lainnya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh AlImam Ahmad bin Muhammad AlGhammari dalam kitabnya (Muthabaqah AlIkhtira’at AlAshriyah), bahwa Hadis Qudsi tersebut mengisyaratkan kemudahan menimba ilmu yang bisa diakses lewat media.
Sayangnya, kemudahan mengakses ilmu tersebut mambuat kebanyakan orang lupa akan pentingnya berguru kepada Ahlinya. Sampai sampai dengan mudahnya masyarakat menerima ilmu dari orang yang bukan ahlinya.
Sekitar 3 minggu yang lalu, teman saya mengirim DM, sebuah instastory salah satu selebgram, yang membuka sisen QNA (tanya jawab) permasalahan agama.
Pada waktu itu ada netizen yang bertanya “Apakah boleh menqodo’ shalat subuh di waktu selain subuh?”. Kemudian selebgram tersebut menjawab, bahwa qodo’ shalat subuh harus dilaksanakan diwaktu subuh, tidak boleh di waktu selain subuh.
Padahal yang benar, qodo’ shalat subuh, tidak harus dilaksanakan diwaktu subuh. Begitu juga qodo’ salat yang lainnya, tidak harus diqodo’ sesuai waktu shalatnya. Bahkan kita harus menqodo’ secepatnya ketika kita ingat tanpa menunda nunda.
Jadi penting sekali kita belajar ilmu syariat kepada Ahlinya. Yang langsung baca dari kitab saja, bisa terjadi salah pemahaman ketika tidak belajar pada guru yang bersanad keilmuannya.
Saya jadi teringat kisah yang pernah saya baca dalam kitab Syarhul Muyassar (Syarahnya Shohih Bukhori) karya Syekh Muhammad Ali Assobuni.
Pada waktu itu Syekh Ali Assobuni mengisi sebuah Seminar di daerah Kuwait, tiba tiba ada seorang pemuda yang mengaku sebagai pelajar Universitas berkata dengan lantang:
“Orang orang terlalu berlebihan tentang Rasulullah Saw, sehingga sebagian orang menganggap bahwa kencing Rasulullah suci. Ini hal yang aneh, lebih aneh lagi mereka meyakini bahwa sucinya kencing Rasulullah itu ada dalil hadis, dan hadis tersebut tidak bisa diterima secara logika, namun mereka menyangka hadis tersebut Sohih”
Kemudian Syekh Ali Assobuni bertanya pada pemuda yang ngotot tadi:
“Apa dalil Hadis yang mengingkari hal tersebut?”
Pemuda tadi menjawab:
“Iya ada, dalam hadis disebutkan:
ان النبي جيئ له بطفل، فبال الرسول عليه فنضحه ولم يغسله
(Bahwasannya Nabi pernah didatangi seseorang yang membawa bayi, kemudian Rasulullah kencing pada bayi tersebut, lalu Rasulullah memercikkan air pada bayi tersebut tanpa perlu membasuhnya)
Para hadirin kaget dengan hadis asing yang disampaikan pemuda tadi.
Lalu pemuda itu berkata:
“Kalau kalian tidak percaya, kitabnya ada di mobil saya”.
Lantas ia datang kembali dengan membawa kitab, dan ternyata yang ia bawa adalah Hadis Bukhori.
Teks Hadisnya berbunyi:
جيئ للنبي بطفل صفير، لم يأكل الطعام، فأجلسه رسول الله في حجره فبال عليه فنضحه ولم يغسله
(Rasulullah didatangi seseorang yang membawa bayi, yang belum pernah makan makanan (hanya minum ASI) lalu Rasulullah memangku bayi tersebut, kemudian bayi tadi kencing dipangkuan Rasulullah, lantas Rasulullah memercikkan air pada bajunya, tanpa perlu membasuhnya).
Jadi pemahaman yang benar adalah bayi tersebut yang kencing, bukan Nabi yang kencing.
Yang seharusnya marji’ dhomirnya kembali pada bayi, pemuda tadi malah memahaminya marji’ dhomirnya kembali pada Rasulullah, sehingga menghasilkan kesalahan fatal dalam memahami hadis, hanya gara gara salah marji’ dhomir.
Setelah Syekh Ali Assobuni menjelaskan pemahaman hadis yang benar, pemuda tadi merasa sangat malu disebabkan kesalahannya dalam memahami hadis.
Oleh karena itu, belajar ilmu agama kepada ahlinya itu penting, agar kita bisa menfilter ilmu yang mudah tersebar luas seperti sekarang ini, karena banyak sekali orang yang belum faham agama berani berkata masalah agama yang diluar kemampuan mereka.
Ada perkataan Syair:
ومن اخذ العلوم بغير شيخ **
يضل عن الصراط المستقيم
وكم من عائب قولا صحيحا **
وأفته من الفهم السقيم
By : Shofiyulloh Kholiq Hasyim
Publisher : Fakhrul
Hadramaut, Yemen
6 Januari 2022