Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
“Sesungguhnya Allah akan menurunkan (orang) setiap permulaan 100 tahun seseorang kepada Umat yang akan (Tajdid) mengembalikan kegemilangan Agama mereka” (Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud)
Jika Syaikhana Muhammad Khalil tergolong seorang Mujaddid (pembaharu dalam Islam) sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits di atas, maka pada haul yang ke satu abad (100 tahun) ini, akan ada seorang mujaddid baru sebagai pengganti beliau.
Wallahu A’lam, tidak ada yang tahu secara pasti siapa pengganti beliau sebagai seorang pembaharu.
Semua dari diri Syaikhana Muhammad Khalil telah nampak kepada kita.
Kewaliyannya, ilmu-ilmunya, karya-karya kitabnya, pesantren-pesantrennya, murid-muridnya yang juga menjadi ulama besar dan seorang wali, masjid-masjidnya yang pernah dibangun, serta karomah-karomahnya yang tidak masuk akal tapi nyata.
Hanya satu menurut hemat saya yang masih menjadi misteri dari beliau hingga sekarang. Adalah tentang foto-foto dan gambar-gambar beliau yang beredar yang masih terus menuai kontroversi sampai sekarang ini.
Menjadi kontroversi karena faktor beberapa hal. Di antaranya, karena sudah tidak adanya orang yang menututi masa hidup beliau, sehingga foto-foto yang beredar tidak punya saksi mata yang nyata.
Meskipun masih ada orang yang menututi masa hidup beliau, tapi orang itu umurnya sudah sangat tua, sehingga penyaksiannya tidak bisa dipercaya.
Sebab biasanya orang yang sudah sangat tua menjadi pikun dan pelupa. Jangankan wajahnya Syaikhana Khalil, nama anaknya sendiri kadang lupa. Maka orang ini juga tidak bisa dijadikan saksi mata.
Di antaranya lagi, mungkin saja pada masa hidup beliau belum ada kamera. Atau ada kamera tapi beliau sendiri yang tidak pernah berfoto atau dipotret seseorang. Andai waktu itu ada kamera, tentu akan banyak ditemukan foto-foto beliau dengan bermacam-macam model, sebab beliau adalah public figur yang dikenal oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.
Kemungkinan terakhir, adalah wajah mulia Syaikhana Khalil tidak bisa ditangkap kamera, sebagai bentuk dari karomah beliau. Sehingga secanggih apapun kamera pada masa itu tidak ada yang berhasil mengabadikan wajah mulia beliau.
Untuk yang terakhir ini saya mendapat penuturan langsung dari salah seorang Dzuriyah Syaikhana.
Iya, bisa jadi itu adalah salah satu bentuk karomah beliau yang ditampakkan kepada kita. Karena karomah seorang wali merupakan perkara yang tidak biasa dan kadang tidak masuk akal, tapi nyata adanya. Jika kita meyakininya, maka akan menambah keimanan kita.
Dijelaskan dalam kitab Karomatul Auliya
اعلم أن كل مؤمن فهو يؤمن الغيب ومن لا إيمان به فهو غير مؤمن لأن يوم الآخر وما فيه من الغيب. ومعجزة الرسول وكرامة الولي من الغيب ربما لايقبلهما العقل لكن محققان فمن ازداد تيقنهما وإيمانهما إزداد تيقن وإيمان يوم الآخر ومن إزداد إيمانه إزداد تقواه ومن إزداد تقواه فهو أكرم عند الله كما قال تعال : إن أكرمكم عند الله أتقاكم
“Ketahuilah, setiap orang mu’min adalah dia yang percaya terhadap perkara ghaib. Barang siapa tidak mepercayai barang ghaib, maka dia bukan orang mu’min, sebab hari akhir dan sesuatu di dalamnya adalah perkara ghaib.
Mu’jizat para rasul dan karomah para wali juga tergolong perkara ghaib yang kadang tidak bisa diterima oleh akal, tapi nyata adanya. Barang siapa bertambah keyakinan dan keimanannya tentang mu’jizat dan karomah, maka akan bertambah imannya kepada hari akhir. Barang siapa yang bertambah imannya, akan bertambah pula ketakwaannya. Dan barang siapa bertambah takwanya, maka dia mulia di sisi Allah, sebagaimana firmanNya yang artinya :
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat 13)”
Semoga kita semua selalu mendapatkan aliran barokahnya. Amin. Teruntuk beliau al-Fatihah.
Oleh : Shofiyullah el_Adnany
NB : Tulisan ini hanya murni dari hasil perenungan dan interpretasi penulis sendiri yang masih awam. Mohon koreksinya jika ada kesalahan.
#PPSMCH, Haul satu abad (100 tahun) Syaikhana Muhammad Khalil Bangkalan. 27 Ramadan 1443 H.