“Kelak keturunan Syaichona Cholil yang akan menggantikan beliau dalam membesarkan pesantren Demangan adalah yang mempunyai poroh (Borok) di pusarnya.” Dawuh KH. Moh. Rowi, Mancengan Modung, Bangkalan, salah satu santri Syaichona Cholil Bangkalan
Rupanya dauh beliau itu bukan mengada-ada, bahkan seakan-akan ada isyarah sinyal dari Syaichona Cholil kepada masyarakat melalui santrinya ini, yakni KH Moh. Rowi bahwa kelak memang akan lahir dari keturunannya yang akan memegang tongkat estafet kepemimpinannya, sebagaimana isyarahnya kepada KH. Hasyim Asy’ari dengan tongkat, tasbih, dan ayat-ayat Al-Qur’an atas berdirinya Nahdlatul ulama.
Rupanya terbukti, dari beberapa keturunan Syaichona Cholil yang memiliki poroh (borok) di pusarnya adalah KH. Abdullah Schal. Sebagaimana persaksian dari salah satu khoddam di Demangan dahulu yakni H. Shobir. Beliaulah yang melayani segala keperluan KH. Abdullah Schal kalau kebetulan pulang dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Menurut penuturannya, Bindereh Dulla (panggilan KH. Abdullah Schal waktu muda) memiliki borok (poroh) di pusarnya, borok yang ada pada pusar Bindereh Dulla itu tidak seperti pada umumnya, karena borok yang ada pada beliau itu tidak mengeluarkan nanah, akan tetapi hanya mengeluarkan air saja dan tidak ada bau busuk sedikitpun.
Konon katanya, KH.Abdullah Schal waktu muda sangat suka bermain bola, saking senangnya bermain bola sampai-sampai beliau kerumah familinya di sabreh, sepuluh hanya untuk bermain bola dan kadang juga memancing ikan di pantai sepuluh bersama teman-temannya.
Bahkan lebih dari itu, ketika beliau mondok di Sidogiri beliau tidak bisa menghilangkan hobinya bermain bola, hampir setiap sore beliau bermain bola bersama temen-temennya, dan saking mahirnya bermain bola, beliau sampai dijuluki “Si Licin” oleh teman-temannya, karena jika beliau sampai menggiring bola, bisa dipastikan bola akan masuk ke gawang lawan.
Kegemarannya bermain bola itu ternyata sampai diketahui KH. Kholil Nawawi, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri saat itu. Dipanggillah Bindereh Dulla ke delem beliau dan berkata dengan bahasa Madura “Ba’na benne keturunnah tokang main bal, Ba’na keturunnah oreng rajeh” (kamu bukan keturunannya pemain bola, kamu itu keturunannya kiai besar) dauh KH. Kholil kepada KH. Abdullah Schal kecil.
Semenjak itulah KH. Abdullah Schal kecil berubah total, beliau tidak pernah kemana-mana di Sidogiri kecuali ke kamar, surau dan sungai. Menurut penuturan salah satu temannya yakni KH. Amir Faisol, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kamal Arjasa Jember, KH. Abdullah Schal adalah tipe santri yang sangat rajin muthola’ah, sampai-sampai suatu ketika, karena saking asyiknya belajar KH. Abdullah Schal lupa waktu, dikiranya dua jam ternyata dua hari.
Kebiasaan muthola’ah itu tidak hanya dilakukan ketika berada di Pondok Pesantren saja. Saat pulang dari pesantrenpun beliau menggunakan waktunya untuk belajar, sampai pada akhirnya beliau benar-benar menjadi orang yang alim dan mumpuni dalam banyak hal, khususnya bidang keagamaan.
Kemudian beliau mulai merintis kembali serta membesarkan Pondok Pesantren Syaichona Cholil, dan berdakwah ke pelosok-pelosok desa sehingga banyak dari masyarakat yang mersakan kembali aliran barokah dan ilmu daripada Syaichona Cholil Bangkalan.
Sekarang bertepatan dengan haul beliau yang ke-14, Senin, 02 Romadhon 1443 H/04 April 2022 M. Semoga kita semua mendapat aliran barokahnya dan kelak bisa berkumpul dalam rombongannya bersama Syaichona Cholil Bangkalan. Aaminn.
Author : Fakhrullah
Editor : Ach. Soim
Publisher : Fakhrul
Referensi :
- Sang Pengembara Di Samudra Ilmu
- Biografi KH. Abdullah Schal