Syaichona.net- Dimusim pancaroba seperti sekarang ini, dari penghujung musim penghujan menuju awal musim kemarau banyak orang tiba-tiba jatuh sakit.
Ditambah hadirnya pandemi yang katanya memasuki gelombang ketiga, menambah jumlah hitungan penyakit dengan mutasi dan varian-variannya.
Setelah seperti itu sehat menjadi sangat mahal harganya. Sehat adalah sebuah mahkota di kepala orang, yang hanya bisa dilihat oleh orang yang sedang sakit.
Sebagian orang menganggap sakit adalah musibah, tapi ternyata bagi orang-orang tertentu (orang-orang pilihan) sakit malah dianggap anugerah.
Tidak heran jika orang-orang itu tengah jatuh sakit mereka sembuh ketika masuk waktunya shalat, dan sakit lagi sesudah melaksanakan shalat. Tapi bagi yang menganggap sakit sebagai musibah, ketika masuk waktu shalat sakitnya seakan tambah parah, sehingga dia mencari pembenaran untuk tidak shalat, atau shalat seringan mungkin.
Dianggap anugerah karena sakit adalah musibah yang dapat meruntuhkan dosa-dosa yang telah diperbuat, sehingga menjadikan orang-orang pilihan itu semakin semangat beribadah.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah bersabda,
ما من مسلم يصيبه أذى من مرض فما سواه إلا حط الله به سيئاته كما تحط الشجرة ورقها
“Tidaklah seorang muslim yang tertimpa musibah berupa sakit atau selainnya, kecuali Allah telah menghapus dosa-dosanya, sebagaimana dedaunan gugur dari pohonnya.” (HR. Muslim)
Kemudian apakah sakit itu bisa mendatangkan pahala atau tidak. Ulama beda pendapat.
Menurut Qaul Ashah, apabila orang yang sakit itu bersabar dari sakitnya, maka dia mendapat pahala dari kesabaran dan dari rasa sakitnya. Jika tidak sabar, maka sebaliknya.
Sedangkan menurut al-Hafidh Abdul Aziz bin Abdis Salam,
المصائب لاثواب فيها لأنها ليست من كسب العبد، بل فى الصبر عليها لا غير. نعم فيها التكفير وإن لم تصبر إذ لايشترط فى المكفرات تكون كسبا
“Musibah tidak mendatangkan pahala, karena musibah bukanlah hasil usaha seseorang, bahkan adanya musibah hanya untuk disabari bukan yang lain. Iya memang, di dalam musibah dapat menghapuskan dosa meski tidak disabari, sebab untuk terhapusnya dosa tidak mesti harus diusahakan.”
Kesimpulannya, kalau mengikuti Qaul Ashah, sakit dapat mendatangkan pahala bagi yang sabar menjalaninya, plus juga dihapuskan dosa-dosanya.
Demikian itu merupakan keberuntungan bagi orang Islam. Jika dia sehat akan bersyukur, dan menggunakan kesehatannya untuk hal-hal positif. Namun ketika sakit, dia bersabar, dan lebih bersemangat dalam beribadah.
Oleh : Shofiyullah el_Adnany
Referensi : al-Ifadatu Lima Jaa’a fil Maradhi wal ‘Iyadati | Ibnu Hajar al-Haitami | Hal 33.