Syaichona.net- Al-Ghazali meski tumbuh sebagai anak yatim, lahir dari orang tua yang bukan keturunan ulama nan miskin, minat belajar al-Ghazali tidak pernah padam berkobar sejak kecil. Beliau melanglang buana memburu ilmu dari Kota ke Kota.
Syaikh Taqiyuddin bin Ali al-Muqriziy (w. 845 h) dalam Tarikh al-Muqriziy al-Kabir yang diberi nama al-Muqaffa al-Kabir menuliskan:
Beliau mulai mempelajari ilmu fiqih di kotanya sendiri di bawah bimbingan Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani.
Kemudian, beliau melanjutkan pengembaraan ilmunya ke kota Jurjan (sekarang; Gorgan, ibu kota Provinsi Golestan, Iran terletak sekitar 400 km di timur laut Teheran sekitar 30 km dari Laut Kaspia), yang dibimbing oleh al-Imam Abu Nasar Al-Ismaili.
“Di kota ini dan di bawah asuhan al-Imam Abu Nasar Al-Ismaili. Al-Ghazali muda pernah tinggal dan men-takliq (membuat catatan kaki) keterangan ilmu yang disampaikan gurunya. Setelah itu beliau pulang ke kampung halamannya, Thus.
Ditengah perjalan pulang Al-Ghazali dihadang komplotan Begal. Nahas, para Begal itu mengambil semua apa yang dibawa Al-Ghazali lalu pergi meninggalkan Al-Ghazali.
Namun Al-Ghazali tidak rela barang bawaannya diambil orang begitu saja, ia berusaha mengejar hingga kepala komplotan Begal itu berhenti dan menoleh sembari mengancam Al-Ghazali:
ارجع ويحك وإلا هلكت
“Celaka, kembalilah! Kalau tidak engkau akan binasa.”
Lantas Al-Ghazali berkata padanya:
أسألك بالذي ترجو السلامة منه أن ترد على تعليقتي فقط فما هي بشيء تنتفعون به
“Aku memohon atas nama Dzat yang kalian meminta keselamatan dari-Nya, kembalikan buku catatan kaki milikku saja. Tidak ada manfaatnya bagi kalian mengambilnya?”
Kepala komplotan Begal itu bertanya:
وما هي تعليقتك؟
“Apa isi buku catatan kakimu itu?”
كتبت في تلك المخلاة هاجرت لسماعها وكتابتها ومعرفة علمها
“Dalam tas yang kalian bawa itu ada buku catatan kakiku yang aku tulis. Aku jauh merantau dari (kampung halamanku) demi mendengarkan, menulis dan mengetahui ilmunya.” Jawab Al-Ghazali.
Mendengar jawaban Al-Ghazali yang polos, spontan kepala komplotan itu tertawa terbahak-bahak lalu berkata:
تدعي أنك عرفت علمها وقد أخذناها منك فتجردت من معرفتها وبقيت بلا علم
“Engkau mengaku telah mengetahui ilmunya dan kami telah mengambilnya darimu. Maka sekarang engkau tidak bisa mempelajarinya lagi dan engkau akan hidup tanpa ilmu.”
Tapi akhirnya kepala komplotan Begal itu menyuruh salah satu kawannya menyerahkan tas yang berisi buku catatan tersebut pada Al-Ghazali.
Dengan senang hati Al-Ghazali menerima tasnya sembari beguman:
هذا مستنطق أنطقه الله ليرشدني به في أمري، فلما وافيت طوس أقبلت على الاشتغال ثلاث سنين حتى حفظت جميع ما علقته وصرت بحيث لو قطع على الطريق لم أتجرد من علمي
“(Peristitiwa) ini adalah pelajaran dari Allah (melalui lisan perampok itu), Allah yang membuatnya berbicara demikian untuk menunjukan jalan hidupku. Ketika aku telah sampai di Thus, aku sibukkan diriku menghafal semua isi buku catatan kakiku itu selama tiga tahun dan seandainya ada kompolat Begal lagi aku tidak akan hidup kesepian dari ilmuku”
Tidak berhenti sampai di situ, beliau terus berpindah ke berbagai kota untuk menuntut ilmu. Hingga beliau sampailah Al-Ghazali di kota Nisabur atau Nisapur (sekarang adalah sebuah kota di Provinsi Razavi Khorasan, ibu kota dari Sahrestani Nishapur dan bekas ibu kota dari Khurasan, di timur laut Iran, terletak di dataran subur di kaki Gunung Binalud. Naisabur) untuk belajar pada a-Imam Al-Haramain Abi al-Ma’ali al-Juwaini.
Mulai dari sinilah Al-Ghazali menunjukkan tanda-tanda kecerdasannya hingga mampu menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti piawai mejelaskan pendapat-pendapat yang telah disepakati para ulama fikih lintas madzhab dan masalah-masalah yang masih menjadi perdebatan di antara mereka, mahir dalam ilmu Usul Fikih, jago berdebat, ilmu mantiq (logika), ilmu hikmah dan Falsafah.
Khusus dalam ilmu yang tarakhir disebut, yaitu dalam ilmu Falsafah. Beliau bukan hanya faham tapi mampu mematahkan setiap bantahan Falsafah yang ditujukan padanya dan hebatnya lagi, Al-Ghazali membuat karya tulis yang memukau berkaitan dengan masalah ilmu ini dengan bahasa dan penulisan yang sistematis serta mudah difaham. Dengan kecerdasan dan kebersihan hati, Al-Ghazali mampu meraih aneka macam ilmu itu dengan waktu sekejap yang tidak bisa diraih orang lain dengan waktu yang lama. Maka tidak heran jika beliau menjadi tokoh hebat di zamannya, disegani kawan maupun lawan, pemenang di segala medan, harum semerbak sebutannya, dijuliki imam para ahli fikih, guru besar umat, mujtahid zaman dan gelar-gelar lainnya.
Ada sebuah kisah yang terekam sejarah saat Al-Ghazali menuntut ilmu pada al-Imam al-Haramain. Konon, sembari menuntut ilmu Al-Ghazali telah menulis beberapa kitab di antaranya kitab “al-Mankhul” lengkapnya ” al-Mankhul min Ta’liqat al-Ushul”. Tatkala sang guru al-Imam al-Haramain melihat dan membacanya isi kitab karangan Al-Ghazali, sang guru berkata:
دفنتنـي وأنـا حي هلا صبرت حتى أموت وأراد أن كتابك قد غطى على كتابي
“Engkau telah menguburku hidup-hidup, tidakkah engkau bersabar menunggu aku mati dan (sekarang) kitabmu telah menenggelamkan kitabku.” Waallahu A’lamu.
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ ?????? ?????????? ??? ??? ??-????????| ?????? ??-???????? ??-????? ??-??????? ?? ??-??????? ??-?????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 6 ??? 223-224.