Syaichona.net- Suatu hari Nabi Muhammad ﷺ kedatangan tamu orang buta, ia memohon pada Nabi ﷺ agar sudi mendoakan dirinya sembuh dari kebutaan.
Nabi ﷺ tidak serta merta mendoakan itu, beliau masih menawarkan opsi pada orang buta itu. Sabda beliau:
“Andai kamu mau menunda permintaanmu ini, itu lebih baik bagimu tapi bila kamu memaksa memintaku berdoa, maka aku akan berdoa kepada Allah ﷻ”.
Laki-laki itu spontan menjawab : “Doakan saja aku kepada Allah ﷻ, wahai Rasulullah. Hamba adalah seorang yang sebatang kara, tidak punya anak, saudara atau orang tua yang bisa menuntun hamba berjalan.
Mendengar jawab dan pengakuan orang itu, Nabi ﷺ bersabda: “Berwudhulah, lalu laksanakanlah sholat dua rakaat dan berdoa dengan doa ini:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ فتُقْضيها لِي اَللَّهُمَّ شَفِعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِيْ نَفْسِيْ.
Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon pada-Mu dan meminta kepada-Mu dengan (bertawassul pada) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Duhai Nabi Muhammad! Sungguh aku meminta dengan (bertawassul pada)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, semoga Dia mengabulkannya untukku. Ya Allah terimalah syafaatnya bagiku, dan tolonglah diriku dalam kesembuhanku.”
Tanpa banyak bertanya lagi laki-laki itu segera melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi ﷺ dan setelah usai berdoa tidak lama berselang, orang itu sembuh dari kebutaannya seakan dia tidak pernah mengalami kebutaan sebelumnya.
Doa pemberian Nabi ﷺ yang dipanjatkan orang buta dalam kisah di atas. Dicatat Abuyya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Malikiy al-Hasaniy (w. 1425 h) dalam kitabnya yang berjudul al-Anwar min Ad’iyati as-Sadati al-Akhyar. Anehnya beliau memasukan doa tersebut sebagai salah satu doa sholat Hajat.
Berikut petikan dawuh beliau:
لاتترك صلاة الحاجة، وهي أن تصلى ركعتين ثم تدعو بعدها بهذا دعاء علمه نبينا ﷺ لأعمى: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ . يَا مُحَمَّدْ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَّبِيْ أَنْ يَقْضِيَ حَاجَتِيْ وهي كذا كذا (ويسمي حاجته) ثم يقول: اَللَّهُمَّ شَفِعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِيْ نَفْسِيْ.
Jangan pernah tinggalkan sholat Hajat, yaitu sholatlah dua rakaat kemudian setelah sholat berdoa dibawah ini. Yaitu doa yang pernah diajarkan Nabi ﷺ kepada orang buta:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ . يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَّبِيْ أَنْ يَقْضِيَ حَاجَتِيْ وهي كذا كذا (ويسمي حاجته) ثم يقول: اَللَّهُمَّ شَفِعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِيْ نَفْسِيْ.
Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon pada-Mu dan meminta kepada-Mu dengan (bertawassul pada) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Duhai Nabi Muhammad! Sungguh aku meminta dengan (bertawassul pada)mu kepada Tuhanku untuk mengabulkan hajatku: “Begini dan begini” (sebut hajatnya). Kemudian dilanjutkan dengan doa: Ya Allah bantulah ia agar mensyafaatiku dan syafaatilah diriku.”
Setelah membaca tulisan beliau di atas, rasanya tidak lengkap jika kita tidak mencari tahu kronologi dari hadits tersebut. Dimana telah dikatakan, bahwa doa tersebut ijazah dari Baginda Nabi ﷺ kepada orang yang buta.
Al-Imam Abu Bakrin bin al-Husain al-Baihaqiy (w. 458 h) dalam Dalailu an-Nanubuwah yang dikutip Abu al-Fida’ al-Hafidz Ibnu Katsir ad-Damsyiqiy (w. 774 h) dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah meriwayatkan:
“Abu Abdillah al-Hafidz telah mengkhabarkan kepada kami, Abu al-Abbas Muhammad bin Ya’qub menceritakan hadits kepada kami, Al-Abbas bin Muhammad ad-Duriy menceritakan hadits kepada kami, Abu Bakar Ahmad bin al-Husain al-Qadhiy menceritakan pada kami, Abu Ali Hamid bin Muhammad al-Huwariy menceritakan hadits kepada kami, Muhammad bin Yunus menceritakan hadits kepada kami, keduanya berkata: Utsman bin Umar menceritakan hadits kepada kami, Syu’bah menceritakan hadits kepada kami, dari Abi Ja’far al-Khatamiy, ia berkata: Aku mendengar Umarah bin Khizaimah bin Sabits menceritakan hadits dari Utsman bin Hunaif:
أن رجلا ضريرا أتى النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال : ادع الله لي أن يعافيني ، قال : « فإن شئت أخرت ذلك فهو خير لك ، وإن شئت دعوت الله » ، قال : فادعه قال : فأمره أن يتوضأ فيحسن الوضوء ، ويصلي ركعتين ويدعو بهذا الدعاء : « اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد صلى الله عليه وسلم نبي الرحمة ، يا محمد إني أتوجه بك إلى ربي في حاجتي هذه فتقضيها لي ، اللهم شفعه في وشفعني في نفسي »
“Seorang laki-laki datang menemui Nabi, lalu ia berkata pada Nabi: (Ya Rasullah!) Mohonkan aku kepada Allah ﷻ, agar Dia menyembuhkanku. Nabi ﷺ bersabda: “Apabila engkau mau tunda saja permintaanmu, itu lebih baik dan bila engkau mau aku berdoa kepada Allah ﷻ”. Laki-laki itu berkata: “Doakan saja aku kepada Allah ﷻ”. Lantas Perawi berkata: “Kemudian Nabi ﷺ memerintahkan orang itu berwudhu”. Maka berwudhulah orang itu lalu melaksanakan sholat dua rakaat serta berdoa dengan doa ini:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ فتُقْضيها لِي اَللَّهُمَّ شَفِعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِيْ نَفْسِيْ.
Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon pada-Mu dan meminta kepada-Mu dengan (bertawassul pada) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Duhai Nabi Muhammad! Sungguh aku meminta dengan (bertawassul pada)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, semoga Dia mengabulkannya untukku. Ya Allah terimalah syafaatnya bagiku, dan tolonglah diriku dalam kesembuhanku.”
Ini adalah lafadz hadits milik al-Abbas. Muhammad bin Yunus menambahkan dalam riwayatnya: “قال فقام وقد أبصر ” artinya: Lalu laki-laki itu berdiri dan sungguh ia bisa melihat (lagi) dan kami meriwayatkannya dalam kitab ad-Da’awat dengan sanad yang shohih dari Rauhi bin Ubadah, dari Syu’bah dengan redaksi: “ففعل الرجل فبرأ” artinya: Lalu laki-laki itu melaksanakan (perintah Nabi ﷻ) kemudian ia sembuh. Begitu juga hadits yang diriwayatkan Hammad bin Salamah dari Abi Ja’far al-Khathamiy.
Dan Abu Abdillah al-Hafidz telah menghabarkan kepada kami, Abu Muhammad bin Abdul Aziz bin Abdurrahman ar-Rayaliy di Makkah menceritakan pada kami, Muhammad bin Ali bin Zain ash-Shaigh meceritakan hadits pada kami, Ahmad bin Syabib bin Said al-Habathiy, ia berkata: Ayahku telah meriwayatkan hadits padaku, dari Rauhi bin al-Qasim dari Abi Ja’far al-Madaniy yaitu al-Khathamiy dari Abi Imamah bin Sahal bin Hunaif dari pamannya yaitu Utsman bin Hunaif, ia berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وجاءه رجل ضرير فشكا إليه ذهاب بصره ، فقال : يا رسول الله ليس لي قائد وقد شق علي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « ائت الميضأة فتوضأ ، ثم صل ركعتين ، ثم قل : اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد صلى الله عليه وسلم نبي الرحمة ، يا محمد ، إني أتوجه بك إلى ربي فيجلي لي بصري ، اللهم شفعه في وشفعني في نفسي » ، قال عثمان : فوالله ما تفرقنا ولا طال الحديث حتى دخل الرجل وكأنه لم يكن به ضر قط
Artinya: Aku sedang mendengarkan Rasulullah ﷺ dan datanglah seorang laki-laki buta, lalu laki-laki itu mengadu pada Beliau ﷺ tentang matanya yang tidak bisa melihat. Laki-laki itu berkata: Ya Rasulullah! Aku tidak memiliki orang yang bisa menuntunku dan sungguh (kebutaan ini) menyiksaku. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: “Datangilah tempat wudhu, lalu berwudhulah kemudian sholatlah dua rakaat. Setelah itu ucapkan doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فَيُجَلِّيْ لِي بَصَرٍيْ ، اَللَّهُمَّ شَفِعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِيْ نَفْسِيْ.
Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon pada-Mu dan meminta kepada-Mu dengan (bertawassul pada) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Duhai Nabi Muhammad! Sungguh aku meminta dengan (bertawassul pada)mu kepada Tuhanku semoga Dia membukakan untukku padanganku. Ya Allah terimalah syafaatnya bagiku, dan tolonglah diriku dalam kesembuhanku.”
‘Utsman berkata: “Demi Allah ﷻ kami belum sempat berpisah dan perbincangan kami belum begitu lama sampai lelaki itu datang (ke tempat kami) dan sungguh seolah-olah ia tidak pernah buta sama sekali.”
Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy (w. 1350 h) dalam Syawahidu al-Haq bi al-Istighatsah bi Sayyidi al-Khalqi ﷺ menambahkan:
وخرج هذا الحديث أيضا البخاري في تاريخه وابن ماجه والحاكم في المستدراك بإسناد صحيح، وذكره الجلال السيوطي في الجامع الكبير والصغير، ففي هذ الحديث والتوسل والنداء، وابن عبد الوهاب يمنع كلا منهما ويحكم بكفر من فعل ذلك، وليس ابن عبد الوهاب أن يقول إن هذا إنما في حياته صلى الله عليه وسلم ، لأن الدعاء استعملته أيضا الصحابة والتابعون بعد وفاته صلى الله عليه وسلم لقضاءحوائجهم.
Hadits ini juga riwayat oleh al-Bukhariy dalam kitab Tarikhnya, Ibnu Majah dan al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak dengan sanad yang shahih. Syaikh al-Jalal as-Suyuthiy dalam kitab al-Jami’ al-Kabir wa ash-Shaghir menyebutkan: “Dalam hadits ini terdapat anjuran Tawassul dan Nida’ (istighasah).” Sementara Abdul Wahab (al-Wahabiy) melarang keras Tawassul dan Nida’ (istighasah) dan mengfonis kafir bagi orang yang melakukan keduanya dan tidak benar apa yang katanya bahwa Tawassul dan Nida’ (istighasah) ini boleh dilakukan saat Nabi ﷺ masih hidup karena doa ini juga diamalkan para Sahabat dan para Tabi’in setelah wafatnya beliau ﷺ untuk hajatnya terkabulkan.
وقد روي الطبراني والبيهقي أن رجلا كان يختلف إلى عثمان بن عفان رضي الله عنه في زمان خلافته في حاجته ، فكان لا يلتفت إليه ولا ينظر في حاجته ، فشكى ذلك لعثمان بن حنيف ، فقال له : ائت الميضأة فتوضأ ، ثم ائت المسجد فصل ، ثم قل : اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد صلى الله عليه وسلم نبي الرحمة ، يا محمد إني أتوجه بك إلى ربك لتقضي حاجتي ، وتذكر حاجتك ، فانطلق الرجل فصنع ذلك ، ثم أتى باب عثمان بن عفان رضي الله عنه ، فجاءه البواب ، فأخذ بيده فأدخله على عثمان ، فأجلسه معه ، وقال : اذكر حاجتك فذكر حاجته فقضاها ، ثم قال له ما كان لك من حاجة فاذكرها ، ثم خرج من عنده فلقي ابن حنيف ، فقال له : جزاك الله خيرا ما كان ينظر في حاجتي حتى كلمته لي ، فقال ابن حنيف : ولله ما كلمته ولكني شهدت رسول الله صلى الله عليه وسلم وأتاه ضرير فشكا إليه ذهاب بصره إلى أخر المتقدم ، فهذا نداء بعد وفاته صلى الله عليه وسلم.
“Sungguh ath-Thabraniy dan al-Baihaqiy telah meriwayatkan sebuah hadits: “Bahwa ada seorang laki-laki berkali-kali datang kepada Utsman bin ‘Affan ra untuk suatu keperluan (hajat) di zaman ke khalifahannya tetapi Utsman bin ‘Affan ra tidak menanggapinya dan tidak memperhatikan keperluannya. Kemudian orang tersebut mengeluhkan hal itu kepada Utsman bin Hunaif. Lalu Utsman bin Hunaif berkata kepada orang itu: “Pergilah kamu ke tempat wudhu dan berwudhulah, kemudian masuklah ke dalam masjid lantas shalatlah (dua rakaat), kemudian ucapkan doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّك فتُقْضي حَاجَتِي.
Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon pada-Mu dan meminta kepada-Mu dengan (bertawassul pada) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang membawa rahmat. Duhai Nabi Muhammad! Sungguh aku meminta dengan (bertawassul pada)mu kepada Tuhanmu semoga Dia membukakan hajatku.” Dan sebutkanlah hajat (keperluan)mu.
Lalu orang tersebut bergegas dan melakukannya kemudian ia datang menghadap Utsman bin ‘Affan ra. Ketika sampai di pintu Utsman bin ‘Affan ra penjaga pintu bin ‘Affan ra memegang tangannya dan mengantarkannya masuk ke rumah Utsman bin Affan ra, lalu ia dipersilakan duduk bersama Utsman bin ‘Affan ra.
Setelah itu Utsman bin ‘Affan ra berkata: “Sebutkan keperluanmu?”.
Orang itu lalu menyebutkan keperluannya dan Utsman bin ‘Affan ra memenuhi permintaannya. Kemudian Utsman bin ‘Affan ra berkata: “Apa saja keperluanmu, maka sampaikan (kepadaku).”
Kemudian orang itu keluar dari rumah Utsman bin ‘Affan ra lalu ia menemui Utsman bin Hunaif. Lantas orang berkata: ”
“Semoga Allah ﷻ membalas kebaikanmu, ia awalnya tidak memperhatikan keperluanku dan tidak mempedulikan kedatanganku sampai kau berbicara kepadanya tentangku.”
Utsman bin Hunaif berkata, “Demi Allah, aku tidak berbicara kepadanya, hanya saja aku pernah menyaksikan seorang buta menemui Rasulullah ﷺ mengeluhkan kehilangan penglihatannya hingga akhir kisah yang telah disebutkan di muka. Hadits ini mengandung anjuran melakukan Nida’ (istighatsah) setelah wafatnya Nabi ﷺ. Wa’allah A’lamu
Referensi:
✍️ As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Malikiy al-Hasaniy| al-Anwar min Ad’iyati as-Sadati al-Akhyar| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 21.
✍️ Al-Imam Abu Bakrin bin al-Husain al-Baihaqiy| Dalailu an-Nanubuwah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 6 hal 166-168.
✍️ Abu al-Fida’ al-Hafidz Ibnu Katsir ad-Damsyiqiy| Al-Bidayah wa an-Nihayah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 5 hal 164-164.
✍️ Syaikh Taqiyuddin Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir Muhammad al-Maqariziy| Imtina’ al-Asma’ bima li an-Nabi ﷺ min al-Ahwal wa al-Amwal wa al-Hadati wa al-Mata’| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 11 hal 325-328.
✍️ Al-Qadhiy Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy| Syawahidu al-Haq bi al-Istighatsah bi Sayyidi al-Khalqi ﷺ| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 115.
✍️ Syaikh Muhammad as-Sayyid at-Tijaniy| Al-Fauzu wa an-Najah fi al-Hijrati ala Allah ﷻ| Darul al-Kutub al-Ilmiyah hal 218.