“Orang yang ngaku NU tapi tidak pro NKRI, maka itu bukan NU….” itulah ulasan ketua PWNU jawa timur, KH. Marzuki mustamar dalam pidatonya pada acara MKNU (Madrasah Kader Nahdlatul Ulama) angkatan ke- XLIII yang diadakan di Pondok Pesantren Syaichona Cholil Bangkalan
“Ada banyak hal yang membedakan NU dengan yang lain. NU itu islam. yang tidak islam itu bukan NU. NU itu Ahlussunnah Wal Jamaah, yang bukan Ahlussunnah itu bukan NU, Syiah bukan NU, Wahabi bukan NU, Muktazili bukan NU, Qodri bukan NU, Rafidi bukan NU, liberal juga bukan NU, NU itu hubbul waton minal iman, NU itu NKRI harga mati.” Tegas KH. Marzuki Mustamar
“Islam kayak apapun, ngaku Ahlussunnah kayak apapun, full As’ariah, full Maturidiah, full Syafiiyah, full mengikuti Syekh Abdul Qodir Jilani, tapi kalau ternyata tidak pro NKRI, menolak Pancasila, tidak hubbul waton, bahkan sering kontra pada negara, sering kontra pada pemerintah, maka mohon maaf itu juga bukan NU, meskipun aqidah dan ideologinya Ahlusssunnah Wal Jamaah.
Begitu juga orang yang full Nasionalis, NKRI harga mati, tapi bukan Aswaja, maka itu juga bukan NU. Karena NU yang sebenryan itu adalah Islam Wasatiah, berideologi Aswaja, NKRI harga mati, dan menjadikan hubbul waton minal iman.” Jelas beliau saat memberikan sambutan pada acara tersebut
Sengaja beliau utarakan hal itu dalam forum ini karena memandang bahwasanya itu adalah point yang sangat penting bagi umat nahdliyin untuk diingat kembali agar tidak keluar dari khittoh NU yang sebenarnya, agar tidak menyimpang dari ajaran NU yang telah diajarkan oleh para guru-guru sebelumnya.
Selain itu, sebagai pengingat khususnya terhadap masyarakat madura, karena mengingat bahwasanya ideologi orang Madura sedang diuji dengan pemahaman-pemahan yang tidak jelas belakangan ini. sebagaimana yang dijelaskan oleh RKH. Muhammad Nasih Aschal dalam sambutannya pada acara tersebut.
“Adapun latar belakang ditempatkannya acara MKNU di madura kali ini karena hasil keputusan bersama pengurus PW, saat itu saya langsung ditunjuk oleh gus Salam agar MKNU ini ditempatkan di Madura, tepatnya di Ponpes Syaichona Cholil. Kemudian saya tanya, kenapa kok mau di tempatkan di Madura gus ? maka di jawab, karena saat ini Madura sedang tidak baik-baik saja, maka perlu bagi kita untuk mengembalikan ajaran ini kepada mereka.” Kira-kira seperti itu penuturan beliau dalam isi sambutannya
Sehingga oleh karenanya, beliau RKH. Muhammad Nasih Aschal sangat mendukung sekali adanya MKNU tersebut di pondok Pesantren Syaichona Cholil, guna memperkuat dan memperkokoh faham Ahlussunnah Wal Jamaah, khususnya bagi masyarakat Madura.
Kendati demikian, beliau yang menjabat sebagai ketua RMI Bangkalan itu juga tidak terlalu khawatir akan adanya gesekan faham Ahlussunnah masyarakat Madura. Karena menurutnya, orang-orang Madura pada umumnya masih memiliki loyalitas yang tinggi terhadap para guru-guru dan kiainya, sehingga sangat mungkin sekali untuk menjaga ajaran dan akidah orang Madura agar tetap berpedoman pada ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah.
Acara yang pertama kali di adakan di Pondok Pesantren Syaichona Cholil itu juga dihadiri oleh Rais Syuriah PBNU, KH. Imam Buchori Cholil dan ketua PCNU Bangkalan, KH. Makki Nasir, serta seluruh tamu-tamu penting lainnya. Dan acara tersebut akan berlangsung selama tiga hari, mulai hari jumat (28/01/2022) sampai hari minggu (30/01/2022) dengan diisi materi-materi yang terkait dengan ke NU-an dan Ahlussunnah Wal Jamaah.
Dan sebelum KH. Marzuki mustamar membuka acara MKNU tersebut, beliau berpesan agar “Hati-hati dengan gerakan diluar NU, meskipun zahirnya kayak-kayak Aswaja, tapi tetap ada misi non Aswaja, dengan menghadirkan ustad atau muballigh yang kontra aswaja. karena yang full aswaja itu adalah NU, mulai sabang sampai merauke pesantren yang ikut NU mesti As’ariah, Maturidiah, Madzhab empat, Imam ghozali, Syekh Abul Hasan Assadzili, Syeihk Abdul Qodir al-Jilani, dan imam junaid. udah itu aja.” Harap beliau.
Oleh : Fakhrullah