Rasulullah SAW bersabda:
عن عبد الله بن عمرو: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: بلغوا عني ولو أية ، وحدثوا عن بنى إسرائيل ولا حرج، ومن كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار.
Artinya: “ diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Bahwa Nabi SAW bersabda: “Sampaikanlah dariku meskipun satu Ayat. Ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Israel dan itu tidak apa (tidak dosa). Dan barang siapa yang berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di Neraka.” (HR. Bukhari).
Hadist ini menerangkan tentang perintah wajibnya berdakwah atau kewajiban menyampaikan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW kepada orang lain meskipun satu ayat. Di sisi lain hadits ini juga menerangkan tentang kebolehan menceritakan kisah Bani Israel selama cerita itu tidak bohong dan ancaman bagi orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad SAW.
Namun kali ini penulis ingin fokus pada poin pertama yaitu terkait dengan kewajiban berdakwah. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa tidak mudah untuk mengemban dan menjalankan kewajiban tersebut. Perlu cara atau metode yang ideal agar mudah diterima oleh semua kalangan. Selain juga harus memiliki kapasitas yang mumpuni untuk mengemban amanah tersebut.
Lantas bagaimana caranya?…
Disebutkan bahwa ada beberapa cara atau metode dakwah yang paling jitu dan sangat berpengaruh untuk diterapkan, salah satunya adalah metode dakwah yang diterapkan oleh Sayyidil Walid Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al- Hafidz Hadramaut Tarim Yaman, beliau menyebutkan ada 3 metode dakwah yang paling Ideal untuk diterapkan pada saat ini:
• Ta’rif: memberi tahu bahwa islam adalah agama yang rahmatal lil- alamiin. Agama yang memberi rahmat kepada seluruh umat.
• Ta’lif: membuat orang-orang senang dan yaqin terhadap agama Islam.
• Taklif: memberi tahu bahwa dalam islam ada kewajiban-kewajiban yang harus di emban.
Tiga metode inilah yang telah diterapkan oleh beliau al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim al-Hafidz secara bertahap selama bertahun-tahun hingga saat ini dan telah banyak mengislamkan umat manusia.
Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan kita yang notabennya sebagai seorang santri?…hem..!!! Tentu kita sebagai santri harus sadar dan menyadari bahwa kita adalah generasi para kyai yang melanjutkan visi misi beliau juga memiliki tanggung jawab besar kelak di masyarakat yaitu menyebarkan ajaran islam sebagai bentuk mengamalkan ilmu.
Beliau RKH. Fahrillah Aschal Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Mo. Cholil pernah berdawuh kepada para Santri bahwa “as-Santri Warotsatul Anbiya.” Santri adalah penerus para Nabi. Santri adalah penyambung sanad para kyai, penerus para Kyai maka juga selayaknya dikatakan pewaris para Nabi. Sebagaimana al-Ulamau Warotsatul anbiya’. Ulama’ adalah pewaris para Nabi. Semoga kita mendapatkan barokah para masyayikh dan diakui santrinya. Amin ya robbal ‘alamin. Wallahu a’lam bishawab.
Keterangan ini penulis dapatkan dari Hadratus Syaikh RKH. Fahrillah Aschal sewaktu ngaji kitab Tafsir Jalalain.
Penulis : Rido Santoso al-Bangkawi
Editor : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul