اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كما صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيمَ وعلى آلِ سَيِّدِنَا إبْراهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كما بَاركْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آل سَيِّدِنَا إبراهيم في العالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”
**
Shalawat di atas dikenal dengan sebutan Shalawat Ibrahimiyah. Setiap Muslim pasti mengenal dan bahkan hafal shalawat tersebut. Karena shalawat ini selalu dibaca pada saat duduk tasyahud di dalam shalat.
Menurut Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani shalawat Ibrahimiyah adalah shalawat yang paling sempurna shighatnya dibanding shalawat-shalawat yang lain, baik yang ma’tsurah (diriwayatkan dari Nabi) maupun yang tidak ma’tsurah. Karena kesempurnaannya ini maka para ulama menentukannya sebagai shalawat yang dibaca ketika seorang Muslim melakukan shalat, di samping karena adanya kesepakatan perihal kesahihan haditsnya.
Ada banyak perawi hadits yang meriwayatkan shalawat Ibrahimiyah. Mereka di antaranya Imam Malik di dalam kitab Muwaththa’, Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kedua kitab shahihnya, serta para imam lainnya seperti Abu Dawud, Nasai, dan Turmudzi. Imam Al-Iraqi dan Imam As-Sakhawi menuturkan bahwa haditsnya muttafaq ‘alaih.
Banyaknya periwayatan hadits tentang shalawat Ibrahimiyah ini juga menjadikan pula banyaknya redaksi shalawat ini yang berbeda-beda. Yang ditulis di atas—sebagaimana dituturkan An-Nabhani—adalah salah satu redaksi shalawat Ibrahimiyah yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi.
Imam Ahmad As-Shawi menyebutkan sebuah hadits riwayat Imam Bukhari di mana Rasulullah bersabda:
من قال هذه الصلاة شهدت له يوم القيامة بالشهادة وشفعت له
Artinya: “Barangsiapa yang membaca shalawat ini maka aku bersaksi baginya di hari kiamat dengan kesaksian dan aku memberi syafaat baginya.”
Sementara itu sebagian ulama mengatakan bahwa membaca shalawat Ibrahimiyah sebanyak seribu kali dapat menjadikan pembacanya melihat Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Ada pertanyaan menarik perihal shalawat Ibrahimiyah ini. Pertama bila di dalam haditsnya shalawat Ibrahimiyah tanpa menggunakan kata sayyidina (tuanku, baginda), mengapa dalam pengamalannya para guru mengajarkan untuk menggunakan kata tersebut?
Menjawab pertanyaan ini Imam Syamsudin Ar-Ramli di dalam kitab Nihayatul Muhtaj Syarh Al-Minhaj mengatakan bahwa yang utama adalah membacanya dengan menggunakan kata sayyidina. Karena di dalam penggunaan kata ini ada pemenuhan terhadap perintah (di mana haditsnya tidak menggunakan kata tersebut, pen.) sekaligus juga tata krama terhadap pangkat beliau yang semestinya. Maka menggunakan kata sayyidina ketika membaca shalawat Ibrahimiyah lebih utama dari pada tidak menggunakannya. Adapun tentang hadits yang berbunyi :
لا تسيدوني في الصلاة
Merupakan hadits yang bathil yang tidak ada dasarnya. sebagaimana perkataan para ulama mutaakhirin al-Hafidz (yang hafal ribuan hadits).
Sementara Imam Ahmad bin Hajar dalam kitab Al-Jauhar Al-Munadhdhom menuturkan bahwa penambahan kata sayyidina sebelum kata Muhammad tidaklah mengapa. Bahkan ini merupakan tata krama terhadap hak Rasulullah meskipun diucapkan di dalam shalat fardlu. (Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Afdlalus Shalawât ‘alâ Sayyidis Sâdât, [Jakarta: Darul Kutub Islamiyah], 2004, hal. 57)
Pertanyaan kedua, kenapa dalam shalawat Ibrahimiyah, Nabi Ibrahim as disebut secara khusus. Padahal nabi-nabi lain juga mempunyai keistimiwian yang tak kalah luhurnya dengan Nabi Ibrahim as?
Syekh Sulaiman bin Umar bin Manshur al Ujaili al Azhari al Jamal, atau dikenal dengan Syekh Sulaiman al Jamal (w 1204 H) dalam kitabnya Futuhatul Wahhab bi Taudhihi Syarhi Manhajil Thullab atau lebih dikenal dengan nama Hasyiyah Jamal ala syarhil Manhaj: Nabi Ibrahim as dikhususkan disebut karena rahmat dan keberkahan tidaklah berkumpul terhadap nabi selainnya, Allah ﷻ berfirman : “(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait!”.
al-Ajhuriy dalam syarah kitab Mukhtashar Ibn Aby Jamrah juga membari mengomentari apa yang disampaikan Syekh Sulaiman al-Jamal: Dikhususkannya penyebutan Nabi Ibrahim as dan keluarganya di dalam shalawat karena dua pandangan :
Pertama, Nabi kita ﷺ pada malam Isra` dan Mi’raj melihat seluruh para nabi, dan beliau mengucapkan salam terhadap tiap-tiap nabi namun tak satupun dari mereka mengucapkan salam terhadap ummat-Nya selain Nabi Ibrahim as. Maka Nabi kita ﷺ memerintahkan kepada kita untuk bershalawat terhadapnya (Nabi Ibrahim as) dan keluarganya disetiap akhir shalat sampai hari kiamat sebagai balasan atas kebaikannya.
Kedua, manakala Nabi Ibrahim as telah selesai membangun Baitullah beliau duduk beserta keluarganya, lalu beliau menangis seraya berdo’a, beliau berkata :”Yaa Allah, barangsiapa yang berhaji ke rumah ini (Baitullah) dari golongan yang tua-tua dari ummat Muhammad maka berikan (kirimkan) kepadanya salam dariku”. Lantas ahlu baitnya berkata : “Aamiin”. Ishaq as berkata : “Yaa Allah, barang siapa yang berhaji ke rumah ini dari golongan yang setengah baya dari ummat Muhammad maka berikan (kirimkan) kepadanya salam dariku”. Lantas mereka (keluarnganya) berkata : “Aamiin”. Kemudian Isma’il as berkata : “Yaa Allah, barangsiapa berhaji ke rumah ini dari para pemuda golongan ummat Muhammad maka berikan (kirimkan) kepadanya salam dariku”. Lantas mereka berkata : “Aamiin”. Lalu Sarah berkata :”Yaa Allah, barangsiapa berhaji ke rumah ini dari golongan perempuan ummat Muhammad maka berikan (kirimkan) kepadanya salam dariku”. Lantas merekaberkata : “Aamiin”. Lalu Hajar berkata : “Yaa Allah, barangsiapa berhaji ke rumah ini dari para maula (hamba sahaya), pria dan wanita dari golongan ummat Muhammad maka berikan (kirimkan) kepadanya salam dariku”. Lantas mereka berkata : “Aamiin”. Maka oleh sebab (ucapan salam) telah terdahului dari mereka, kita diperintahkan untuk bershalawat terhadapnya sebagai balasan terhadap mereka.
Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
المراجع:
?ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﺍﻟﺴﺎﺩات ﻟﻠﺸﻴﺦ ﺍﻟﻘﺎﺿﻰ ﻳﻮﺳﻒ ﺍﻟﻨﺒﻬﺎﻧﻰ صحيفة ٥٦ – ٥٧ دار الفكر
ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻫﻲ ﺃﻛﻤﻞ ﺻﻴﻎ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻤﺄﺛﻮﺭﺓ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﻟﺬﻟﻚ ﺧﺼﻮﺍ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻼﺗﻔﺎﻕ ﻋﻠﻰ ﺻﺤﺔ ﺣﺪﻳﺜﻬﺎ ﻓﻘﺪ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺎﻟﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﻃﺄ ﻭﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻬﻤﺎ ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ ﻭﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﺴﺨﺎﻭﻱ ﺃﻧﻪ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﺫﻛﺮ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺩﻻﺋﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﺃﻟﻔﺎﻇﻬﺎ ﺭﻭﺍﻳﺎﺕ ﻫﺬﻩ ﺇﺣﺪﺍﻫﺎ ﻭﻫﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﺟﻤﺎﻋﺔ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺪﻻﺋﻞ ﻟﻠﻔﺎﺳﻲ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﻟﺼﺎﻭﻱ ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﻛﺘﺒﻪ ﺃﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﺷَﻬِﺪْﺕُ ﻟَﻪُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﺎﻟﺸَّﻬَﺎﺩَﺓِ ﻭَﺷَﻔَﻌْﺖُ ﻟَﻪُ . ﻭﻫﻮ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺭﺟﺎﻝ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ . ﻭﺫﻛﺮ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻥ ﻗﺮﺍﺀﺗﻬﺎ ﺃﻟﻒ ﻣﺮﺓ ﺗﻮﺟﺐ ﺭﺅﻳﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍ . ﻩ . ﻭﻫﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﺪﻭﻥ ﻟﻔﻆ ﺍﻟﺴﻴﺎﺩﺓ ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺍﻟﺮﻣﻠﻲ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﺍﻷﻓﻀﻞ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﻠﻔﻆ ﺍﻟﺴﻴﺎﺩﺓ ﻷﻥ ﻓﻴﻪ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﻤﺎ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﺑﻪ ﻭﺯﻳﺎﺩﺓ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺑﺎﻟﻮﺍﻗﻊ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺍﻷﺩﺏ ﻓﻬﻮ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺗﺮﻛﻪ . ﻭﺃﻣﺎ ﺣﺪﻳﺚ ﻻ ﺗﺴﻴﺪﻭﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﺒﺎﻃﻞ ﻻ ﺃﺻﻞ ﻟﻪ . ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺑﻌﺾ ﻣﺘﺄﺧﺮﻱ ﺍﻟﺤﻔﺎﻅ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻮﻫﺮ ﺍﻟﻤﻨﻈﻢ ﻭﺯﻳﺎﺩﺓ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻗﺒﻞ ﻣﺤﻤﺪ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ ﺑﻞ ﻫﻲ ﺍﻷﺩﺏ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻟﻮ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻱ ﺍﻟﻔﺮﻳﻀﺔ ﺍ . ﻩ .
?فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب المشهور بحاشية الجمل على شرح المنهج للشيخ سليمان بن عمر بن منصور العجيلي الأزهري، المعروف بالجمل ( 000 – 1204 هـ = 000 – 1790 م) الجزاء ٢ صحيفة ٩٦ – ٩٧ دار الكتب
وَخَصَّ إبْرَاهِيمَ بِالذِّكْرِ لِأَنَّ الرَّحْمَةَ وَالْبَرَكَةَ لَمْ تَجْتَمِعَا لِنَبِيٍّ غَيْرِهِ قَالَ تَعَالَى رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ
(قَوْلُهُ وَخَصَّ إبْرَاهِيمَ بِالذِّكْرِ إلَخْ) عِبَارَةُ الْأُجْهُورِيِّ فِي شَرْحِ مُخْتَصَرِ ابْنِ أَبِي جَمْرَةَ نَصُّهَا وَإِنَّمَا خَصَّ إبْرَاهِيمَ عَلَيْهِا لصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِذِكْرِهِ وَآلِهِ فِي الصَّلَاةِ لِوَجْهَيْنِ:
أَحَدُهُمَا أَنَّ نَبِيَّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ رَأَى لَيْلَة َالْمِعْرَاجِ جَمِيعَ الْأَنْبِيَاءِ وَسَلَّمَ عَلَى كُلِّ نَبِيٍّ وَلَمْ يُسَلِّم أَحَدٌ مِنْهُمْ عَلَى أُمَّتِهِ غَيْرَ إبْرَاهِيمَ فَأَمَرَنَا نَبِيُّنَا أَنْ نُصَلِّي َعَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ آخِرَ كُلِّ صَلَاةٍ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مُجَازَاةً لَهُ عَلَى إحْسَانِهِ
الثَّانِي: أَنَّ إبْرَاهِيمَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْبَيْتِ جَلَسَ مَعَ أَهْلِهِ فَبَكَى وَدَعَا فَقَالَ اللَّهُمَّ مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ مِنْ شُيُوخِ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَهَبْهُ مِنِّي السَّلَامَ فَقَالَ أَهْلُ بَيْتِهِ: آمِينَ, قَالَ إِسْحَاقُ: اللَّهُمَّ مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ مِنْ كُهُولِ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَهَبْهُ مِنِّي السَّلَامَ فَقَالُوا: آمِينَ ثُمَّ قَالَ إسْمَاعِيلُ: اللَّهُم مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ مِنْ شَبَابِ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَهَبْهُ مِنِّي السَّلَام فَقَالُوا: آمِينَ فَقَالَتْ سَارَةُ: اللَّهُمَّ مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ مِنْ نِسَاءِ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَهَبْهُ مِنِّي السَّلَامَ فَقَالُوا: آمِينَ فَقَالَتْ هَاجَرُ اللَّهُمَّ مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ: مِنْ الْمَوَالِي مِنْ النِّسَاءِ وَالرِّجَالِ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ فَهَبْهُ مِنِّي السَّلَامَ فَقَالُوا: آمِينَ, فَلَمَّا سَبَقَ مِنْهُمْ ذَلِكَ أُمِرْنَا بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِمْ مُجَازَاةً لَهُم انْتَهَتْ.