Rasulullah ﷺ bersabda:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Artinya: “𝑷𝒆𝒓𝒊𝒏𝒕𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒂𝒌-𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝒂𝒑𝒂𝒃𝒊𝒍𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒉 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏, 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂𝒃𝒊𝒍𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒔𝒆𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒑𝒖𝒌𝒖𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂 𝒂𝒑𝒂𝒃𝒊𝒍𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒕𝒊𝒅𝒖𝒓𝒏𝒚𝒂.” (𝑯𝑹 𝑨𝒃𝒖 𝑫𝒂𝒘𝒖𝒅).
Hadits ini menjelaskan akan kewajiban orang tua atau seorang wali untuk memerintahkan, mendidik dan mengajarkan putra putrinya sholat lima waktu. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Al-Allamah al-Habib Abdullah bin al-Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba’alawy (w. 1272 h)—Rahimahullahu Ta’ala—dalam kitabnya Sullam at-Taufiq ila Mahabbatillah ala at-Tahqiqi mengatakan:
يجب على ولي الصبي والصبية المميزين ان يأمرهما بالصلاة ويعلمهما أحكامها بعد سبع سنين ويضربهما على تركها بعد عشر سنين كصوم أطاقاه ويجب عليه ايضا تعليمهما ما يجب عليهما وما يحرم
“Wajib bagi wali anak kecil laki-laki dan perempuan yang Mumayyiz (sudah pintar) untuk memerintahkan kepada mereka melakukan sholat dan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum seputar sholat setelah berumur 7 tahun dan wajib memukulnya apabila mereka meninggalkan sholat setelah berumur 10 tahun, sebagaimana juga (wajib memerintahkan mereka) berpuasa jika mereka mampu melakukannya. Dan wajib juga mengajarkan kepada mereka hal-hal yang wajib dan hal-hal yang haram”.
Kemudian Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantaniy al-Jawiy (w. 1316 h) dalam kitab Muroqati ash-Shu’ud at-Tashdiq secara detail mengupas komentar al-Habib Abdullah bin al-Husain Ba’alawy sebagai berikut:
والمراد بالولي كل من أبويه وإن عليا، ولو من قبل الأم الوجوب بفعل أحدهما لحصول المقصود به، وإنما خوطبت بذلك الأم وإن لم يكن لها ولاية، لأنه من الأمر بالمعروف، ولذلك وجب ذلك على الأجانب أيضاً على على ما ذكره الزركشي وإنما خصوا الأبوين بذلك لأنهما أخص من بقية الأجانب نقله الكردي عن الإيعاب. وحد التمييز أن يكون كل من الصبي والصبية بحيث يأكل وحده ويشرب وحده ويستنجي وحده. وقيل : أن يفهم الخطاب ويرد الجواب. وقيل : أن يعرف يمينه من شماله، حكى ذلك عطية. والمراد أن يعرف ما ينفعه وما يضره، ولا يجب الأمر قبل تمام السبع وإن ميز قبلها
• Maksud dari kewajiban di atas adalah kewajiban kifayah. Artinya, jika salah satu dari wali telah melakukannya maka gugur kewajiban dari yang lain.
• Maksud dari wali adalah kedua orang tua (ayah, ibu, kakek, nenek dan seterusnya). Lalu kenapa orang tua perempuan (ibu atau nenek) juga dikenai kewajiban, padahal mereka tidak memilik hak perwalian dalam nikah? Karena perkara ini merupakan Amar Ma’ruf (menegakkan kebajikan). Karena itu—sebagaimana yang disampaikan az-Zarkasyi— orang lain (selain yang disebut di atas) juga dikenai kewajiban. Sedangkan memprioritaskan kewajiban memerintahkan, mendidik dan mengajarkan anak kepada orang tuanya—mengutip pendapat al-Kurdi dalam kitab al-I’ab—karena mereka lebih berhak memerintahkan sholat dan semacamnya dibanding orang lain.
• Maksud dari Mumayyiz adalah sekiranya bisa makan, minum dan cewok sendiri. Pendapat lain mengatakan: Dapat mengerti jika diperintahkan dan menjawab pertanyaan jika ditanyakan. Pendapat lain mengatakan—sebagaimana yang disampaikan Syaikh ‘Athiyah: Mengetahui apa yang ada dikanan kirinya artinya mengetahui sesuatu yang manfaat dan membahayakan bagi dirinya.
• Tidak wajib memerintah jika belum sampai pada usai 7 tahun (Qamariyah) sekali pun telah mumayyiz sebelum usia itu.
Selanjutnya Syaikh Nawawi al-Bantaniy al-Jawiy mengatakan:
(ويضر ما على تركها بعد) شروع (عشر سنين) أى إذا وصلا إليها بتمام التسعة لانها مظنة الاحتلام. والراجح أنهما يضربان بقدر الحاجة وإن كثر، لكن بشرط أن يكون غير مبرح فلا يتقيد بثلاث مرات خلافا لابن جريح حيث قيده بها، أخذا من حديث “غط جبريل للنبى عليهما الصلاة والسلام ثلاث مرات فى ابتداء الوحى” ذكره الشرقاوى. ولو لم يفد إلا المبرح تركهما على المعتمد، قاله الكردى.
• Ketika anak telah berumur 10 tahun, maka wali berkewajiban untuk memukul sang anak jika tidak mau menjalankan sholat lima waktu. berusia10 tahun, artinya ketika telah sampai pada usia 9 tahun secara sempurna karena kemungkinan besar pada usia itu anak sudah mengalami mimpi basah (tanda dia telah baligh).
• Menurut pendapat yang Rajih (kuat), mereka boleh dipukul tergantung kebutuhan sekalipun harus berulang kali, tetapi dengan syarat pukulan tersebut bukan pada muka dan tidak menyebabkan luka atau bengkak. Dengan begitu, tidak harus dibatasi maksimal 3 kali sebagaimana pendapat yang disampaikan Ibnu Juraih berdasarkan hadits Nabi ﷺ: “bahwa Malaikat Jibril mendekap Rasulullah ﷺ sebanyak 3 (tiga) kali pada saat permulaan diturunkannya wahyu”. Sebagimana keterangan yang dikutip asy-Syarqawiy.
• Apabila si anak masih belum jera (tetap meninggalkan sholat) kecuali memang harus dipukul dengan pukulan yang keras (menyebabkan luka atau bengkak), maka menurut pendapat yang Mu’tamad (terpercaya), ditinggalkan saja (tidak dipukul) seperti apa yang pernah dikatakan oleh al-Kurdi.
Syaikh Muhammad Abdurrauf al-Manawiy (w. 1031 h) dalam kitab Faidhu al-Qadir Syarhu Jami’ ash-Shaghir min Ahaditsi al-Basyiru an-Nadzir mengatakan:
(وفرقوا بينهم في المضاجع) أي فرقوا بين أولادكم في مضاجعهم التي ينامون فيها إذا بلغوا عشرا حذرا من غوائل الشهوة وإن كن أخواته قال الطيبي: جمع بين الأمر بالصلاة والتفرق بينهم في المضاجع في الطفولية تأديبا ومحافظة لأمر الله كله وتعليما لهم والمعاشرة بين الخلق وأن لا يقفوا مواقف التهم فيجتنبوا المحارم.
• Maksud dari perintah Nabi Muhammad ﷺ “Pisahkan mereka dalam tempat tidurnya adalah ketika anak-anak itu telah berusia 10 tahun, maka hendaklah memisahkan anak laki-laki dari anak perempuan dalam tempat tidur mereka karena menjaga dari kemungkinan adanya syahwat (keinginan kotor) yang menipu sekalipun mereka saudara kandung.
• Ath-Tayyibiy mengatakan: Korelasi perintah mengerjakan sholat dan memisahkan mereka dalam tempat tidurnya dimasa anak-anak adalah sebagai pendidikan moral, menjaga semua perintah Allah ﷻ, mengajarkan mereka bersosial dengan masyarakat dan agar tidak terbiasa berada ditempat yang mengundang prasangka jelek hingga mereka senantiasa menjauh dari setiap suatu yang diharamkan Allah ﷻ.
Waallah A’lamu
𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌-𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒊𝒋𝒂𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒂𝒌-𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒉𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒉𝒐𝒍𝒊𝒉𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒉𝒍𝒊 𝒔𝒉𝒐𝒍𝒂𝒕. 𝑨𝒎𝒊𝒏
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ 𝑺𝒚𝒂𝒊𝒌𝒉 𝑴𝒖𝒉𝒂𝒎𝒎𝒂𝒅 𝑵𝒂𝒘𝒂𝒘𝒊 𝒃𝒊𝒏 𝑼𝒎𝒂𝒓 𝒂𝒍-𝑩𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏𝒊𝒚 𝒂𝒍-𝑱𝒂𝒘𝒊𝒚| 𝑴𝒖𝒓𝒐𝒒𝒂𝒕𝒊 𝒂𝒔𝒉-𝑺𝒉𝒖’𝒖𝒅 𝒂𝒕-𝑻𝒂𝒔𝒉𝒅𝒊𝒒| 𝑫𝒂𝒓𝒖 𝒂𝒍-𝑲𝒖𝒕𝒖𝒃 𝒂𝒍-𝑰𝒍𝒎𝒊𝒚𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒍 46-47.
✍️ 𝑺𝒚𝒂𝒊𝒌𝒉 𝑴𝒖𝒉𝒂𝒎𝒎𝒂𝒅 𝑨𝒃𝒅𝒖𝒓𝒓𝒂𝒖𝒇 𝒂𝒍-𝑴𝒂𝒏𝒂𝒘𝒊𝒚| 𝑭𝒂𝒊𝒅𝒉𝒖 𝒂𝒍-𝑸𝒂𝒅𝒊𝒓 𝑺𝒚𝒂𝒓𝒉𝒖 𝑱𝒂𝒎𝒊’ 𝒂𝒔𝒉-𝑺𝒉𝒂𝒈𝒉𝒊𝒓 𝒎𝒊𝒏 𝑨𝒉𝒂𝒅𝒊𝒕𝒔𝒊 𝒂𝒍-𝑩𝒂𝒔𝒚𝒊𝒓𝒖 𝒂𝒏-𝑵𝒂𝒅𝒛𝒊𝒓| 𝑫𝒂𝒓𝒖 𝒂𝒍-𝑴𝒂’𝒓𝒊𝒇𝒂𝒉 𝒋𝒖𝒛 5 𝒉𝒂𝒍 521.