Syaichona.net- Dalam satu riwayat Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy dalam kitabnya Afdhalu Shalawat ala Sayyidi as-Sadat mengatakan: Syaikh Abu Al-Muwahib asy-Syadzili pernah berkata : Pada suatu hari dia terlibat perdebatan di Universitas al-Azhar dengan seseorang atas pernyataan penulis qasidah Burdah al-Imam Bushiri:
فمبلغ العلمِ فيه أنه بشــــــرٌ :: وأنه خيرُ خلقِ الله كلهــــــمِ
“Puncak pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia adalah manusia
Dan ia adalah sebaik baik makhluk dari seluruh ciptaan Allah ﷻ”.
Ia mengatakan kepadaku bahwa pernyataan dalan bait ini tidak memiliki argumentasi mendasar. Aku sanggah pernyataannya dan aku katakan bahwa pernyataan al-Imam Busiri berdasarkan ijma’ (kesepakatan para ulama) yang tidak dapat dibantah.
Tapi ia tetap tak mau menerimanya. Lalu setelah itu aku bermimpi melihat Rasulullah ﷺ bersama Sayyidana Abu Bakar Radhiyallah Anhu dan Sayyidina Umar ibni al-Khattab sedang duduk di samping mimbar Universitas Al Azhar. Beliau menyambutku: “Selamat datang kekasih kami.” Kemudian Beliau menoleh kepada para sahabatnya dan bersabda: “Tahukah kalian apa yang telah terjadi hari ini?” “Kami tidak tahu, wahai Rasulullah ﷺ,” jawab mereka. “Sesungguhnya si fulan yang celaka meyakini bahwa para malaikat lebih utama dariku.” Mereka menyanggah dengan serentak, “Itu tidak benar, wahai Rasulullah ﷺ!” Lalu Nabi ﷺ bersabda kepada mereka: “Kasihan keadaan si fulan yang celaka itu, ia sebenarnya tidak hidup.
Sekalipun tampak hidup, ia hidup dalam keadaan ternista dan terhina. Namanya yang terhina membuatnya sempit dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ia meyakini bahwa ijma’ tidak terjadi pada pengutamaanku di atas semua makhluk. Tidakkah ia tahu, bahwa pengingkaran Mu’tazilah kepada Ahlussunah tidak dapat merusak kredibilitas ijma’?
Di suatu kesempatan yang lain Syaikh Abu Al-Muwahib asy-Syadzili menceritakan pertemuannya dengan Rasulullah ﷺ, dalam pertemuan itu beliau bertanya pada Rasulullah ﷺ: Wahai Rasulullah ﷺ! Sepuluh shalawat (ampunan) dari Allah ﷻ akan didapat seorang yang membaca shalawat padamu satu kali, apakah demikian itu hanya berlaku pada orang membaca shalawat padamu dengan hati yang hadir? Rasulullah ﷺ menjawab: “Tidak! Pahala itu juga berlaku pada orang yang membaca shalawat padaku dengan keadaan lalai dan ia akan mendapat doa dan istighfar dari para malaikat yang berkumpul seperti gunung-gunung sedangkan orang yang membaca shalawat padaku dengan hati yang hadir mendapat pahala yang lebih dan hanya Allah ﷻ Yang Maha Tahu.
Kemudian Syaikh Abu Al-Muwahib asy-Syadzili berpesan: “Barang siapa ingin bermimpi melihat Nabi ﷺ, hendaknya ia perbanyak membaca shalawat siang dan malam serta mencintai para wali-walinya Allah ﷻ. Bila tidak, maka jangan berharap pintu rukyah (mimpi melihat Nabi ﷺ) bisa dibuka karana bila seseorang membenci para wali-wali Allah ﷻ, Allah akan murka begitu juga Rusulullah ﷺ”.
Dan diantara keutamaan dari membaca shalawat adalah para malaikat akan mencatatnya dengan pena emas di atas lembaran perak serta berkata pada mereka yang gemar membaca shalawat: Ayo! Tambah lagi bacaan shalawat kalian semoga Allah ﷻ menambah pahala shalawat kalian”.
Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
? Afdhalu ash-Shalawat ala Sayyidi as-Sadat| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy| hal 69-70.
? Taqribu al-Usul li Tashili al-Wushu li Ma’rifatillah wa ar-Rasul ﷺ|Book Publisher| Sayyid Ahmad Sayyid Ahmad Dahlan hal 145-147.