Syaichona.net- Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy dalam kitabnya Afdhalu Shalawat ala Sayyidi as-Sadat mengatakan: “Syaikh Abu al-Muwahib asy-Syadzili bercerita: “Aku pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ, Beliau bersabda padaku: “Bacalah sebelum tidur:
5x أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
5x بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kemudian membaca:
الَلّٰهُمَّ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ أَرِنِيْ وَجْهَ مُحَمَّدٍ حَالًا وَمَآلًا
Bila kau membacanya ketika hendak tidur, maka aku akan datang menemuimu dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu.
Kemudian Syaikh Abu al-Muwahib asy-Syadzili mengatakan: “Adakah Ruqyah (amalan) dan makna tersirat yang lebih baik dari (apa yang di anjurkan Rasulullah ﷺ ini) bagi mereka yang mengimani?
Syaikh al-Fasiy al-Maghribi dalam Thabaqati asy-Syadziliyah al-Kubra al-Musamma Jami’u al-Karamat al-‘Aliyah fi Thabaqati as-Sadati asy-Syadziliyah turut mengomentari pernyataan Syaikh Abu al-Muwahib asy-Syadzili ini.
Menurutnya: “Ruqiyah (amalan) ini tergolong paling agung dan paling ringannya doa atau amalan agar bisa bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ karena tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mengamalkannya. Sungguh amalan ini telah terbukti mujarrab, banyak orang yang berhasil dan sukses bertemu dengan Rasulullah ﷺ dalam mimpinya setelah mengamalkan amalan ini.
Diantara saudara-saudara kita fillah, semoga Allah ﷻ mengukohkan jumlah mereka dan menambah pengikut mereka, telah mewartakan dan membuktikan padaku tentang kemujaraban amalan ini dengan bermimpi melihat Rasulullah ﷺ. Mereka memberikan tips kepada kita, bahwa sebelum mengamalkan amalan ini hendaknya berwudhu terlebih dahulu atau mengamalkan dalam keadaan suci dan waktu yang paling tetap untuk mengamalkan adalah malam Jum’at karena di malam itu terdapat keterangan dalil yang menjelaskan tentang keutamaannya.
Masih menurut Syaikh al-Fasiy al-Maghribi, Aku sendiri adalah salah satu orang yang pernah mengamalkan amalan ini dan terbukti. Pada saat itu, sepuluh akhir bulan Ramdhan. Demi Allah ﷻ tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, aku melihat Rasulullah ﷺ datang kepadaku dengan ketampanan yang tiada tara, terang benderang bak bulan purnama. Beliau hadir memakai busana sutra terbaik, berbaring terlentang dengan rambut yang terurai indah. Senyumnya sungguh menawan dengan gigi seri yang berkilau. Raga Beliau diliputi cahaya yang sangat terang, yang mampu menyirat semua padangan mata yang memandangnya. Saat itu aku masih sibuk dengan bacaan wiridku, lalu Rasulullah ﷺ memanggilku: “Kemarilah! Lebih dekat denganku”. Aku pun mendekat ke sisi Beliau. Kemudian Rasulullah ﷺ menghiburku dengan selaksa kebahagian.
(ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ ذُو الفَضْلِ العَظِيمِ)
“Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al-Hadid: 21].
Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy dalam kitabnya Sa’adu ad-Daraini fi as-Sholati ala Sayyidi al-Kaunaini mengutip dari kitab Bustanu al-Fuqara karya al-Imam al-Yafi’i menambahkan: “Barang siapa yang ingin bermimpi bertemu Allah ﷻ, Rasulullah ﷺ atau tempat dirinya di surga, maka bacalah shalawat dengan shighat (bentuk shalawat):
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْنَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وفي رواية زيادة وَعَلٰى آلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
Sebanya 1000 X di hari Jum’at
Bila masih belum menemukan hasil, maka ulangi lagi di Jum’at kedua, ketiga atau hingga jum’at kelima insya Allah ﷻ, Rasulullah ﷺ akan hadir dalam mimpinya”.
Sesungguhnya sebab-sebab terhalangnya seseorang tidak bisa berjumpa dengan Rasulullah ﷺ meski dalam mimpinya adalah rusaknya etika atau tatakrama pada para ulama, menghadiri majlis ghibah (tempat perkumpulan yang di isi dengan menggunjing orang lain) dan menyebarkan rahasia perihal (kelebihan atau kekurangan) suami istri pada orang lain.
اللّهُمَّ مَتِّعْنَا وَإِخْوَانِنَا بِالنَّظْرِ إِلٰى وَجْهِكَ وَوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَأَدِمْ عَلَيْنَا مُشَاهَدَتَهُ يَا رَحْمٰنُ يَا رَحِيْمُ
“Ya Allah! Berilah kami dan saudara kami kenikmatan dengan melihat Dzat-Mu dan wajahnya yang mulia, serta abdikan selamanya pada kita untuk bisa menyaksikannya wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Penyanyang”. Amin
Waallah A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
? At-Thabaqati al-Kubra al-musammat bi Lawaqiḥi al-anwar fi Thabaqati al-ahyar| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Syaikh Abdul Wahhab asy-Sya’raniy| Juz 2 hal 72.
? Afdhalu ash-Shalawat ala Sayyidi as-Sadat| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy| hal 69.
? Sa’adu ad-Daraini fi as-Sholati ala Sayyidi al-Kaunaini| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy| Halaman 146.
? Thabaqati asy-Syadziliyah al-Kubra al-Musamma Jami’u al-Karamat al-‘Aliyah fi Thabaqati as-Sadati asy-Syadziliyah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Syaikh Abi Ali al-Kauhaniy al-Fasiy al-Maghribiy| hal 125.
? Al-Mashadir al-‘Ammah lit-Talqi ‘inda ash-Shufiyah Aradhan wa Naqadan| Shadiq Shalim Shadiq| Maktabah ar-Rasyid Riyadh hal 342-343.