Syaicona.net- Allah ﷻ berfirman dalam al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuknya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam.“ [QS. Al-Ahzab:56 23]
Ayat ini menuturkan bahwa Allah ﷻ dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian Allah ﷻ memerintahkan kaum beriman agar bershalawat pula untuk beliau.
Di sini ada shalawat dari Allahﷻ, ada shalawat dari malaikat dan ada shalawat dari sesama manusia.
Dalam Syaikh Syihafuddin al-Qalyubi (w 1070 H) dalam kitabnya Hasyiyatani al-Qalyubi wa Umairah mengatakan:
قوله: (صلى الله عليه وسلم عليه) الصلاة من الله رحمة، ومن الملائكة استغفار، ومن غيرهما دعاء
“Shalawat dari Allah ﷻ adalah rahmat. Sedang shalawat dari malaikat adalah istighfar (memohonkan ampunan untuk Nabi ﷺ). Adapun shalawat dari selain Allah ﷻ dan malaikat adalah doa.” [Hasyiyatani al-Qalyubi wa Umairah, al-Haramain juz 1 hal 8].
Namun bershalawat dan salam tidak harus melulu diucapkan dengan lisan. Shalawat dan salam dapat dituangkan dalam pelbagai medium, baik melalui tulisan atau diucapkan dengan lisan. Ada yang diucapkan melalui sebuah tulisan seperti orang membaca Barzanji, Burdah dan qashidah lainnya, atau dilisankan begitu saja tanpa teks. Ada pula yang hanya melalui goresan pena tanpa diucapakan dengan lisan seperti tulisan di kitab-kitab atau buku-buku tentang keagamaan,kaligrafi di atas kanvas dalam lain sebagainya. Yang terpenting adalah bertujuan mengagungkan dan memuliakan Baginda Nabi Muhammad ﷺ.
Syekh Muhammad Nawawi al-Banteni (w 1314 H) mengutip sebuah hadits ketika menjelaskan keutamaan shalawat Nabi melalui medium tulisan. Dalam hadits itu dikatakan bahwa malaikat mendoakan orang yang menulis shalawat selama tulisan itu masih tampak sebagai tulisan.
وبقوله صلى الله عليه وسلم: “من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة تصلى عليه ما دام اسمي في ذلك الكتاب”
“… karena sabda Rasulullah ﷺ: “Siapa yang bershalawat kepadaku pada sebuah buku, maka malaikat senantiasa berdoa untuknya selama namaku masih tercatat di buku tersebut.” [Kasyifatus Saja fi Syarhi Safinatu an-Najah, Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 8].
Syekh Nawawi Banten juga mengutip pandangan Syekh Abdul Mu’thi As-Samlawi (lahir 1127 H) dalam memahami hadits ini.
قال عبد المعطى السملاوي في منعى هذا الحديث أي من كتب الصلاة وصلى أو قرأ الصلاة المرسومة في تأليف حافل أو رسالة لم تزل الملائكة تدعو له بالبركة أو تستغفر له
“Syekh Abdul Mu’thi As-Samlawi mengatakan perihal makna hadits tersebut, yaitu ‘Siapa saja yang mencatat shalawat, bershalawat, atau membaca shalawat yang tercatat pada karya yang tersusun atau pada sebuah surat, niscaya malaikat senantiasa mendoakan keberkahan dan memohonkan ampunan kepada Allah ﷻ baginya.” [Kasyifatus Saja fi Syarhi Safinatu an-Najah, Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 8].
Dalam beberapa literatur shalawat banyak dikisahkan karomah para ulama terkait bershalawat dengan tulisan. Berikut muzaik kisahnya:
Kisah Pertama:
Dikisahkan dari Syaikh Ali bin Abdul Karim ad-Damsyiqi pada suatu hari aku bermimpi berjumpa Syaikh Muhammad Ibnu al-Imam Zakiyuddin al-Mundziri pasca wafat Beliau, saat orang-orang menghias kota bersiap menyambut kedatangan Sultan.
Syaikh al-Mundziri berkata padaku”Orang-orang sepertinya sangat gembira menyambut kedatangan Sultan?”
“Betul Syaikh, seperti yang Anda lihat hari ini”. Jawabku.
Kemudian Syaikh al-Mundziri berkata: “Sedangkan kami sangat bergembira di surga karena bisa bertemu Rasulullah ﷺ dan mengecup tangan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
أبشروا كل من كتب بيده قال فهو معي في الجنة
“Berbahagilah orang yang menulis sholawat dengan tanganya, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Dia akan bersamaku di surga”.
al-Hadidz as-Sakhawi berkata: “Sanad cerita ini shahih, telah banyak menceritakan padaku bukan satu atau dua orang. Dari al-Qadhi Burhanuddin Ibnu Jam’ah dari Al-Imam Abi Amr bin al-Marabith dari al-Hafidz Abi ad-Dimyati dari Syaikh Ali bin Abdul Karim ad-Damsyiqi”. [asy-Syarfu al-Umjadi fi Wujubi Mahabbat Sayyidina Muhammad ﷺ, Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 255].
Waalahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul