Syaichona.net- Islam sangat menganjurkan berbuat baik kepada siapapun termasuk kepada tetangga meski mereka berbeda agama bahkan berbuat baik atau memuliakan tetangga menjadi salah satu tolak ukur keimanan seorang mukmin.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah ﷻ dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Al-Hafidz al-Imam al-Bukhariy (w. 256 h) dalam kitab al-Adabu al-Mufrad dari riwayat Abdullah bin ‘Amr:
أَنَّهُ ذُبِحَتْ لَهُ شَاةٌ، فَجَعَلَ يقول لغلامه: أهديت لجارنا اليهوي؟ أَهْدَيْتَ لِجَارِنَا الْيَهُودِيِّ؟ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بالجارحتى ظننت أنه سيورثه “.
“Beliau ﷺ disembelehkan seekor kambing. Lalu Beliau ﷺ bersabda kepada pesuruhnya: “Akan aku hadiahkan sebagian untuk tetangga kita yang orang Yahudi”. Pesuruh tadi berkata: “Apakah benar Anda hendak menghadiahkan kepada tetangga kita orang Yahudi?”. Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga (agar berbuat baik pada mereka), hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris.”
Sementara dalam kitab al-Kabair, Al-Hafidz Adz-Dzahabiy (w. 748 h) mengisahkan : “Syaikh Sahal bin Abdullah At-Tustari selama puluhan tahun bertetangga dengan seorang Majusi–sebutan untuk pengikut agama Zoroaster, agama Persia kuno.
Sahal yang kesohor sebagai seorang tokoh sufi itu berhubungan baik dengan sang Majusi. Di mata Sahal, perbedaan agama tak boleh jadi alasan untuk membenci. Mereka pun rukun seperti kawanan merpati. Bahkan kerap berbagi makanan.
Perbedaan agama tak jadi masalah penting dalam pergaulan keduanya. Mereka menganggap perbedaan agama sebagai jalan untuk menunjukkan budi pekerti luhur. Alhasil, pergaulan sehari-sehari mereka tampak penuh nuansa persaudaraan.
Namun siapa mengira di balik relasi bertetangga selama puluhan tahun itu, Syaikh Sahal menyembunyikan keluh deritanya yang baru diungkapkan pada pengujung hayatnya. Selama puluhan tahun, ia memang lebih memilih diam, dan tak pernah melancarkan protes kepada tetangganya.
***
Alkisah, saluran limbah WC (Water Closet) sang tetangga bocor tanpa sepengetahuannya. Hampir saban malam Syaikh Sahal membersihkan limbah perut tetangganya itu. Syaikh Sahal melakukannya selama puluhan tahun dengan ikhlas.
Hingga jelang akhir hayatnya, Syaikh Sahal meminta sahabatnya datang, karena dirinya ingin berbicara sesuatu yang penting.
“Wahai tetanggaku, aku merasa ajalku kian mendekat. Kalau ajalku tiba, rumah ini akan menjadi milik para ahli warisku. Aku minta maaf kepadamu kalau mereka kelak tidak kuat menanggung apa yang aku alami selama puluhan tahun kita tinggal berdampingan,” Kata Syaikh Sahal.
Ia pun mulai menceritakan prosesnya membersihkan limbah sang tetangga.
Demi mendengar cerita Syaikh Sahal, sang tetangga Majusi itu terkejut. Bibirnya kaku. Wajahnya pucat. Tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Hatinya gundah antara malu, sedih, dan kagum mendengar permohonan maaf dari lelaki tua di hadapannya.
Sejurus kemudian, sang tetangga mulai menguasai diri dan merespons pengakuan Syaikh Sahal.
“Puluhan tahun kau memperlakukanku sedemikian baiknya. Sementara aku tetap dalam kekufuran. Wahai tetanggaku, ulurkan tanganmu. Saksikanlah dua kalimat syahadatku,” kata sang tetangga dengan terbata-bata. Setelah itu Syaikh Sahal meninggal dunia.
فنسأل الله أن يهدينا و إياكم لأحسن الأخلاق و الأعمال و الأقوال و أن يحسن عاقبتنا إنه جواد كريم رؤوف رحيم
Mari kita memohon kepada Allah ﷻ, semoga Allah ﷻ menunjukkan pada kita dan pada kalian pada jalan akhalak, perbuat dan ucapan yang terpuji serta akhir yang baik. Sesungguhnya, Dia Dzat Yang Maha Dermawan, Yang Maha Mulia, Yang Maha Berbelas Kasihan lagi Maha Penyayang).
Syaikh Sahal at-Tustariy punya nama lengkap Abu Muhammad Sahal bin Abdullah bin Yunus bin ‘Isa bin Abdullah bin Rafi’ At-Tustari (815-896 M/ 203-283 H). Sahal lahir di Shustar, Iran, dan wafat di Basra, Irak. Beliau pernah bertemu Dzun Nun al-Mushriy di Makkah ketika menunaikan ibadah Haji.
Semoga_Manfaat
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Syaikh Zainuddin Zakariya bin Muhammad al-Anshoriy| Syarhu al-Arba’ina an-Nawawiy| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 61.
✍️ Al-Hafidz Muhammad bin Ismail al-Bukhariy| Al-Adabu al-Mufrad| Maktabah al-Ma’rif, Riyadh juz 1 hal 69.
✍️ Al-Hafidz Muhammad bin Ahmabinbin Ustman Adz-Dzahabiy| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 215.