TIDAK MAMPU MENGEMBAN BARAKAHNYA SHALAWAT

oleh -6,628 views

Suatu ketika, saya diminta tolong oleh salah satu masyarakat di kampung saya untuk mengundang RKH. Fakhrillah Aschal dalam acara Walimatul ‘Arus yang dikemas dengan pembacaan shalawat al-Habsyi.

Sampai di pendopo Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil, tempat biasa beliau menemui tamu, saya duduk di sebelah beliau, sebelum kemudian menghaturkan keperluan saya. Saya tidak berani mendahului kata kepada beliau, sebelum beliau yang memulai.

“Be’eh barokanah sholawat, bisa deteng kannak ettok, Bisa apolong ben sengkok ettok.” Tutur beliau menyapa saya. “Apah pole sengkok, dele lok kuat se narema’ah barokanah sholawat, derinah bennyak ghelluh.” Lanjut beliau sembari tersenyum.

Artinya : “Barakahnya sholawat kamu bisa selalu datang ke sini, dan bisa selalu berkumpul dengan saya.” “Apalagi saya, saking dari banyaknya barakahnya shalawat, sampai saya tidak kuat yang mau menerimanya.”

Saya hanya merunduk, dengan mulut mengucapkan syukur Alhamdulillah, dan hati yang menangis, disusul air mata menetes tanpa terasa, karena teramat bahagia dan senang sekali, tapi merasa diri tidak pantas menerima itu.

Dan kejadian itu bukan pertama kalinya, tapi barakahnya shalawat, saya kadang seminggu bisa 3 kali berkunjung ke pondok dan sowan kepada RKH. Fakhrillah Aschal untuk keperluan undangan shalawat dan lain-lain.

Tentang shalawat.

وذكر بعض أهل الحقيقة أن الصلاة على النبى ﷺ توصل إلى الله من غير شيخ

Ulama Ahli Hakekat menuturkan, “Sesungguhnya bershalawat kepada Nabi ﷺ bisa wusul (sampai) kepada Allah meski tanpa melalui guru.”

وقطع الإمام الشاطبى والسنوسى بحصول ثوابها للمصلى ولو قصد الرياء

al-Imam as-Syathibi dan as-Sanusi, memastikan sampainya pahala shalawat bagi orang yang membaca shalawat, walaupun dengan tujuan pamer.

ولكن حقق العلامة الأمير أن لها جهتين فمن جهة القدر الواصل له صلى الله عليه وسلم فهذا لاشك في وصوله ومن جهة القدر الواصل للمصلى فكبقية الأعمال لاثواب إلا بالاخلاص لعموم طلب الاخلاص في كل عبادة وذم ضده في الكل أيضا

Akan tetapi al-Allamah al-Amir menyatakan, membaca shalawat itu ditinjau dari dua segi; apabila ditinjau dari segi sampainya pahala kepada Nabi, hal itu tidak diragukan lagi. Sedangkan jika ditinjau dari segi sampainya pahala kepada pembaca shalawat, maka itu tidak beda amalan-amalan lain yang tidak bisa mendapatkan pahala kecuali dilakukan dengan ikhlas, karena sudah menjadi tuntutan harus ikhlas dalam setiap ibadah dan tidak boleh pamer.

Kalau bisa ikhlas, kenapa harus pamer?

Tapi apapun itu, ulama tetap beda pendapat dalam masalah pahala membaca shalawat bagi orang pamer.

Dari itu RKH. Fakhrillah Aschal mengajak dan mengumpulkan masyarakat, tua ataupun muda untuk selalu mengumandangkan shalawat diberbagai tempat, karena melihat keutamaannya yang luar biasa.

وقال ﷺ من صلى علي في يوم مائة مرة قضى الله له مائة حاجة سبعين منها لآخرته وثلاثين منها لدنياه. رواه إبن النجار عن جابر

Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa membaca shalawat kepadaku dalam sehari seratus kali, maka Allah akan memenuhi 100 hajat untuknya. 70 hajat untuk akhiratnya, dan 30 hajat yang lain untuk dunianya.” (HR. Ibnu Hajar)

Penulis : Shofiyullah el_Adnany

Referensi  : Tanqihul Qaulil Hatsitsi Fi Syarhi Lubabil Hadits| Syaikh Nawawi al-Banteni| Hal 11.

Referensi  : Bahjatul Wasail Bi Sayarhi Masail| Syakh Nawawi al-Banteni| Hal 2-3.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.