Syaichona.net- Dalam kitab Hayatu ash- Shabah Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Kandahlawiy (w. 1338 H) mengutip dari riwayat Ibnu al-Mubarak dan Ibnu ‘Asakir dari Zaid bin Aslam, beliau mengisahkan:
“Pada suatu malam Sayyidana Umar bin Khattab ra melakukan ronda dan memantau rakyatnya. Beliau lalu melihat seberkas lentera menyala di sebuah rumah. Beliau pun menghampiri rumah itu. Ternyata dihuni perempuan tua renta sedang melantun puisi ratapan yang diiringi dengan irama ketuk gelas disampingnya. Versi ath-Thabariy dalam tafsirnya menuliskan: Wanita tua itu menembangkan puisi sembari mental kain tenun. Ia berkata:
عَلى مُحَمَّدٍ صَلَاةُ الأَبْرَارْ ✿
صَلَّى عَلَيْهِ الطَّيّبُونَ الأخيار
Semoga sholawat orang-orang yang berbakti (takwa pada Allah ﷻ) selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad ﷺ
Orang-orang baik yang terpilih senantiasa melantunkan sholawat padanya
قَدْ كُنْتَ قَوَّامًا بُكًا بالْأَسْحَارْ ✿
يَا لَيْتَ شِعْرِي وَالمَنَايَا أَطْوَارْ
Sungguh engkau telah beribadah sepanjang malam dengan menangis hingga waktu sahur
Aduhai sekira aku tahu dan kematian berbeda-beda penyebabnya
هَلْ تَجْمَعُنِي وَحَبِيبِي الدّارْ ✿
Apakah Engkau (Allah ﷻ) akan mengumpulkan aku (dengannya) sedangkan kekasih berada di rumah akhirat.
Kekasih yang dimaksud dalam puisi ini adalah Nabi Muhammad ﷺ.
Mendengar tembang puisi yang dilantunkan perempuan tua itu, Sayyidana Umar bin Khattab ra duduk dan menangis pilu teringat akan sosok panutan Rasulullah ﷺ. Sayyidana Umar bin Khattab ra lalu mengetuk pintu rumah perempuan itu.
Dari balik pintu perempuan tua itu bertanya: “Siapa itu!?”
“Aku Umar bin Khattab ra” balas Sayyidana Umar bin Khattab ra.
Apa gerangan yang membawa Amirul Mukminin kesini di jam seperti ini? Tanya perempuan tua itu.
Sayyidana Umar bin Khattab ra menjawab: “Bukalah, semoga engkau dirahmati Allah ﷻ, aku ke sini tiada ada kepentingan apa pun.
Perempuan tua itu membuka pintu dan mempersilahkan Sayyidana Umar bin Khattab ra masuk dan duduk.
Setelah duduk Sayyidana Umar bin Khattab ra berkata pada perempuan tua itu: “Ulangi puisi yang baru saja engkau tembangkan. Aku ingin mendengarkannya sekali lagi.”
Perempuan itu mengulangi lagi puisinya dengan syahdu, Sayyidana Umar bin Khattab ra menyimaknya dengan mata berkaca-kaca. Ketika sampai di akhir puisi Sayyidana Umar bin Khattab ra berdoa: “Aku memohon semoga Allah ﷻ memasukkanku (ke surga) bersama mereka berdua (Rasulullah ﷺ dan perempuan tua ini).
“Dan Umar, Ampuni dia wahai Dzat Yang Maha Pengampun”. Sambung perempuan tua itu.
Mendengar hal itu Sayyidana Umar bin Khattab ra lega dan senang gembira lalu beliau kembali pulang ke rumahnya. Begitulah kisah yang disampaikan pemilik kitab Muntakhabu al-Kanzi. Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Syaikh Abi Abdullah bin Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubiy| al-Jami’ li al-Ahkami al-Qur’an| Daru al-Fikr, Bairut, Lebanon juz 7 hal 110
✍️ Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Kandahlawiy| Hayatu ash- Shabah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 2 hal 126.
✍️ Syaikh Abu al-Fadhal Iyadh bin Musa al-Yahshibiy| asy-Syifa Bita’rifi Huquqi al-Mushthafa| Daru al-Fikr juz 2 hal 23.