Syaichona.net- Memilih pasangan seharusnya menurut selera pribadi, bukan sesuai selera orang lain.
Sering kita temukan ada orang atau teman kita mengatakan, “Coba carikan calon pasangan yang pas untuk saya.” Atau kita sendiri yang mengatakan itu kepada orang lain. Mungkin maksudnya begini, “Barangkali ada, coba tunjukkan ke saya, siapa tahu saya cocok dengannya.”
Hanya saja, sangat tidak pas kalau mencari pasangan mengukur selera orang lain, karena yang mau berpasangan adalah kamu bukan mereka, atau malah orang yang kita minta bantuan yang suka dengan calon pasangan kita.
Sering juga ketika kita melihat sepasang suami istri kurang serasi, tidak sepadan dan kurang patut menurut kita. Semisal suaminya tampan, istrinya jelek, atau istrinya cantik, suaminya yang jelek, dan lain sebagainya. Padahal sebagaimana di atas, memilih pasangan itu seharusnya yang sesuai selera pribadi bukan selera orang lain. Maka menjadi tidak perlu bagi kita untuk mengatakan mereka pasangan yang tidak serasi.
Syahdan, al-Itabi bercerita, dia berjalan di gang-gang negara Bashrah. Di tengah perjalanan ketemu dengan seorang wanita cantik jelita dan cerdas sedang bermain-main dengan seorang lelaki tua, jelek dan menjijikkan. Ketika lelaki tua itu berbicara, wanita cantik itu menampakkan senyum kepada lelaki tua itu. Kata al-Itabi, kemudian aku bertanya kepada wanita cantik itu,
من يكون هذا منك؟ فقالت : هو زوجي. فقلت لها : كيف تصبرين على سماجته وقبحه مع حسنك وجمالك؟ إن هذا من العجب. فقالت : يا هذا، لعله رزق مثلي فشكر، وأنا رزقت مثله فصبرت، والشكر والصبور من أهل الجنة، أفلا أرضى بما قسم الله لى؟
“Siapa lelaki tua ini?” Dia menjawab, “Dia, adalah suamiku.” “Bagaimana kamu bisa sabar, padahal dia sudah tua, jelek dan menjijikkan? Sungguh ini luar biasa.” Tanyaku kemudian. Lalu dia menjawab, “Barangkali dia diberi rezeki mendapatkan istri seperti aku, dan dia bersyukur dengan itu. Sedangkan aku diberi rezeki dengan mendapatkan suami seperti dia, dan aku pun bersabar. Sementara bersyukur dan bersabar adalah ciri-ciri penduduk surga. Lalu apakah aku tidak mau rela dengan apa yang telah Allah bagikan?!”
Akhirnya aku tidak punya jawaban lagi, dan meninggalkannya, kata al-Itabi menutup cerita.
Oleh : Shofiyullah el_Adnany
Publisher : Fakhrul
Sumber :
? An-Nawadir| Ahmad Syihabuddin bin Salamah al-Qayubi| Syirkah Wa Maktabah Musthafa cetakan ketiga| Hal 186.