Semua ahli mengakui bahwa bermain pada anak merupakan hal yang sangat penting dan merupakan kebutuhan primer bagi kejiwaan anak sama halnya dengan makan dan minum bagi kesehatan tubuhnya.
Bermain merupakan sifat naluriah seorang anak. Ketika anak telah memasuki usia yang aktif, aktivitas yang paling mengasyikan untuk mereka adalah bermain. Bermain adalah kebahagiaan bagi anak-anak karena mereka dapat mengekspresikan berbagai perasaannya.
Kadang orang tua terlalu dini menuntut anaknya untuk berdisiplin dan hidup tertib, dan seringkali banyak melarang si kecil untuk memuaskan kebutuhan bermainnya. tak sedikit orang tua berpikir kalau aktivitas bermain tidak ada gunanya. Padahal, bermain memiliki banyak manfaat untuk proses pertumbuhannya karena mereka dapat mempelajari banyak hal dari bermain. Mulai dari membantu mengembangkan imajinasi anak, kreativitas, serta kemampuan dalam memecahkan masalah.
Selain itu, manfaat bermain lainnya juga dapat membantu si kecil untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya hingga kelak akan tumbuh menjadi anak yang tangguh dan berani tampil kedepan. Sebaliknya jika anak terlalu dikekang di rumah dan dilarang bermain dengan teman-teman sebayanya maka tak ayal kelak ketika dewasa akan menjadi sosok penakut dan selalu minder untuk berbuat dan berbicara di hadapan orang banyak.
Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dalam kitabnya al-Fawaidu al-Mukhtar li Saliki Thariqi al-Akhirah mengutip kalam al-Imam Abdullah bin Alawiy bin Muhammad al-Haddad menceritakan:
شكا بعضهم ابنا له كان كثير اللعب إلى بعض الصالحين وأتى به معه إليه. فأخذ الصالح بيد الصبي وقال: “انطلق العب” فقال أبوه: “لم؟” فقال: “دعه ينفض ما معه من اللعب، الآن ما زال أوانه، وإلا رجع يطلبه في غير أوانه. إهـ
“Seorang ayah mengaduh kepada salah seorang ulama shalih mengenai anaknya yang terlalu banyak bermain sembari membawa anaknya.
Lalu orang shalih itu mengambil tangan anak dan berkata: “Ayo sana bermainlah Nak!”
“Mengapa?”. Tanya Ayah anak itu heran
Orang shalih berkata: “Biarkan dia menghabiskan naluri bermainnya sekarang karena masih usianya bermain. Jika dilarang, nanti ia akan terus bermain meski sudah bukan usianya”.
Hujjatu al-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazaliy (w. 505 h) dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin kitabnya menambahkan:
ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺆﺫﻥ ﻟﻪ ﺑﻌﺪ اﻻﻧﺼﺮاﻑ ﻣﻦ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﺃﻥ ﻳﻠﻌﺐ ﻟﻌﺒﺎ ﺟﻤﻴﻼ ﻳﺴﺘﺮﻳﺢ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺗﻌﺐ اﻟﻤﻜﺘﺐ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﺘﻌﺐ ﻓﻲ اﻟﻠﻌﺐ ﻓﺈﻥ ﻣﻨﻊ اﻟﺼﺒﻲ ﻣﻦ اﻟﻠﻌﺐ ﻭﺇﺭﻫﺎﻗﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﺘﻌﻠﻢ ﺩاﺋﻤﺎ ﻳﻤﻴﺖ ﻗﻠﺒﻪ ﻭﻳﺒﻄﻞ ﺫﻛﺎءﻩ ﻭﻳﻨﻐﺺ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻌﻴﺶ ﺣﺘﻰ ﻳﻄﻠﺐ اﻟﺤﻴﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﺨﻼﺹ ﻣﻨﻪ ﺭﺃﺳﺎ.
“Sebaiknya izinkan anak bermain setelah mereka belajar. Berikan permainan yang bagus untuk menghilangkan tegangnya belajar di kelas, tetapi permainan yang tidak membuatnya lelah bermain juga.
Sungguh, melarang anak bermain, dan memaksa mereka untuk terus belajar, akan mematikan hatinya, merusak kecerdasannya, menyusahkan kehidupannya, sampai akhirnya ia akan terus berusaha mencari cara untuk lepas sama sekali dari belajar.”
Semoga Manfaat
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
✍️ Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith| al-Fawaidu al-Mukhtar li Saliki Thariqi al-Akhirah| Ma’had Daru al-Lughahal-Akhirah, halaman 300.
✍️ Hujjatu al-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazaliy| Ihya’ Ulumiddin| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 3 halaman 91.