Syaichona.net- Dalam kisahnya yang lain, Al-Qathbu al-Imam al-Habib Abdullah bin Alawiy bin Muhammad al-Haddad ra membuktikan bahwa Surat Al-Fatihah benar-benar mampu menghapus semua kejelekan dan perkataan yang tidak berguna dalam suatu majelis:
وكان رجل من أهل اليمن ذا فقه وصلاح، يعتاد يختم مجلسه بها ،وكانت له زوجة تكرهه، وإخوانها وقراباتها يحبونه ويرغبون فيه لديانته وصلاحه، ويسمع منها من الكلام ما يكرهه، فيخبرهم به، فإذا سألوها: لِمَ تقول له ذلك، تنكر وتقول ما قلته، بل كَذَب عليَّ، فأتى إليها يوماً نساء، وبقيت تتحدث معهن فيه، وتتكلم بما يسوءه، فاتفق أنه كان يسمع كلامهن من حيث لم يشعرن، فبقي يكتب ما يسمع منهن ليعرضه على أهلها، فلما كان في آخر المجلس قالت لهن: تعالين نقرأ الفاتحة على عادة الشيخ، كما يفعله من قراءة الفاتحة على عادته وقراءتها، فكتبها أيضاً في جملة ما كتب، فلما عرض المكتوب، وأخبرهم بما قلن وأنكرت فقال: هو ذا مكتوب، وفتح الورقة فإذا هو لم ير في الورقة مكتوباً سوى الفاتحة فقط، فعجبوا لذلك.
Alkisah, ada seorang dari penduduk Yaman yang sholeh dan ahli fikih. Ia membiasakan diri membaca Surat al-Fatihah setiap mengakhiri majelisnya dan sang istri tidak menyukai kebiasaan yang lakukan sang suami tersebut. Beruntung saudara dan karabat-karabat sang istri menyukainya karena agama dan kesalehannya.
Kemudian terdengar desas desus di luar bahwa sang istri gemar membicarakan ketidak sukanya—atas kebiasaan yang dilakun sang suami—kepada semua orang.
Lalu sampailah kabar tentang hal itu kepada sang suami, Ketika sang suami menanyakan kebenaran berita tersebut, sang istri membantah dan mengingkari malah berkata:
“Aku tidak pernah berbicara hal itu, mereka berbuat kebohongan kepadaku”.
Syahdan, pada suatu hari datanglah teman-teman wanita sang istri ke rumahnya dan sang istri masih gemar membicarakan tentang ketidak sukanya pada sang suami kepada mereka.
Tanpa disadari pembicaraan sang istri dengan teman-teman wanitanya didengar oleh sang suami dari balik kamar. Tak ingin kehilangan kesempatan itu sang suami mencatat semua yang didengarnya sebagai bukti yang akan dibeberkan nanti dihadapan keluarga sang istri.
Ketika diakhir pembicaraan sang istri berkata pada teman-temannya:
“Kemarilah kalian, mari kita barsama-sama membaca Surat al-Fatihah mengikuti kebiasaan yang dilakukan Syaikh (Kyai) sebagaimana yang dilakukan suamiku mengikuti kebiasaannya.”
Ajakan dan pembicaraan sang istri ini, juga dimasukan dalam catatatan sang suami.
Namun ketika semua catatan itu diserahkan pada keluarga sang istri sembari menceritakan kelakuan jelek sang istri.
Sang istri membantah dan berbohong: “Aku tidak pernah melakukan apa yang kau tuduhkan padaku”
“Catatan ini, buktinya. Jangan kau mengelak lagi”. Hardik sang suami dengan percaya diri.
Maka tatkala kertas catatannya dibuka, aneh ternyata semua catatan tadi hilang terhapus. Tersisa catatan ketika sang istri mengajak membaca Surat al-Fatihah di akhir majelis (yang lainnya hilang terwpus). Mereka yang melihat kejadian itu terheran-heran tidak percanya.
Karena itu al-Habib Abdullah bin Alawiy bin Muhammad al-Haddad ra berpesan:
فينبغي قراءتها رجاء أن يُمحى جميع ما حصل في المجلس من مذموم الكلام واللغط.
“Dari itu, sajogyanya kita membiasakan membaca Surat al-Fatihah setiap kali mengakhiri acara atau majelis. Berharap agar segala kejelekan ucapan dan suatu yang tidak berguna yang dilakukan di suatu majelis bisa terhapus.
Di suatu kesempatan atau dikatakan bahwa beliau juga pernah berpesan:
نقرأ الفاتحة في آخر المجلس، لتكفر ما وقع فيه، فإن كان المجلس مجلس خير، فتكفر ما كان من الخواطر السيئة الاختيارية، أو كما قال
“Kita membaca Surat al-Fatihah di akhir majelis, agar bisa menebus sesuatu yang telah terjadi. Bila majelis tersebut merupakan majelis yang baik, maka bacaan Surat al-Fatihah dapat lebur suatu yang dikhawatirkan berupa kejelekan ikhtiyariyah (sengaja).” Waallhu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Tatsbitu al-Fuadi juz 1 halaman 104 kumpulan kalam mutiara al-Habib Abdullah yang dicatat dan dikumpulkan oleh Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawiy asy-Syajar| Li Maqami al-Imam al-Hadad, Tarim al-Hawiy, halaman 105.