Syaichona.net- Hidup adalah perpindahan dari satu masalah kepada masalah yang lain.
Dalam hidup yang penuh dengan ujian ini, kadang membesit dalam hati, bahwa hidup ini tidak adil untuk kita.
Kalau orang lain hidup bahagia kenapa saya justru menderita, dari situ kadang kita mempertanyakan tentang keadilan Allah ﷻ.
Iblis menanyakan tentang keadilan Allah ﷻ kepada Imam Syafi’i.
وحكى أن إبليس تصور بين يدى الإمام الشافعى رضى الله عنه، وقال له : يا إمام ما قولك فيمن خلقنى كما اختار، واستعملنى فيها اختار، وبعد ذلك إن شاء أدخلنى الجنة وإن شاء أدخلنى النار، أعدل فى ذلك أم جار؟ قال الشافعى : فنظرت فى مسئلته وألهمنى الله أن قلت له : يا هذا ان كان خلقك لما تريد أنت فقد ظلمك، وإن خلقك لما يريد هو فلا يسئل عما يفعل. فاضمحل إبليس وتلاشى. ثم قال : والله لقد أخرجت بمسئلتى هذه سبعين ألف عابد من ديوان العبودية إلى ديوان الزندقة. (تفسير ما أصابك)
Syahdan, iblis menjelma manusia mendatangi Imam Syafi’i dan bertanya, “Wahai, Imam. Bagaimana menurutmu dengan Tuhan yang menciptakan aku sesuai kehendakNya, dan mempekerjakan aku di dunia sesuai kehendakNya pula, tapi setelah itu jika Dia berkehendak, Dia memasukkanku ke surga, dan jika berkehendak Dia memasukkanku ke neraka. Apakah itu adil atau tidak?”
Lalu Imam Syafi’i berkata, “Aku mengangan-angan masalahnya, dan Allah ﷻ memberi ilham kepadaku dengan menjawab pertanyaannya. “Wahai, ini. Jika Dia menciptakanmu sesuai kehendakmu, maka berarti Dia telah mendzalimimu. Namun jika Dia menciptakanmu sesuai kehendakNya, maka jangan pernah bertanya tentang apa yang Dia perbuat.”
Kemudian iblis itu menghilang dan berkata, “Demi Allah, telah aku keluarkan dengan masalahku ini Tujuh puluh ribu orang ahli ibadah dari golongan ahli ibadah kepada golongan kafir zindik.”
Bukan hanya Iblis, Nabi Musa ﷺ juga pernah bertanya langsung kepada Allah ﷻ.
وحكى الإمام الزاهد سيدى المفتى رحمة الله عليه عن أبيه المفتى رحمة الله تعالى عليه قال : إن موسى صلوات الله عليه ناجى ربه فقال : يارب خلقت خلقا وربيتهم بنعمتك ورزقك ثم تجعلهم يوم القيامة فى نارك، فأوحى الله تعالى إليه : أن يا موسى قم فازرع زرعا، فزرعه وسقاه وقام عليه حتى حصده وداسه، فقال له : ما فعلت بزرعك يا موسى قال قد رفعته، قال الله تعالى : فما تركت منه شيأ، قال يارب ماتركت إلا مالا خير فيه، قال الله : يا موسى فإنى أدخل النار من لا خير فيه، قال موسى : من هو، قال : الذى يستنكف ان يقول لا إله إلا الله محمد رسول الله. (شرح المواعظ العصفرية)
Al-Imam az-Zahid al-Mufti bercerita dari bapaknya al-Mufti, bahwa suatu ketika Nabi Musa ﷺ bermunajat kepada Allah ﷻ, “Wahai, Tuhanku. Engkau menjadikan makhluk, dan merawatnya dengan nikmat dan rezekiMu. Tapi kelak di hari kiamat Engkau masukkan mereka ke dalam nerakaMu.”
Kemudian Allah ﷻ berfirman, “Wahai, Musa. Bangun dan bercocok tanamlah.” Lalu Nabi Musa bercocok tanam, menyirami dan merawat tanamannya hingga menuai panen. Allah berfirman, “Apa yang kamu lakukan dengan tanamanmu, Musa?” Nabi Musa menjawab, “Aku ambil semua.” Allah berfirman lagi, “Apakah tidak ada sesuatu pun yang kau tinggalkan dari hasil panenmu?” “Tuhanku, tidak aku tinggalkan kecuali yang jelek-jelek.” Jawab Nabi Musa.
Lalu Allah berfirman, “Sesungguhnya aku memasukkan ke dalam neraka orang yang tidak punya kebaikan sama sekali.” “Siapakah itu?” Tanya Nabi Musa kemudian. Allah berfirman, “Dia orang yang tidak mau mengucapkan kalimat “Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur Rasulullah.”
Dengan membaca dua kisah di atas, kita mengerti bahwa Allah ﷻ Itu Maha Adil, hanya saja kita tidak mengerti tentang kemaha Adilan Allah, dan mengukur keadilan itu dengan pikiran kita yang tidak seberapa.
Sering juga kita menganggap hidup ini tidak adil karena sedikitnya rasa syukur dan menerima dengan ketetapan Allah ﷻ, padahal itulah yang baik menurut Allah ﷻ.
Dalam potongan lirik Qashidah ‘Alaika Bitaqwallah, al-Imam al-Qutb al-Habib ‘Abdullah bin Alwi al-Haddad menjelaskan.
وإِنْ تَرْضَ بِالْمَقْسُوْمِ عِشْتَ مُنَعَّمًا # وإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرْضَى بِهِ عِشْتَ فِي حَزَنْ
Jika kau ridha dengan takdir, niscaya kau hidup dalam kenikmatan # Jika tidak ridha dengannya niscaya kau hidup dalam kesusahan. Waalallhu A’lamu
Penulis: Shofiyullah El-Adnany
Publisher : Fakhrul