Syaichona.net- Seorang guru berpesan kepada muridnya,
“Kalau makan di warung, duduklah di tempat paling dalam dan paling tersembunyi. Khawatir ada orang miskin lewat dan melihat kamu sedang makan enak, sedangkan dia tidak mampu membeli, dia akan hancur perasaannya.”
Meski pada prinsipnya tidak ada salahnya makan di warung dengan memilih duduk di mana saja, namun demi menjaga perasaan orang-orang yang tidak mampu maka sangat baik kalau kita tidak menampakkan makan enak dihadapan mereka. Sebab orang yang lapar sangat sakit hati ketika melihat orang lain bisa makan enak-enak.
Seorang sufi besar Syaikh Jalaluddin ar-Rumi, ketika beliau ditanya tentang musik apa yang haram, beliau malah menjawab,
أجاب الرومي: “صوت ملاعق الطعام تلعب في أوعية الأثرياء ، والتي وصلت إلى آذان الفقراء الجياع”.
“(Musik yang haram) ialah suara sendok yang ‘dimainkan’ di mangkuk si kaya (yang sedang makan) dan terdengar sampai ke telinga si miskin yang kelaparan.”
Suara sendok itu akan terdengar sangat menyayat hati orang miskin yang kelaparan, dan itu adalah pekerjaan dosa meski tidak secara sengaja menurut beliau.
Nabi pun bersabda,
شَرُّ الطَّعَـامِ طَعَامُ الْوَلِيْمَةِ، يُدْعَى لَهَـا اْلأَغْنِيَـاءُ وَيتْرَكُ الْفُقَرَاءُ
“Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, hanya orang-orang kaya yang diundang kepadanya, sedangkan kaum fakir dibiarkan.”
Dalam hadits ini, makanan walimah menjadi makanan paling buruk karena hanya mengundang orang-orang kaya untuk makan di dalamnya, dan membiarkan orang miskin kelaparan.
Konon karena makan enak, Nabi Ya’kub diberi musibah kehilangan Nabi Yusuf hingga membuatnya buta.
روي أن سبب ابتلاء يعقوب بابنه يوسف عليهما السلام أنه اجتمع هو وابنه على أكل جميل مشوى وهما يضحكان
وكان لهم جار يتيم فشم ريحه واشتهاه وبكى وبكت جدة له عجوز لبكائه وبينهما جدار ولاعلم عند يعقوب وابنه فعقب يعقوب بالبكاء أسفا على يوسف إلى أن سألت وابيضت عيناه من الحزن
فلما علم بذالك كان بقية حياته يأمر مناديا ينادى على سطحه ألا من كان مفطرا فليتغد عند أل يعقوب. (إرشاد العباد إلى سبيل الرشاد)
Diriwayatkan, bahwa musabbab diturunkan musibah kepada Nabi Ya’qub dengan Nabi Yusuf adalah, suatu ketika beliau berdua tengah menghidangkan makanan enak yang dipanggang, keduanya senang sambil tertawa.
Di sebelahnya ada tetangganya yang masih yatim merasakan aroma makanan itu, kemudian dia menginginkan dan menangis, neneknya anak yatim itu juga ikut menangis karena kasihan kepada cucunya. Sementara Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf tidak mengetahui keadaan itu karena ada tembok yang menghalangi mereka. Lantaran itu akhirnya Nabi Ya’qub diuji oleh Allah dengan menangisi Nabi Yusuf, sampai-sampai matanya menjadi buta karena dari susahnya.
Ketika Nabi Ya’qub mengetahui musabbab itu, pada sisa hidupnya beliau memerintah kepada seseorang untuk mengumumkan, “Siapapun yang ingin makan maka mintalah kepada keluarga Ya’qub.”
Pada zaman kita saat ini, kita justru memamerkan menu makanan kita di sosial media, di mana tempatnya dan bersama siapa. Kira-kira sudah berapa orang yang telah hancur hatinya melihat postingan kita itu?
Penulis: Shofiyullah El-Adnany