Syaichona.net- Sebuah hari yang kehadirannya selalu di tunggu, dimana hari itu menyatukan sebuah hubungan yang akan menjadi kenangan atau moment spesial apalagi di rasakan oleh seseorang yang baru pertama merasakan, di situlah semua orang gelisah ketika mendengar lantunan “الله اكبر الله اكبر الله اكبر”
Tanpa terasa air mata mengalir tiada henti bahkan hari itu sangat istimewa dan di tunggu-tunggu kedatangannya, terlebih bagi yang berstatus santri, khususnya santri Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil karena pada hari itu semua santri berkumpul bersama di halaman Pesantren berbenuk lingkaran untuk sowan (Bermaaf-maafan) kepada semua Majelis Keluarga, ustadz atau ustadzah serta semua teman temannya.
Dan bukan cuma itu kebahagiaan datang dari keluarga yang mengunjungi putra putrinya di pesantren, kalau biasanya yang mengunjungi ibu saja tapi kalau hari itu semua keluarga mengunjunginya, nah sehubungan dengan adanya pandemi, pihak pesantren menerapkan peraturan bahwa setiap santri hanya dapat di kunjungi oleh satu orang saja, itupun dengan waktu yang terbatas.
Hari apakah itu? hari itu adalah hari raya idul adha yang di laksanakan setiap tanggal 10 dzulhijjah, yang mana sepuluh dari hari bulan Dzulhijjah sangat di cintai oleh Allah SWT. sehingga di anjurkan agar memperbanyak ibadah pada hari-hari tersebut seperti yang telah di jelaskan oleh Rasulullah SAW :
عن عبد الله بن عمر أن النبي محمد قال: «ما مِن أيَّامٍ أعظَمُ عندَ اللَّهِ ولا أحِبُّ إليهِ العملُ فيهنَّ من أيَّامِ عشرِ ذي الحِجَّةِ فأَكثِروا فيهنَّ منَ التَّسبيحِ والتَّكبيرِ والتَّحميدِ والتَّهليلِ».
Artinya : “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah SWT dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya”
Sedangkan hari raya idul adha merupakan puncak dari hari yang sepuluh tersebut, karena hari raya merupakan puncak dari suatu ibadah yang mana hari raya idul fitri adalah puncak dari ibadah puasa selama satu bulan, sedangkan idul adha merupakan puncak dari ibadah haji.
Nah dalam hari raya idul adha tersebut banyak sekali aneka ragam pahala yang bisa kita peroleh dengan mudah dan tentunya dengan suka ria, terlebih bagi santri-santri di Pondok Pesantren yang tidak pulang ke kampung halamannya, di antara kesunnahan tersebut yaitu :
- Takbiran, takbiran merupakan kalimat-kalimat pujian, kalimat syukur, dan kalimat agung untuk sang perncipta sebagai tanda syukur seorang hamba atas segala nikmat yang tiada tara, dan hal itu di anjurkan dalam syari’at Islam dimanapun seorang hamba itu berada, baik di masjid, di musholla, di rumah, di jalan raya, bahkan di pasar sekalipun di anjurkan mengumandangkan kalimat agung tersebut.
Adapun waktu di sunnahkannya mengumandangkan kalimat takbir untuk hari raya idul adha yaitu di mulai dari sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya (malam ke sepuluh bulan dzulhijjah), dan disunnahkan agar mengumandangkannya lagi di setiap selesai sholat, baik itu solat fardu maupun solat sunnah pada hari tasyrik yaitu tanggal 11 12 13 Dzulhijjah.
Menurut Imam Rofi’i takbiran tersebut di lakukan sampai akhir hari tasyrik tepatnya pada waktu subuhnya, sedangkan menurut Imam Nawawi sampai akhir hari tasyrik tepatnya pada waktu asarnya, itulah yang menjadi pembeda antara idul adha dengan hari raya idul fitri, karena dalam idul fitri hanya di sunnahkan untuk bertakbir pada saat malam hari rayanya saja.
Adapun shigot takbir adalah
اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَر اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ـ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اَلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْـدَهُ وَنَصَرَعَبِدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ.
Juga di sunnahkan membaca sholawat kepada Rasululullah SAW, adapun shigot yang mayshur ialah :
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد وعلى اصحاب سيدنا محمد وعلى ازواج سيدنا محمد وعلى ذرية سيدنا محمد وعلى انصار سيدنا محمد
- Berhias diri, Islam mengajarkan agar berhias diri pada hari raya, karena hari raya adalah hari untuk berhias, maka dari itu ulama’ mengatakan bahwa paling utamanya pakaian pada hari raya adalah pakaian yang paling bagus, dan yang lebih utama diantara pakaian yang paling bagus adalah baju putih, walhasil baju yang paling di anjurkan adalah baju yang paling bagus yang dimilikinya baik itu berwarna putih ataupun yang lainnya, berbeda dengan orang yang akan pergi sholat jumat maka yang lebih utama adalah baju putih atau baju yang polos
- Sholat Ied, sholat ied ini adalah sholat yang di tunggu-tunggu oleh umat Islam, karena sholat yang di syariatkan secara berjemaah ini menunjukkan kekompakan, semangat, dan kerjasama umat islam untuk menjadi satu, saling membantu dan saling gotong royong sehingga menjadi kuat hubungan ukhwah islamiahnya
Syekh Abu Bakar Bin Muhammad Al-Huasaini mengatakan bahwa solat hari raya idul adha itu lebih utama daripada sholat hari raya idul fitri, di karenakan perintah untuk melaksanakan sholat idul adha itu langsung di nas dalam al-qur’an sedangkan solat idul fitri tidak
Dan hukum melaksanakan sholat hari raya itu adalah sunnah muakkad (sunnah yang sangat di anjurkan), adapun waktu pelaksanannanya di mulai dari sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), di sunnahkan agar segera bercepat-cepat untuk melaksanakan sholat idul adha agar lebih luas waktu untuk berqurban,
Beda halnya dengan solat hari raya idul fitri yang di sunnahkan agar lebih mengakhirkan pelaksanann solat, alasannya agar lebih luas waktu untuk merasakan makanan sebelum berangkat ke masjid, karena pada hari raya idul fitri yang di sunnahkan adalah makan terlebih dahulu sebelum solat ied, sedangkan dalam idul adha di sunnahkan agar tidak makan dulu sebelum melaksankan solat ied
Dan tempat yang paling afdol untuk melaksanakan solat ied apabila di mekkah maka yang paling utama adlah di masjidil harom, dan apabila di selain mekkah yakni juga terbmasuk di indonesia maka yang lebih utama adalah di masjid, namun apabila masjid yang akan di tempatinya sempit maka yang lebih utama di lapangan atau di tempat yang luas
Disunnahkan pula agar membuka khutbah dengan kalimat takbir sebanyak sembilan kali untuk memulai khutbah yang pertama, dan tujuh kali untuk memulai khutbah yang kedua, berbeda dengan pelaksanann solatnya yang di sunnahkna bertakbir sebanyak tujuh kali pada rokaat pertama, dan bertakbir sebanyak lima kali pada rgokaat yang kedua
Dan juga di sunnahkan bagi imam agar membaca surah qof setelah al-fatihah pada rokaat pertama dan membaca surah “iqtarobat” setelah fatihah pada rgokaat yang kedua
Begitu juga di sunnahkan agar menyela-nyelai di antara takbir tersebut dengan kalimat pujian (tahmid), kalimat tahlil dan kalimat tasbih, syeikh muhammad nawawi bin umar al jawi mengatakan bahwa kalimat yang paling bagus untuk memisah antar kalimat takbir tersebut ialah bacaan :
سبحان الله والحمد لله ولااله الا الله و الله اكبر
Artinya : Maha suci Allah SWT, segala puji milik Allah, tiada tuhan selain allah dan allah adalah dzat yang maha besar.
Selain itu juga banyak kesunnahan-kesunnahan lain yang di ajarkan oleh para ulama’ di antaranya memotong kuku, mandi besar sebelum berangkat ke masjid, memakai wangi-wangian, menyambung silaturrahmi dan juga mushofahah (Bersalam-salaman) dengan sesama, DLL
Sungguh hari itu sangat indah sekali, karena pada hari itu wajah umat islam berseri-seri, dosa-dosa di ampuni, kesalahan-kesalahan di maafkan, maka beruntunglah yang masih berkesempatan merayakan hari raya di pondok pesantren….
Allahua Akbar
Allahua Akbar
Allahua Akbar Walillahilham…..
Author : Muayyanah
Editor : Fakhrullah
Referensi : Nihayatuz zain |Syeikh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi |Maktabah Al-Hidayah Surabaya | Hal 112
I’anatut Tholibin |Syeikh Abu Bakar Usman Bin Muhammad Syato Ad-Dimyati |DKI 2019 |Juz 1 | Hal 444
Hasyiah Al-Bajuri |Syeikh Ibrohim Al-Bajuri |DKI 2016 |Juz 1 |Hal 428
Kifayatul Akhyar |Syeikh Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini |Maktabah Al-Hidayah Surabaya |Hal 153