Syaikh Abi Muhammad Sahl bin Abdullah at-Tustariy (w. 283 h) dalam karya Tafsir at-Tustariy tergolong salah satu kitab Legend Interpretation of The Qur’an yang tergolong genre Tasawwuf pernah mengisahkan:
“Saya pernah mengenal salah satu wali di dunia lalu pada suatu hari aku melihatnya membawa buah Delima sebesar rangkulan tangan orang laki-laki dewasa atau menurut bahasa Mas Hammada kurang lebih panjang dan lebarnya 1 meter di sebuah pantai.
Syaikh Sahl at-Tustariy lalu bertanya pada wali itu: “Apa yang ada tanganmu itu?”
Wali itu berkata: “Ini buah Delima dari surga, aku pernah melihat buah Delima ini di surga dan aku menginginkannya, lalu Allah membawakannya untukku. Ketika buah Delima itu diletakkan dihadapanku, aku menyesal atas ketergesa-gesaanku telah menginginkannya di dunia”.
“Bolehkah aku memakannya”. Pinta Syaikh Sahl at-Tustariy pada wali itu.
Wali itu berkata: “Jika engkau bisa memakannya, silahkan di makan.”
Lantas Syaikh Sahl at-Tustariy membelah buah Delima surga itu dengan tangannya dan memakannya sebagian banyak dari buah Deliama itu. Ketika wali itu melihat Syaikh Sahl at-Tustariy bisa memakan buah Delima itu, ia takjub dan berkata: “bergembiralah engkau
dengan (memperoleh) surga” atau dengan kata lain engkau berarti termasuk ahli surga.
“Sebelum engkau memakannya, aku tidak tahu tempatmu (apakah ahli surga atau bukan?”. Tutur wali itu.”
Penuturan wali ini, berlandaskan kesimpulan: Seseorang tidak akan bisa makan makan surga di dunia kecuali ia adalah ahli surga.
***
Syaikh Abu Bakar bertanya pada Syaikh Sahl at-Tustariy: “Apakah engkau berkenan menceritakan bagaimana rasanya orang yang pernah makan buah Delima dari surga itu?”
“Baiklah, rasanya seperti perpaduan semua buah-buahan bahkan lebih. Ada rasa lembut dan dingin yang tidak saya temukan disemua makanan di dunia.” Jujur Syaikh Sahl at-Tustariy.
Syaikh Abu Bakar berkata: “Maka aku tidak ragu dan semua orang yang mendengar kisah ini dari Syaikh Sahl at-Tustariy, bahwa beliau sebenarnya pemilik buah Delima itu dan orang yang memakannya.”
***
Kisah di atas merupakan rentetan penjelasan Syaikh Sahl at-Tustariy tentang kenikmatan surga, berupa buah-buahan, makanan dan lainya yang ada di surga bermula dari sebuah pertanyaan seseorang tentang penggalan Ayat:
وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
“Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci.” (QS. Al-Baqarah: 25).
Beliau menjawab: “Sebenarnya di surga itu tidak ada alas, wadah, pakaian, parfum, burung, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang sama dengan suatu yang ada di dunia hanya namanya saja yang sama. Begitu juga buah Delima, Kurma, Anggur dari surga dan lain tidak sama dengan buah-buahan di dunia sekali lagi hanya namanya saja. Adapun yang dimaksud kata: “(buah-buahan) yang serupa” adalah serupa dalam warna tapi berbeda-beda rasanya. Karena itu, ketika para malaikat datang membawa buah Apel dari surga untuk diberikan pada para aulia (kekasih-kasih Allah) di pagi hari kemudian para malaikat datang lagi di sore hari membawa buah Apel yang sama dari surga. para aulia (kekasih-kasih Allah) itu berkata: “Bukankah ini buah Apel yang tadi itu?”. Para malaikat berkata: “Rasakan dulu”. Saat mereka para aulia (kekasih-kasih Allah) itu memakannya, mereka menemukan rasa yang berbeda yang tidak sama dengan rasa buah Apel yang pertama. Maka dari itu kita tidak boleh menyangkal kuasa Allah, bahwa Allah bisa mengubah rasa buah Apel menjadi rasa buah Delima, buah Badam (Almon), buah Kelapa dan lainnya. Waallahu A’lamu
Semoga manfaat
Penulis: Abdul Adzim
Dikutip dari kitab Tafsir at-Tustariy karya Syaikh Abi Muhammad Sahl bin Abdullah at-Tustariy, Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 27, cet 1971 Bairut Lebanon.