SYAICHONA KHOLIL DAN BHUJU’ RONGGO CURAH DUKUH PASURUAN
Suatu hari saya membaca Manaqib (biografi) Syaichona Kholil Bangkalan versi Pondok Syaikhona Cholil Demangan yang diperoleh dari salah satu sahabat saya.
Meski sebagian besar isi Manaqib tersebut telah masyhur diceritakan baik secara oral atau narasi oleh halayak ramai, semisal kisah Syaichona Kholil saat mencari ilmu di Pondok Pesantren Darus Salam Kebun Candi dan Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Alkisah, Syaichona Kholil pernah mondok di Kebun Candi Pasuruan yang diasuh oleh Kyai Arif dan pada masa itu juga beliau menyempatkan diri belajar di Pondok Pesantren Sidogiri. Kala itu diasuh Kyai Noer Hasan bin Noer Khatim yang nasabnya bersambung dengan Mbah Sayyid Sulaiman Bete’, Mojo Agung, Jombang.
Syaichona Kholil berangkat dari Kebun Candi dengan jarak tempuh dari Kebun Candi-Sidogiri yang lumayan jauh, –+ 15 kilo meter namun jarak yang jauh ini tidak membuat Syaikhona Kholil muda patah semangat. Sembari mengayunkan kaki, beliau membaca Surat Yasin sebanyak 41 kali dan nyaris setiap hari beliau pulang pergi dari Kebun Candi ke Sidogiri. Ketika memasuki gerbang Pondok Pesantren Sidogiri, Syaikhona Kholil melepas sandal beliau demi menghormati para Masyayikh Sidogiri yang dikebumikan di belakang Masjid Jami’ Sidogiri. Di Sidogiri beliau belajar (mengaji) beberapa kitab di antaranya kitab Ihya’ Ulumiddin (Tasawwuf), Shohih Bukhari dan Muslim (Hadits) dan lainnya. Konon ketika hari Jum’at dan hari Selasa saat pengajian di Sidogiri libur, Syaikhona Kholil menangis karena begitu besaranya keinginan dan semangat beliau dalam mengais ilmu.
Ada tambahan kisah yang tertulis dalam Manaqib itu: ” Bahwa saat pengajian di Sidogiri libur, Syaikhona Kholil kadang beliau menyempatkan diri berkunjung pada salah satu kerabat dekat beliau yang bernama Sayyid Ahmad Syarifuddin dan sekarang dikenal dengan sebutan Bhuju’ Ronggo tepatnya di desa Curah Dukuh, Kraton Pasuruan –+ 5 kilo meter dari Sidogiri ke arah tenggara. Untuk bisa sampai ke makam Bhuju’ Ronggo harus terlebih dahulu melewati persawahan penduduk dengan sebuah tanda pengingat berupa sumur yang airnya bening dan rasanya seperti air Zamzam, berada di dekat makam Bhuju’ Ronggo. Masyarakat di sana mempunyai keyakinan bahwa sumur itu merupa berkah dan karomah dari Bhuju’ Ronggo. Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
✍️ Manaqib Syaichona Kholil Bangkalan, halaman 14-15
?????? ??????? ??????????, ??????? ????? ?????????? ?????? ????? ??????????? ???? ?????’ ??????? ?????????? …