Teringat sebuah pepatah “Kalau sudah rezeki, tidak akan kemana”. Pepatah ini sering kita dengar dan bahkan kita sendiri sering merapalkannya ketika segala usaha dan upaya telah dilakukan dan hasilnya tetap nihil. Sejatinya pepatah itu merupakan wujud keimanan akan qadha’ dan qadar Allah ﷻ serta ungkapan penyerahan diri seorang hamba bahwa tidak daya dan upaya kecuali dari Allah ﷻ bukan semata-mata keluh kegalauan dan keputusaan.
Allah ﷻ telah berfirman:
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30).
******
Ada sebuah kisah yang menarik kita renungkan tentang pembuktian bahwa rezaki
itu tidak akan pernah tertukar, dikutip dari kitab al-Jawahiru al-Lu’lu’iyah karya Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Abdul Latif aj-Jurdaniy ad-Dimyathiy asy-Syafi’i (w. 1331 H). Berikut kisah selengkapnya:
Suatu hari ada dua orang buta, duduk di pinggir jalan yang biasa dilewati Ummu Ja’far (w. 216 H) nama lengkapnya Ummu Ja’far Zubaidah binti Ja’far al-Manshur istri dari Raja Harun ar-Rasyid yang dikenal sebagai seorang wanita dermawan.
Orang buta yang pertama berdoa:
اللهم أعطني من فضلك
“Ya Allah! Berilah aku dari karunia-Mu”.
Sementara orang buta yang kedua berdoa:
اللهم أعطني من فضل أم جعفر
“Ya Allah! Berilah aku dari karunia Ummu Ja’far”.
Mendengar permohonan kedua orang buta itu Ummu Ja’far melalui ajudannya mengirimkan 2 Dirham Perak untuk orang buta yang pertama dan untuk orang buta kedua ia mengirimkan dua potong roti bersama seekor ayam panggang yang di dalam diisi 10 Dinar Emas.
Lalu orang buta yang kedua berkata pada orang buta yang pertama:
“Berikanlah 2 Dirham Perak milikmu, dan ambilah Ayam panggang ini untuk anak-anakmu”. Tanpa mengetahui bahwa di dalam Ayam panggang itu ada 10 Dinar Emas.
“Baiklah” Kata orang buta yang pertama, tanpa sedikit pun menaruh curiga.
Sementara Ummu Ja’far melalui ajudannya bertanya pada orang buta yang kedua: “Apakah yang sudah kami berikan mencukupi kebutuhanmu?”
Orang buta yang kedua menjawab: “Demi Allah ﷻ, Apa yang kalian bari padaku tidak mencukupi kebutuhanku. Kalian hanya memberikanku dua potong roti dan seekor Ayam panggang karena itu Ayam panggang yang aku dapat, aku menjualnya ke pada temanku yang mendapat 2 Dirham Perak.”
Mendengar laporan ajudannya, Ummu Ja’far berkata: “Orang buta yang mengharap karunia Allah ﷻ yang benar. Maka jangan heran jika Allah ﷻ mencukupinya dengan rezeki yang tidak ia sangka-sangka. Agar seluruh makhluk tahu, bahwa apa yang telah ditakdirkan Allah ﷻ tidak akan tertukar. Sesungguhnya apa yang telah dikehendaki Allah ﷻ pasti terjadi dan sebaliknya apa yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan pernah terjadi.”
Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
? Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Abdul Latif al-Jurdaniy ad-Dimyathi asy-Syafi’i|Al-Jawahiru al-Lu’luiyah fi Syarahi al-Arba’ina an-Nawawiyah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah Cet. 1973 Bairut-Lebanon hal 26.