Tulisan ini merupakan tulisan saya tahun lalu tentang lailatul qadar, setidaknya ada 3 hal yang ingin saya kupas dalam tulisan ini pertama tentang sejarah lailatul qadar, kedua keutamaan lailatul qadar dan ketiga waktu saat terjadinya lailatul qadar, oke tanpa berlama lama mari kita bahas satu persatu.
1. Asal Mula Lailatul Qadar
Lailatul Qadar merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Dan tentunya setiap dari kita ingin melaksanakan ibadah pada malam kemuliaan ini dengan keimanan dan mengharap pahala besar dari Allah SWT.
Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa diantara Bani Israil ada seorang laki-laki yang senantiasa beribadah pada Allah SWT. Dimalam hari sampai menjelang waktu subuh dan bila siang hari dia melakukan jihad memerangi musuh musuh Allah SWT sampai datang waktu malam hal itu dilakukannya selam 1000 bulan, maka Allah menurukan Lailatul Qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Allah SWT berfirman:
لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan”. [Surat Al-Qadar, Ayat 3]
2. Keutamaan Lailatul Qadar
Nabi Muhammad SAW bersabda:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (متفق عليه)
“Barangsiapa melakukan ibadah pada malam qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa yang telah lalu” [HR Bukhori Muslim]
Lalu bagaimana jika seseorang melewatkan Lailatul Qadar sampai masuk waktu siang?
Syekh Abi Syaibah menceritakan dari al-Hasan bin al-Har beliau berkata: telah sampai kepadaku bahwa amal perbuatan di hari qadar sama dengan amal perbuatan di malam qadar.
Demikianlah pahala beribadah pada malam qadar yang membuat kita selalu ingin meraihnya namun sayangnya Allah SWT tidak menjelaskan kapan turunnya lailatul qadar agar kita senantiasa memperbanyak ibadah dalam rangka mencari lailatul qadar serta berharap saat itu lailatul qadar diturunkan oleh Allah SWT.
3. Waktu Terjadinya Lailatul Qadar
Walaupun lailatul qadar dirahasiakan oleh Allah SWT. Namun Nabi SAW telah memberikan rambu-rambu serta tanda tanda lailatul qadar kepada kita. Sebagaimana sebuah hadits:
عن عائشة رضي الله عنها قالت، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان. متفق عليه
“…….. Carilah Lailatul Qadar pada malam malam ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan” [HR. Bukhori]
Dan lebih spesifik lagi disebutkan dalam hadits riwayat Muawiyah RA:
عن معاوية رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: التمسوا ليلة القدر ليلة السبع وعشرين
“…….. Carilah Lailatul Qadar pada malam 27”
Sementara menurut Imam al-Ghazali, kapan Lailatul Qadar terjadi bisa diperiksa dari kapan hari dimulainya berpuasa. Kita akan urut dari hari Ahad atau Minggu sampai Sabtu.
1. Jika awal Ramadannya hari Minggu, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.
2. Jika awal Ramadannya hari Senin, malam tersebut jatuh pada malam ke-21.
3. Jika awal Ramadannya hari Selasa, malam tersebut jatuh pada malam ke-27.
4. Jika awal Ramadannya hari Rabu, malam tersebut jatuh pada malam ke-29.
5. Jika awal Ramadannya hari Kamis, malam tersebut jatuh pada malam ke-25.
6. Jika awal Ramadannya hari Jumat, malam tersebut jatuh pada malam ke-27.
7. Jika awal Ramadannya hari Sabtu, malam tersebut jatuh pada malam ke-23.
Menanggapi pendapat al-Ghazali atas seorang ulama ahli hikmah pendiri thariqat al-Syadziliyah berkomentar:
قال الشيخ ابو الحسن الشاذلي: والله ما فاتني ليلة القدر بهذا الإعتبار
Syekh Abul Hasan al-Syadzily berkata: “Demia Allah aku tidak pernah melewatkan Lailatul Qadar menggunakan hitungan ini”
Pendapat yang mendukung juga datang dari seorang ulama kenamaan madzhab Syafi’i:
قال الإمام النووي رحمه الله: وبه يجمع بين الأحاديث الصحيحة المتعارضة فهو المختار
Imam al-Nawawi berkata: “Dengan pendapat ini Imam al-Ghazaly telah memadukan beberapa hadits shahih yang bertentangan, pendapat ini adalah pendapat yang dipilih”
Dari beberapa pendapat diatas, maka besar kemungkinan Lailatul Qadar tahun ini diturunkan pada malam 27 Ramadhan berdasarkan hadits Nabi SAW dan permulaan Ramadhan kali ini adalah dimulai pada hari Selasa. Wallahu A’lam?
Zainal Arifin/red