Judul di atas bermula dari pertanyaan sebagian rekan-rekan FB setelah membaca tulisan penulis yang berjudul “????? ?????????? ???? ????? ????????”.
Pertanyaan ini, sebenarnya klasik dan sudah menjadi rahasia umum dari zaman ke zaman, maka dari itu jauh-jauh hari ulama telah menyiapkan jawabannya dan diabdikan dalam beberapa karya agung mereka diantaranya pendapat Imam al-Qurthubiy yang kutip oleh Syaikh Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuthiy (w. 911 H) dalam kitab Syarhu Sunan an-Nasa’i, mengatakan:
فإن قيل فكيف ترى الشرور والمعاصي واقعة في رمضان كثيرا فلو صفدت الشياطين لم يقع ذلك فالجواب أنها إنما تغل عن الصائمين الصوم الذي حوفظ على شروطه وروعيت آدابه أو المصفد بعض الشياطين وهم المردة لا كلهم والمقصود تقليل الشرور منهم فيه وهذا أمر محسوس فإن وقوع ذلك فيه أقل من غيره إذ لا يلزم من تصفيد جميعهم أن لا يقع شر ولا معصية لان لذلك أسبابا غير الشياطين كالنفوس الخبيثة والعادات القبيحة والشياطين الانسية.
“Jika dikatakan, kenyataanya banyak terjadi kejahatan dan kemaksiatan di bulan Ramadhan, padahal jika setan dibelenggu hal itu seharusnya tidak terjadi? Maka jawabannya sesungguhnya setan itu dibelenggu, tidak dapat menggoda tiada lain kepada orang yang melaksanakan puasa dengan puasa yang memenuhi syarat-syarat dan memelihara etika puasanya atau bisa juga diartikan bahwa yang dibelenggu itu hanya setan-setan yang pembangkang bukan semua setan, maksudnya adalah sedikitnya kejahatan yang timbul dari godaan mereka (setan). Dan hal ini adalah fakta yang terjadi di setiap datangnya bulan suci Ramadhan karena meskipun semua setan telah dibelenggu, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kejahatan dan kemaksiatan sebab bisa saja kejahatan dan kemaksiatan di bulan Ramadhan itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti ajakan nafsu yang jelek, kebiasaan yang buruk dan setan jenis manusia. ” (Lihat, ?????? ????? ??-????’?, ???? ??-????? ??-??????? ??? 4 ??? 128-129).
Senada dengan pendapat Syaikh Jalaluddin as-Suyuthiy, Syaikh Abdurrauf al-Manawiy (w. 1031 H) dalam Faidhu al-Qadir Syarh al-Jami’ ash-Shagir menambahkan:
وأما ما يوجد فيه من خلاف ذلك في بعض الأفراد فتأثيرات من تسويلات المردة أغرقت في عمق تلك النفوس الشريرة وباضت في رؤوسها.
Adapun jika ditemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan rumusan di atas (masih nekat berbuat kejahatan dan kemaksiatan di bulan Ramadhan) pada sebagian orang, maka hal itu adalah efek yang timbul dari godaan sebelum setan dibelenggu, yang bersemayam kuat dalam jiwa-jiwa mereka yang jahat lalu beranak pinak dalam benak pikiran mereka.
Selanjutnya Syaikh Abdurrauf al-Manawiy dalam halaman yang sama menegaskan:
علم مما تقرر أن تصفيد الشياطين مجاز عن امتناع التسويل عليهم واستعصاء النفوس عن قبول وساوسهم وحسم أطماعهم عن الإغواء وذلك لأنه إذا دخل رمضان واشتغل الناس بالصوم وانكسرت فيهم القوة الحيوانية التي هي مبدأ الشهوة والغضب الداعيين إلى أنواع الفسوق وفنون المعاصي وصفت أذهانهم واشتغلت قرائحهم وصارت نفوسهم كالمرائي المتقابلة المتحاكية وتنبعث من قواهم العقلية داعية إلى الطاعات ناهية عن المعاصي فتجعلهم مجمعين على وظائف العبادات عاكفين عليها معرضين عن صنوف المعاصي عائقين عنها فتفتح لهم أبواب الجنان وتغلق دونهم أبواب النيران ولا يبقى للشيطان عليهم سلطان فإذا دنوا منهم للوسوسة يكاد يحرقهم نور الطاعة والإيمان.
“Telah diketahui dari keterangan yang telah ditetapkan bahwa setan-setan dibelenggu itu bermakna majazi (metaforik), yaitu setan tidak dapat menggoda dan jiwa manusia tidak dapat menerima godaan mereka serta tidak membiarkan segala keinginannya mengikuti bujuk rayu setan. Demikian itu karena apabila datang bulan Ramadhan, orang-orang disibukkan dengan puasa, memecah nafsu hewani sebagai sumber syahwat dan emosi yang menyeru kepada macam-macam kefasikan dan maksiatan. Selain itu, akal mereka telah jernih, tabiat mereka sibuk dengan ibadah, dan jiwa mereka seperti cermin yang saling berhadapan lagi saling mengikat, dan terpancar dari kekuatan akal mereka pendorong kepada ketaatan dan pencegah dari kemaksiatan. Maka kekuatan itu menjadikan mereka bersatu dalam melaksanakan ibadah lagi menetapinya, mereka berpaling dari berbagai macam maksiat lagi membencinya. Maka terbukalah pintu-pintu surga, tertutup pintu-pintu neraka, dan setan tidak berdaya atas mereka. Maka jika setan mendekati untuk menggoda mereka, nyaris saja cahaya taat dan keimanan membakar setan-setan itu.” (Lihat, ?????? ??-????? ????? ??-????’ ???-??????, ????? ??-????? ??-??????? ??? 1 ???. 422).
Imam Abu al-Hasan as-Sindi (w. 1138 H) dalam kitabnya Hasyiyah Sunan an-Nasai turut berpendapat:
ولا ينافيه وقوع المعاصي، إذ يكفي وجود المعاصي شرارة النفس وخبائثها، ولا يلزم أن تكون كل معصية بواسطة شيطان، وإلا لكان لكل شيطان شيطان ويتسلسل، وأيضاً معلوم أنه ما سبق إبليس شيطان آخر، فمعصيته ما كانت إلا من قبل نفسه، والله تعالى أعلم
Hadits “setan dibelenggu” tidak berarti meniadakan segala bentuk maksiat. Karena bisa saja maksiat itu muncul disebabkan pengaruh jiwa yang buruk dan jahat. Dan timbulnya maksiat, tidak selalu berasal dari setan. Jika semua berasal dari setan, berarti ada setan yang mengganggu setan (setannya setan), dan seterusnya bersambung tanpa ada batasnya. Sementara kita tahu, tidak ada setan yang mendahului maksiat Iblis. Sehingga maksiat Iblis murni dari dirinya. (Lihat, ???????? ????? ??-?????, ??-?????, ??-???????? ???-???????? ??-?????????? ??? 4 ??? 126-127).
Allah Ta’ala A’lamu
Penulis: ????? ?????
?????? ???????