Teringat masih kecil dulu, ketika kami takut keluar rumah pada malam hari pada saat bulan puasa Ramadhan orang tua kami sering meyakinkan dengan kata-kata: “Jangan takut, ini bulan suci Ramadhan ini setan-setan di belenggu, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup.”
Emm, terbukti kata-kata tersebut ampuh dan kami lebih berani keluar malam untuk sekedar ke kamar mandi atau membeli jajan di toko tetangga.
Setelah dewasa, kami baru tahu kata-kata itu bukan hanya sebuah metos belaka atau cerita turun-temurun nenek moyang tapi berdasarkan hadits shahih yang disabdakan Rasulullah ﷺ:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
“?????? ????? ???????? ????? ??????, ???? ?????-????? ????? ?? ????, ?????-????? ?????? ?? ?????, ??? ?????-????? ?? ????????”. (??. ??????? ??? ??????).
Hadits ini diriwayatkan pula oleh An-Nasai, Ahmad, Abd bin Humaid, Al-Baihaqi, Ibnu Hiban, dan Ath-Thabrani. (Lihat, An-Nasai, Sunan An-Nasai, IV:128, No. 2101; Ahmad, Musnad Ahmad, II:281, No. 7767, dan Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:420, No. 1439; Al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubra, IV:303, No. 8283; Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban, VIII:221, No. 3434; Ath-Thabrani, Musnad asy-Syamiyiin, I:69, No. 82.)
Sulthanu al-Ulama Syaikh Izzuddin bin Abdi as-Salam (w. 660 H) dalam kitabnya Maqasid al-Ibadat menjelaskan maksud dari dibukanya surga, ditutupnya pintu neraka, dan setan-setan di belenggu, beliau mengatakan:
أما تفتيح أبواب الجنة فعبارة عن تكثير الطاعات الموجبة لفتح أبواب الجنان. وتغليق أبواب النار عبارة عن قلة المعاصي الموجبة لاغلاق أبواب النيران. وتصفيد الشياطين عبارة عن انقطاع وسوستهم عن الصائمين لأنهم لا يطمعون في اجابتهم الى المعاصي.
Adapun yang dimaksud terbukanya pintu syurga pada bulan Ramadhan adalah, sebuah perumpamaan dari banyaknya keta’atan, yang bisa menjadi penyebab terbukanya pintu-pintu syurga. Sedangkan yang dimaksud ditutupnya pintu neraka adalah perumpamaan dari sedikitnya maksiat (pada bulan Ramadhan), yang menjadi penyebab tertutupnya pintu neraka. Adapun yang maksud dari terbelenggunya setan adalah, perumpamaan dari terlepasnya orang-orang yang sedang melakukan puasa dari bisikan-bisikan syaitan, sebab orang yang puasa tidak akan terlalu ambisi untuk melakukan maksiat. (Lihat; ????????? ??-??????, ??????’?? ??-??????? ???. 38).
Sebenarnya dalam memahami makna “Setan-setan dibelenggu” para ulama berbeda pandangan, sebagaimana dalam memahami makna “Dibuka pintu surga” dan “Ditutup pintu neraka”. Namun dari semua pendapat yang ada bisa disimpulkan menjadi 2 macam:
Pertama, sebagian ulama cenderung memaknai kalimat itu secara hakiki. Kedua, sebagian ulama yang lain cenderung memaknai kalimat itu secara majazi (metaforik).
Syaikh Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuthiy (w. 911 H) dalam kitabnya Tanwir al-Hawalik Syarh ‘ala Muwatha’ Malik, mengutip pendapat al-Qadhi Iyadh (w. 544 H) berkata:
يحتمل أنه على ظاهره وحقيقته وأن تفتيح أبواب الجنة وتغليق أبواب جهنم وتصفيد الشياطين علامة لدخول الشهر وتعظيم لحرمته ويكون التصفيد ليمتنعوا من ايذاء المؤمنين والتهويش عليهم.
“Hadits itu bisa diarahkan pada makna sesuai dengan dzahir dan hakikatnya, bahwa yang dimaksud dengan dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu jahannam dan setan-setan dibelenggu adalah tanda masuk bulan Ramadhan dan mengagungkan kehormatannya. Sementara dibelenggunya setan menunjukkan bahwa mereka (setan) terhalang untuk menyakiti orang-orang mukmin dan mengganggu mereka.”
ويحتمل أن يكون المراد المجاز ويكون إشارة إلى كثرة الثواب والعفو وان الشياطين يقل اغواؤهم وايذاؤهم ليصيرون كالمصفدين ويكون تصفيدهم عن أشياء دون أشياء ولناس دون ناس ويؤيد هذه الرواية الثانية فتحت أبواب الرحمة وجاء في حديث آخر صفدت مردة الشياطين.
“Dan bisa diarahkan pada makna majazi (metaforik) dan maksud (dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu jahannam dan setan-setan dibelenggu) adalah sebagai isyarat akan banyaknya pahala dan ampunan di bulan Ramadhan, dan bahwa tipu daya serta gangguan setan-setan tersebut menjadi sedikit hingga mereka seperti makhluk yang terbelenggu. Maka bisa saja setan-setan itu dibelenggu dari sebagian perkara tidak dari sebagian perkara yang lain, ada sebagian manusia yang bisa ditipu tidak dengan manusia yang lain. Pendapat kedua ini diperkuat dengan hadits lain yang berbunyi: “Maka dibuka pintu-pintu rahmat” dan juga sebuah hadits lain yang mengatakan: “Setan-setan pembangkang dibelenggu.”
ويحتمل أن يكون فتح أبواب الجنة عبارة عما يفتحه الله تعالى لعباده من الطاعات في هذا الشهر التي لا تقع في غيره عموما كالصيام والقيام وفعل الخيرات والانكفاف عن كثير من المخالفات وهذه أسباب لدخول الجنة وأبواب لها وكذلك تغليق أبواب النار وتصفيد الشياطين عبارة عما ينكفون عنه من المخالفات ومعنى صفدت غللت والصفد بفتح الفاء الغل بضم الغين وهو معنى سلسلت في الرواية الأخرى.
“Dan bisa juga diarahkan bahwa yang maksud dibukanya pintu-pintu surga adalah sebuah ungkapan dari apa yang Allah ﷻ bukakan pada hamba-hambanya berupa melakukan ketaatan di bulan ini yang tidak sama dengan di bulan-bulan lainnya seperti mampu melaksanakan puasa, bangun malam (beribadah malam hari), mengerjakan aneka baikan dan mencegah diri dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Ini semua adalah sebab-sebab seorang hamba masuk dan dibukanya pintu-pintu surga. Begitu juga yang di maksud ditutupnya pintu-pintu jahannam dan setan-setan dibelenggu adalah sebuah ungkapan pencegahan diri dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Adapun makna dari kata “Shuffidat” adalah dibelenggu dari asal kata “ash-Sufdu” dengan baca Dhammah Fa’-nya yang bermakan “al-Ghullu” belenggu dengan baca Dhammah Ghainnya-nya dan itu merupakan makna dari kata “Sulsilat” dirantai dalam riwayat hadits yang berbeda.” (Lihat, ?????? ??-??????? ????? ‘??? ???????’ ?????, ????? ??-????? ??-??????? ??? 1 ??? 295).
Penulis menemukan hadits dengan riwayat lain dengan redaksi “Sulsilat” yang disebutkan oleh al-Qadhi Iyadh barusan sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
???? ???? ??????, ?? ???????, “???? ??? ???? ????? ??-?????????? ????? ??????????? ?????? ????, ????? ???????? ???????????? ????????? ????? ??? ????????? ??? ???????? ?? ???????, ?????????? ﷺ ????????: ‘??????? ????? ????? ????????, ?????-????? ?????? ??????, ?????-????? ??????? ??????? ??? ?????-????? ??????????.” HR. Al-Bukhari (Lihat, ?????? ??-???????, ??? 2 ??? 672, ??. 1800).
dan Abu ‘Awanah, dengan redaksi:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ.
“??????? ????? ???????? ??????, ?????-????? ?????? ??????, ?????-????? ??????? ??????? ??? ?????-????? ??????????.” (Lihat, ?????? ??? ‘??????, ??? 4 ??? 7, ??. 2172).
Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim