SEJARAH PENGULANGAN BAIT
مَوْلآيَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَائِمًا أَبَدًا # عَلَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ اْلخَلْقِ كُلِّهِمِ
Ya Tuhanku, curahkanlah selalu rahmat dan salam sepanjang masa
Kepada kekasih-Mu, sebaik-baik makhluk seluruhnya
Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bait syair di atas kerap menjadi verse atau bridge (kalimat) yang dilantunkan berulang atau menjadi refrain saat melantunkan kasidah Burdah milik Syaikh al-Bushiriy namun tidak banyak yang tahu sejarah dibalik terpilihnya bait tersebut menjadi refrain (bait yang dilantunkan berulang-ulang) setiap membaca beberapa bait dalam kasidah.
Syaikh ‘Athiyah Musthofa al-Mishriy salah satu staf pengajar Universitas al-Azhar Kairo dalam kata sambutnya di kitab az-Zubdah ar-Raiqah karya Syaikhu al-Islam Zakariya al-Anshoriy
menuturkan bahwa bait syair diatas merupakan tambahan dari ulama.
Latar belakang penyusunan bait ini, berdasarkan hikayah Syaikh al-Bushiriy saat menyusun kasidah Burdah bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ. Konon Syaikh Al-Bushiri dalam mimpinya membaca Qasidah Burdah di hadapan Beliau. Rasulullah ﷺ tampak kagum. Namun saat sampai pada bait
فمبلغ العلم فيه أنه بشر
Syaikh al-Bushiri tidak mampu melanjutkannya.
Rasulullah kemudian berkata: “Ucapkan:
وأنه خير خلق الله كلهم.
Setelah itu Syaikh Al-Bushiri pun menambahkan separuh bait ini pada bait yang tak bisa ia selesaikan. Ia juga menyusun separuh bait lagi untuk disandingkan dengan separuh bait dari Rasulullah ﷺ, agar ia dapat mengulang-ulangnya setelah membaca satu bait.
Syekh Umar bin Ahmad Afandi al-Kharbutiy al-Hanafiy dalam pengantar kitabnya ‘Ashidatu asy-Syuhdah fi Syarhi Burdah mengungkapkan: “Di antara syarat bisa terkabulnya membaca kasidah Burdah adalah membaca beberapa bait kemudian disambung dengan bacaan:
مَوْلآيَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَائِمًا أَبَدًا # عَلَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ اْلخَلْقِ كُلِّهِمِ
Bukan dengan lainnya karena kalau tidak, maka jangan mengharap bacaannya bisa memberi efek positif dan terkabulkan. Hal itu pernah terjadi pada al-Imam al-Ghaznawiy.
Setiap malam al-Ghaznawiy membaca kasidah Burdah berharap bisa bertemu dengan Baginda Nabi meski dalam mimpinya namun setelah malam demi malam ia lalui, al-Ghaznawiy tidak kunjung bersua dengan Baginda Nabi.
Sadar jika usaha sia-sia al-Ghaznawiy pergi mengadu pada Syaikh al-Kamil (istilah guru besar dalam sebuah thariqoh kaum sufi).
“Wahai Syaikh! Apa kiranya yang menjadi penyebab bacaanku tidak membuah hasil?”
“Mungkin kau tidak memenuhi syarat-syarat yang anjurkannya”. Jawab Syaikh al-Kamil.
Al-Ghaznawiy berkata: “Sudah Syaikh, aku sudah penuhi semua syarat-syaratnya”.
Syaikh al-Kamal kemudian menelitinya, termasuk cara al-Ghaznawiy membaca kasidah Burdah. Akhirnya didapat sebuah kesimpulan, bahwa al-Ghaznawiy tidak memenuhi salah satu syarat yang dianjurkan yaitu tidak membaca shalawat yang dibaca penulisnya saat membaca kasidah Burdah karena Syaikh al-Bushiri tidak pernah meninggalkan bacaan:
مَوْلآيَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَائِمًا أَبَدًا # عَلَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ اْلخَلْقِ كُلِّهِمِ
Di setiap akhir bait yang dibacanya.
Alasan Syaikh al-Bushiriy selalu mengulang-ulang bait ini diakhir setiap bait karena Beliau sangat senang membaca separuh kalimat akhir bait yang ditulis Baginda Rasulullah disamping rasa cinta yang sempurna yang dimiliki Syaikh al-Bushiriy.
Alhasil, Sejarah penyusunan bait tersebut di latar belakangi bentuk tabarruk atau harapan meluapnya berkah dari Syaikh al-Bushiri pada separuh terakhir bait, dan rasa cinta yang mendalam pada Baginda Nabi Muhammad .
Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
✍️ Syaikhu al-Islam Zakariya al-Anshoriy| az-Zubdah ar-Raiqah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 37-38.
✍️ Syekh Umar bin Ahmad Afandi al-Kharbutiy al-Hanafiy| Ashidatu asy-Syuhdah fi Syarhi Burdah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 21-22.