KEISTIMEWAAN LAFADZ AL-JALALAH

oleh -5,859 views

 

بسم الله وبالله ومن الله والى الله وعلى الله وفي الله ولاحول ولاقوة الا بالله

Ath-Thobari dalam tafsirnya al-Jami’u al-Ahkami al-Qur’an mengatakan : Lafadz Jalalah الله merupakan paling agungnya asma Allah ﷻ dan semua asma-asma Allah ﷻ terkumpul didalamnya, sehingga tak heran bila sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa lafadz Jalalah الله adalah paling agungnya asma-asma Allah ﷻ dan tidak ada satu makluk pun yang diberimana dengan nama ini. Oleh karenanya lafadz Jalalah الله tidak di Tatsniyahkan (bermakana dua) atau dijama’ (bermakna banyak) dan pemahaman ini merupakan salah satu interpretasi dari firman Allah ﷻ yang berbunyi:

ﻫَﻞْ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻟَﻪُ ﺳَﻤِﻴّﺎً

“Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).

Al-Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsirnya, Mafatihu al-Ghuyub dan al-Imam ‘Alauddin ‘Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi atau yang dikenal dengan sebutan al-Khazin dalam kitab tafsir al-Khazin mengatakan: Di antara keistimewaan lafadz al-Jalalah (الله), yang terdiri empat huruf lam lam ha (ا ل ل ه) adalah tidak ada sebuah kata yang bila dibuang satu persatu hurufnya namun tetap menunjuk makna yang sama yang tidak akan ditemukan pada kata atau lafadz lain selain lafadz al-Jalalah (الله) bahkan dari asma-asma Allah ﷻ lainnya.

Jika huruf alif di bagian awal dibuang maka tinggal huruf lam lam ha (لله), masih bisa terbaca “lillah” berarti “kepunyaan atau milik Allah” sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ

Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi… (QS. al-Fath: 7)

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi… (QS. al-Munafiqin: 7)

Jika digugurkan lagi huruf lam pertamanya sehinggal tinggal dua huruf yaitu lam dan ha (له) masih bisa terbaca “lahu” berarti “kepunyaan atau milik Allah” sebagaimana firman Allah:

لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ

Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. (az-Zumar: 63)

لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ

Milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya (pula) segala puji. (QS. at-Taghabun: 64)

Jika digugurkan lam keduanya sehingga tinggal satu huruf yaitu huruf ha (هـ), masih bisa terbaca dan mempunyai arti sebagai kata ganti (dlamir) berarti “Dia” atau sebagai kata ganti untuk lafadz Allah. Dlamir atau kata hu bila tidak bersambung dengan kata lainnya dalam al-Qur’an ditulis mengunakan kata huwa (هو) sebagaimana firman Allah ﷻ:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

“Katakanlah:”Dialah Allah, Yang Maha Esa. (al-Ikhlas: 1)

هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۗ

Dialah yang Maha hidup, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. (QS. al-Ghafir: 65).

Menurut Al-Khozin huruf Wawu yang terdapat dalam Dhomir Huwa hanya sebagai ganti harakat Dhommah yang dibuang atau menurut ar-Razi Wawu tersebut berlaku sebagai huruf Zaidah (tidak punya arti) dengan dasar bahwa huruf Wawu tersebut tidak disebut saat dalam keadaan Tatsniyah (bermakna ganda) atau dalam keadaan Jama’ (plural nouns) menjadi kata هما dan هم.

Menurut ar-Razi keistiwaan lafadz al-Jalalah (الله) bukan hanya terdapat secara tektual tapi secara maknawi pun lafadz Jalalah (الله) juga memiliki keistimewan dari pada asma-asma Allah lainnya karena bila kita berdoa mengunakan asma Allah الرحمن (Dzat Yang Maha Pengasih), maka kita telah mensifati Allah dengan sifat الرحمة (kasih) begitu juga bila berdoa mengunakan asma Allah العليم (Dzat Yang Maha Mengahui), maka kita telah mensifati Allah dengan sifat العلم (Ilmu) dan begitu dengan asma-asma Allah yang lain. Sedangkan bila kita berdoa menggunakan lafadz الله, maka kita tentu akan mensifati Allah ﷻ dengan semua sifat-sifat Allah ﷻ yang kesempuraan-Nya karena Tuhan tidak bisa disebut Tuhan kecuali telah disifati dengan segala sifat-sifat itu.

Masih menurut al-Imam a-Razi, lafadz al-Jalalah الله juga menjadi kesahan seorang untuk menjadi Muslim sejati dalam mengucapkan kalimat syahadat karena orang kafir tidaklah dianggap sah Islamnya bila saat melafadz syahadat menggunakan lafadz selain lafadz al-Jalalah seperti contoh ucapan :

أشهد ان آله الا الرحمن atau الا الملك atau الا القدس

dan lafadz-lafadz lainnya dari asma-asma Allah. Waallahu al-Hadi ila Shawab

Penulis: Abdul Adzim

المراجع :
? جامع البيان عن تأويل آي القرآن (تفسير الطبري)
المؤلف: محمد بن جرير الطبري الجزء الأوّل صحيفة ٧٢ دار الكتب العلمية
? مفاتيح الغيب=التفسير الكبير=تفسير الرازي
المؤلف: فخر الدين الرازي الجزء الأول صحيفة ١٦٩ – ١٧٠ دار الفكر.
? لباب التأويل في معاني التنزيل (تفسير الخازن)
المؤلف: علاء الدين علي بن محمد بن إبراهيم بن عمر الشيحي المعروف بالخازن الجزء الأول صحيفة ١٧ دار الكتب العلمية

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.