Masuk surga adalah impian bagi semua orang dan untuk bisa menjadi penghuni surga seorang hamba harus tekun melakukan segala hal yang diperintahkan Allah ﷻ dan menjauhi segala larangan-Nya karena dengan pelantara amal shaleh seorang hamba lanyak masuk surga sebagaimana yang firmankan Allah ﷻ dalam al-Qur’an:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“(?????) ????? ???? ?????? ?????????? ???? ???? ???????? ????? ??????? ????, ?????? (???? ????????) ?????????? (?????? ??????), “??????? ‘???????, ???????? ?? ????? ????? ?????? ??? ???? ????? ???? ????????.” (??. ??-???? : 32)
Namun disisi lain ada hadits yang menjelaskan bahwa amal seseorang tidak menjaminnya masuk ke dalam surga sebagaimana hadits Nabi ﷺ riwayat Abu Hurairah:
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
???????????? ??? ???????? ???????, ?? ????????? ?????????? ??????????? ‘?????? ?? ?????? ????????, “???? ????????? ????? ???? ?????????? ????????? ?? ????? ?????.” “?????? ???? ????? ????? ???????????”, ????? ???????? ???????. ?????? ????????, “??? ??? ?????. ??? ????? ???????? ?????? ??????? ??? ?????? ?????.” (??. ??????? ??. 5673 ??? ?????? ??. 2816)
Lalu bagaimana cara mengkompromikan Ayat dan Hadits di atas yang nampak bertentangan?
Syaikh Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadiy yang dikenal dengan sebutan al-Khazin (w. 725 H) Tafsir al-Khazinnya yang diberi nama Lubabi at-Takwil fi Ma’aniy at-Tanzil mengatakan: Syaikh Muhyiddin al-Imam an-Nawawi dalam Syarhu Muslim berpendapat:
“Ketahuilah, sesungguhnya madzhab Ahli Sunnah wal Jama’ah (kalangan Asya’irah dan Maturidiyah) dalam menyikapi urusan pahala, siksa dan lainnya dari beberapa hukum yang terkait tidak berdasarkan pada akal tapi dengan penetapan syara’. Begitu juga dikatakan, Allah ﷻ tidak wajib (berbuat) terhadap segala sesuatu bahkan alam semesta adalah kerajaan-Nya, dunia dan akhirat berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Dialah yang mengerjakan segala sesuatu yang dikehendaki di dunia dan akhirat.
Maka seandainya Allah ﷻ menyiksa hamba-hambanya yang taat dan shaleh serta memasukkan mereka semua ke dalam neraka-Nya, hal itu merupakan keadilan dari-Nya dan jika Allah ﷻ memuliakan, memberi rahmat dan memasukan mereka ke dalam surga-Nya, hal itu merupakan anugerah dari-Nya. Sebaliknya jika Allah ﷻ berkehendak memberikan nikmat pada hamba-hamba-Nya yang kafir dan memasukkan mereka semua kedalam surga-Nya, hal itu juga merupakan anugerah dari-Nya. Tetapi perlu diingat bahwa Allah ﷻ sesungguhnya tidak akan melakukan hal ini karena Allah ﷻ telah mengabarkan (pada hamba-hamba-Nya) dan apa yang dikabarkan Allah ﷻ pasti benar serta tidak mungkin Allah ﷻ menyalahi janji-Nya, yaitu Allah ﷻ akan mengampuni hamba-hamba-Nya yang mukmin dan memasukan mereka semua kedalam surga-Nya dengan rahmat-Nya serta menyiksa hamba-hambanya yang kafir dan memasukan mereka semua ke dalam neraka-Nya sebagai keadilan dari-Nya.
Pendapat ini berbeda dengan kalangan Mu’tazilah yang menetapkan segala hukum berdasarkan akal manusia, mereka berpendapat bahwa segala amal yang dilakukan seorang hamba wajib mendapatkan pahala dan Allah ﷻ wajib berbuat baik dan yang terbaik pada hamba-hambanya-Maha Suci Allah ﷻ dan Maha Luhur dari perbuatan mereka yang batil dan menyalahi dalil Syara’.
Secara dhahir (tekstual) Hadits di atas memberikan pengertian pada ahli al-Haq (penganut kebenaran) bahwa seseorang tidak berhak mendapatkan pahala dan surga sebab ketaatannya tidaklah bertentangan dengan firman Allah ﷻ:
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“……???????? ?? ????? ????? ?????? ??? ???? ????? ?????? ????????.” (??. ??-???? : 32) dan Ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa segala amal shaleh menjadi penyebab seorang masuk surga. Karena arti sesungguhnya dari Ayat-Ayat tersebut adalah seorang hamba bisa masuk surga sebab amal shalehnya dan mendapat pertolongan dari Allah ﷻ karena ketulusan dalam beramal serta diterimanya amal sebab rahmat dan karunia yang diberikan Allah ﷻ padanya. Maka dapat dibenarkan jika seorang hamba masuk surga bukan semata sebab amal yang dikerjakan sebagaimana pengertian yang terkandung dalam Hadits tadi dan juga bisa dibenarkan seorang hamba masuk surga sebab amal-amal shaleh yang telah dilakukan yang merupakan rahmat, anugerah dan karunia dari Allah ﷻ dan hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang dikehendaki.”
Analisa dan peng-kompromian yang lakukan Imam Nawawi ini menjadi pembeda dari golongan Mu’tazilah dan sekaligus jawaban untuk golongan Jabariyah yang mengingkari bahwa amal menjadi penyebab masuknya seseorang hamba ke dalam surga dan golongan Qadariyah yang beranggapan bahwa surga sebagai ganti dari amal yang telah diperbuat dan masuk surga murni diperoleh hanya dengan amal.
Sementara al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqolaniy (w. 852 H) dalam kitabnya Fathu al-Bariy mengutip dari beberapa ulama mengatakan:
“Menurut Ibnu Batthal (w. 449 H) antara Hadits dan Ayat tadi bisa kompromikan dan tidak pertentangan satu dengan lainnya, dengan cara mengarahkan Ayat tersebut pada sebuah pengertian bahwa kedudukan di dalam surga diperoleh dengan amal karena surga mempunyai beberapa tingkatan sesuai dengan tingkatan amal yang diperbuat di dunia sembari mengarahkan Hadits tersebut pada satu pengertian bahwa untuk bisa masuk surga dan kekal abadi di dalamnya tidak cukup dengan amal tapi dengan rahmat dan anugerah Allah ﷻ. Ibnu Batthal juga menjelaskan bahwa Hadits tersebut menjadi penjelas bagi Ayat di atas yang masih bersifat Mujmal (global). Artinya, yang dimaksud masuk surga dengan amal adalah: “Masuklah kalian ke dalam tingkatan-tingkatan surga dan gedung-gedungnya yang telah ditentukan dengan kadar amal yang telah diperbuat kalian.” Dan keliru bila Ayat tadi di artikan bahwa amal shaleh menjadi penyebab utama masuknya seorang hamba ke dalam surga. Selain itu Hadits tersebut bisa juga menjadi tafsir (interpretasi) dari makna Ayat dengan arti: “Masuklah kalian ke dalam surga sebab amal kalian serta sebab rahmat dan anugerah yang Allah ﷻ yang diberikan.” Karena adanya pembagian tingkatan di dalam surga disebabkan ada rahmat dari Allah ﷻ begitu juga orang bisa masuk surga sebab rahmat-Nya dengan cara memberikan Ilham pada hamba-hamba-Nya agar senantiasa beramal shaleh.
Syaikh Ibnu al-Jawziy (w. 597 H) mengatakan: “Dari uraian yang disampaikan Ibnu Batthal barusan dapat disumpulkan menjadi empat poin jawaban:
Pertama, bahwa mudahnya seorang hamba melakukan amal baik merupakan rahmat dari Allah ﷻ, dengan tiadanya rahmat tersebut maka tidak akan ada pula keimanan dan ketaatan yang kemudian menyebabkan keselamatan.
Kedua, kemanfaatan seorang hamba berada pada tuannya, segala yang dilakukannya merupakan suatu keharusan yang ditunjukan untuk tuannya jika sang tuan memberikan balasan maka hal tersebut merupakan anugerah dari-Nya.
Ketiga, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa masuk surga merupakan rahmat Allah ﷻ sedangkan pembagian derajat surga dapat diperoleh dengan amal.
Keempat, ketaatan terbatas dengan waktu sedangkan pahala tiada batasnya, maka pemberian yang tak terbatas sebagai balasan bagi amal yang terbatas hanya diperoleh dengan karunia Allah ﷻ bukan dengan amal.
Syaikh al-Kirmaniy (w. 786 H) menyebutkan bahwa Ba’ dalam lafadz بما كنتم تعملون bukan merupakan Ba’ Sababiyah, akan tetapi Ba’ Ilshaq (melekat) atau mushahabah (bersamaan). Sehingga jika diartikan sebagai Ba’ Sababiyah maka harus ada sabab dan musabbab, sedangkan Allah ﷻ berhak untuk menyiksa dan memberi rahmat kepada makhluknya sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud (w. 275) dan Ibn Majah (w. 275):
لوأن الله عذب أهل سماواته وأرضه لعذبهم وهو غير ظالم لهم، ولو رحمهم كانت رحمته خيرا لهم من أعمالهم.
“???????? ????? ???????? ??????? ???????? ?????? ??? ????, ???? ????? ???????? ?????? ????? ?????? ?????? ?????? ??????. ??? ???????? ????? ??????? ?????? ?????? ?????? ????????, ???? ?????? ????? ????? ???? ???? ????-???? ??????.”
Selanjutnya Syaikh al-Kirmaniy menambahkan: “Apabila semua manusia tidak dapat masuk surga kecuali dengan rahmat Allah ﷻ maka sisi pengkhususan yang disebutkan Rasulullah ﷺ dalam Hadits ini adalah: Apabila beliau sendiri telah dipastikan masuk surga, namun tidaklah beliau memasukinya kecuali dengan rahmat Allah ﷻ, maka orang selain beliau dalam hal ini tentunya yang lebih pantas untuk masuk surga dengan rahmat Allah ﷻ, bukan dengan amalnya karena tidak ada amal seorang pun dari Umat Rasulullah ﷺ yang bisa menandingi amal-nya,
Terkait pernyataan al-Kirmaniy, al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqolaniy berkata: “Ar-Rafi’i dalam kitab Al-Amaali-nya telah terlebih dahulu menegaskan makna seperti yang dikatakan oleh Al-Kirmani di atas. Ar-Rafi’i berkata:
“Ketika pahala Nabi ﷺ dalam melakukan ketaatan itu lebih besar dan amal beliau dalam ibadah lebih kokoh, maka dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah tidak juga engkau yang tidak dapat diselamatkan oleh amalmu?” Padahal kedudukan beliau di sisi Allah ﷻ sangat agung. Maka beliau menjawab, “Tidak juga aku, kecuali dengan rahmat dari Allah ﷻ” Dan senada dengan jawaban ini terdapat Hadits dengan redaksi yang berbeda yang disebutkan dalam riwayat Muslim dari hadits Jabir ra:
لاَ يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَلاَ يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ وَلاَ أَنَا إِلاَّ بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ تعالى
“???????? ??????? ??? ???? ?????? ????? ???? ??????? ????? ????????????? ?? ????? ????? ??? ????????????? ???? ??????, ????? ???? ???, ??????? ?????? ?????? ???? ?????.” (??. ?????? ???? ????? ??? ???????? ????????????’??????)”
???????? ?’???? ??-???? ?? ?????????
Penulis: ????? ?????
Referensi:
✍️ ?????? ???????? ??? ??? ???????? ??? ??????? ??-?????????| ?????? ??-??????; ?????? ??-?????? ?? ??’???? ??-??????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 4 ??? 17-18
✍️ ?????? ????????? ????? ??? ?????? ??-??????? |?????? ?????? ?? ??-???????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 17 ??? 131-132
✍️ ?????? ???? ????? ??-?????????| ????? ??-????? ?? ?????? ?????? ??-????????| ???? ??-???? ??? 13 ??? 69-70