Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ibnu Ajibah al-Hasniy (w. 1224 H) dalam karyanya al-‘Umdah fi Syarhi al-Burdah turut memberi kesaksian akan manfaat dan keampuhan qasidah Burdah dalam menangkal dan mengobati segala macam penyakit.
“Setelah Syaikh al-Bushiriy sembuh dari sakit lumpuh (strok) yang diderita, barokah qasidah Burdah yang ditulis dan syafaat dari Rasulullah ﷺ yang berkenan hadir melalui mimpinya. Pada pagi hari itu beliau mencoba keluar untuk sekedar mencari udara segar, tiba-tiba ada seorang laki-laki shaleh datang menemui beliau. Meminta agar Syaikh al-Bushiriy mau membacakan pada bait-bait Burdah yang Beliau tulis.
“Wahai Syaikh al-Bushiriy! Sudikah Anda memberikan bait-bait qasidah yang Anda tulis?” Pinta laki-laki itu.
Mendengar hal itu, Syaikh al-Bushiriy heran dan bertanya: “Dari mana Anda bisa tahu?”
“Aku telah mendengarnya tadi malam, saat Anda melantunkan bait-bait kasidah itu dihadapan Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah ﷺ begitu berkenan mendengarnya hingga tubuhnya yang agung condong seperti condongnya reranting pepohonan”. Jawab laki-laki itu.
Tanpa berfikir panjang lagi, Syaikh al-Bushiriy memberikan kasidah Burdah miliknya pada laki-laki itu dan Beliau akhirnya tahu kasidah Burdah yang tulisnya mempunyai karomah (daya magic) yang luar biasa. Lalu laki-laki itu berpamitan dan pergi meninggalkan Syaikh al-Bushiriy sembari menceritakan pengalaman dan pertemuannya dengan Syaikh al-Bushir pada semua orang.
*****
Waktu baru saja berlalu, kabar tentang sembuhnya Syaikh al-Bushiri dan pertemuan antara Syaikh al-Bushiri dengan laki-laki shaleh yang menjadi saksi nyata karomah kasidah Burdah telah menyebar ke seantro penjuru negeri hingga akhirnya kabar itu sampai ditelinga ash-Shahib Bahauddin seorang menteri kerajaan di masa itu yang linda banyak masalah dalam keluarganya.
Ash-Shahib Bahauddin begitu terkesan dan jatuh cinta kala mendengar kehebatan dan keampuhan kasidah Burdah milik Syaikh al-Bushiriy hingga dia bernadar, akan mengundang seorang ulama yang mau membacakan kasidah Burdah di rumahnya dan berjanji akan membuka penutup kepala yang digunakan serta akan mendengarkan bersama semua keluarganya dengan khusuk setiap bait-bait Burdah saat dibacakan dihadapannya.
Syahdab, ternyata keyakinan dan usaha yang dilakukan Ash-Shahib Bahauddin tidak sia-sia dan membuahkan hasil. Barokah kasidah Burdah, Ash-Shahib Bahauddin dan keluarganya memperoleh kesajahteraan hidup bahagia yang tidak didapat sebelumnya.
Di tempat yang lain, Sa’duddin al-Faraqi seorang yang telah lama menderita sakit mati menahun hingga nyaris membutakan penglihatanya telah bermimpi:
“Wahai Sa’duddin! Pergilah kerumah Ash-Shahib Bahauddin mintalah kitab kasidah Burdah miliknya lalu kau meletakan kitab itu di atas matamu, maka sakit di matamu akan segera sembuh”.
Mendapat petunjuk itu, Sa’duddin al-Faraqi segera berkunjung ke rumah Ash-Shahib Bahauddin dan menceritan semua mimpi yang dia alami.
“Saya tidak mempunyai kitab bacaan yang bernama Burdah”. Jawab Ash-Shahib Bahauddin datar karena dia memang tidak tahu nama kasidah Burdah sesungguhnya.
“Aku hanya mempunyai kasidah ini, yang berisikan bait-bait pujian pada Baginda Nabi Muhammad ﷺ yang tulis oleh Syaikh al-Bushiriy. Dengan pelantara kasidah itu kami memohon kesembuhan dan mengobati orang yang sakit”. Lanjut Ash-Shahib Bahauddin meyakinkan keraguannya.
Tanpa menghiraukan pemaparan dari Ash-Shahib Bahauddin, Sa’duddin al-Faraqi meminjam dan memungut kasidah Burdah dari tangan Sa’duddin al-Faraqi. Ajaib dengan idzin Allah ﷻ mata Sa’duddin al-Faraqi seketika sembuh dan dapat digunakan melihat seperti sedia kala.
Syaikh Ibnu Ajibah menambahkan: “Konon, Syaikh al-Bushiriy setelah peristiwa penulisan kasidah Burdah juga pernah dilanda sakit mata namun saat tidur Beliau bermimpi Rasulullah ﷺ dan memintanya agar membaca beberapa bait-bait dari kasidah Burdah miliknya setelah itu Beliau sembuh seketika”.
*****
Kesimpulannya, kasidah Burdah ini telah masyhur barakohnya dan telah dibuat tawassul serta menjadi pelantara dalam terkabulnya doa dan segala hajat serta menangkal segala marabahaya yang menimpa.
Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
?Sumber: Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ibnu Ajibah al-Hasniy| al-‘Umdah fi Syarhi al-Burdah| Darul al-Kutub al-Imiyah halaman 22