اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang sholeh.”
______________
Doa ini sering kita dengar dan kita panjatkan setelah melaksanakan shalat Dhuha. Namun pernahkah kita tahu dari mana sumber doa populer ini?
Syaikh Abu Bakar Syatha (w. 1300 H) dalam kitab Hasyiyah I’anah ath-Thalibin dan beberapa ulama lainnya menulis doa di atas namun dalam kitab tersebut Syaikh Abu Bakar Syatha memberi catatan tentang doa ini bahwa dalam kitab al-Maslaku al-Qarib disebutkan: “Sebaiknya bagi orang shalat Dhuha setelah membaca doa di atas, ditambah dengan doa:
اللَّهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ، وَبِكَ أُحَاوِلُ، وَبِكَ أُقَاتِلُ
Kemudian membaca doa:
ﺭَﺏ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻨِﻲ ﻭَﺗُﺐْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺘَّﻮَّﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢُ
Sebanyak 100 kali atau 40 kali.
Sementara Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H) dalam kitab Niyatu az-Zain menceritakan bahwa kita memiliki dua riwayat atau versi doa shalat Dhuha. Versi yang pertama bersumber dari as-Sayyid Muhammad al-Bakri. Yaitu sebagai berikut:
اِنَّ الضُحَاءَ ضُحَاؤُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ وَالنُّوْرَ نُوْرُكَ وَالْعَظَمَةَ عَظَمَتُكَ اَسْأَلُكَ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ اَنْ تَسَخَّرَ لِيْ رِزْقًا حَلَالًا طَيِّبًا يَكُوْنُ عِصْمَةً لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَعَوْنًا لِيْ عَلَى ﺁخِرَتِيْ اَلَّلهُمَّ اَحْيِ رُوْحِيْ بِبَارَقَةٍ تَسْرِيْ فِيْ اَيِّ صُوْرَةٍ اَحْبَبْتُهَا بِكَ وَاَرِنِيْ بَدَائِعَ حِكْمَتِكَ فِيْ صُنْعِكَ حَتَّى اَحْكُمَ بِصُنْعَةِ كُلِّ مَصْنُوْعٍ فَاُقَابِلُ كُلًّا بِمَا يَجِبُ لَهُ عَلَيّ حَتَّى يَحْيَا لِيْ كُلُّ قَلْبٍ مَيِّتٍ وَتَنْقَادُ لِيْ كُلُّ نَفْسٍ اَبِيَّةٍ اِنَّ شَأْنَكَ الْعَدْلُ وَ الْاِصْلَاحُ وَاِلَيْكَ تُنْقَادُ النُّفُوْسُ وَالْاَرَوَاحُ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
Artinya: “Sesungguhnya waktu duha adalah waktu duha-Mu, dan kemuliaan adalah kemulian-Mu, dan cahaya adalah cahaya-Mu, dan keagungan adalah keagungan-Mu, hamba mohon dengan perantara duha-Mu, kemuliaan-Mu, kemenangan-Mu, dan keagungan-Mu, sibukkanlah hamba dalam mencari rejeki yang halal dan baik, yang ia dapat menjagaku dalam urusan agama dan dunia, dan menolong hamba atas kehidupan akhirat. Ya Allah, hidupkanlah jiwa hamba dengan penuh cahaya yang berjalan pada semua hal yang hamba cintai karena-Mu, tunjukkanlah pada hamba keindahan himah-Mu dalam ciptaan-Mu sehingga aku bisa menghukumi semua yang tercipta, maka aku mampu menerima semua yang diwajibkan padaku, sehingga hati yangmati bisa hidup sebab perantaraku, dan jiwa-jiwa yang terhina menjadi terarah karena perantaraku. Sesungguhnya Engkau Maha Adil dan Maha Memperbaiki. Kepada-Mu jiwa-jiwa dikembailikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Adapun doa shalat Dhuha versi yang kedua bersumber dari Syekh Ibnu Ulwan. Yaitu:
اللَّهُمَّ فُكَّ أَقْفَالَ قُلُوْبِنَا بِمَشِيْئَتِكَ وَأَحْسِنْ تَوْفِيْقَنَا بِدَوَامِ الصِّدْقِ فِي إِرَادَتِكَ وَانْشُرْ عَلَيْنَا فِي هَذِهِ السَّاعَةِ رَايَةَ هِدَايَتِكَ وَقَلِّدْنَا بِسُيُوْفِ وِلَايَتِكَ وَتَوِّجْنَا بِتِيْجَانِ مَعْرِفَتِكَ وَأَمْطِرْ عَلَيْنَا مِنْ سَحَائِبِ رَحْمَتِكَ وَاسْقِنَا مِنْ شَرَابِ مَحَبَّتِكَ وَأَثْبِتْنَا فِي دِيْوَانِ خَاصَّتِكَ وَأَوْقِفْنَا فِي مِيْدَانِ مُلَاحَظَتِكَ وَصُفَّ سَرَائِرَنَا وَنَوِّرْ أَبْصَارَنَا وَاجْمَعْنَا فِي حَظَائِرِ قُدْسِكَ وَآنِسْنَا بِلَطِيْفِ أُنْسِكَ وَلَا تَقْطَعْنَا بِغَيْرِكَ عَنْ نَفْسِكَ. اللَّهُمَّ مَا كَانَ مِنَّا مِنْ إِقْبَالٍ إِلَى غَيْرِكَ وَإِعْرَاضٍ عَنْكَ تَعَمُّدًا أَوْ خَطَأً أَوْ نِسْيَانًا فَأَزِلْهُ عَنَّا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
Artinya, “Ya Allah, bukalah gembok hati kami dengan kehendak-Mu, perbaikilah taufik kami dengan senantiasa benar dalam iradah-Mu, tebarkanlah panji hidayah-Mu di atas kami pada saat ini, ikatlah kami dengan pedang kuasa-Mu, muliakanlah kami dengan mahkota makrifat-Mu, basahilah kami dengan hujan dari awan rahmat-Mu, berilah kami minuman dari air cinta-Mu, tetapkanlah kami di lingkaran orang-orang yang istimewa menurut-Mu, tetapkan kami di lapangan perhatian-Mu, rapikanlah niat kami, terangilah pandangan kami, kumpulkanlah kami di surga-Mu, sayangilah kami dengan kelembutan kasih-Mu, dan jangan Kau putuskan hubungan kami dan diri-Mu dengan ‘kehadiran’ yang lain.
Ya Allah, sesuatu yang dapat menghadapkan kami kepada selain-Mu dan dapat memalingkan kami dari-Mu baik sengaja, tidak sengaja, maupun karena lupa, maka lenyapkan dari kami. Sungguh, Kau berkuasa atas segala sesuatu.”
Doa versi yang mana terbaik?
Kedua doa di atas sama baiknya. Kita boleh memilih salah satunya. Dan alangkah lebih baik lagi apabila kita menggabungkan keduanya. Namun di indonesia, doa versi Sayyid Muhammad al-Bakry lebih populer dibanding doa Ibnu Ulwan sebagai doa setelah sholat dhuha.
Waalahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
?Syaikh Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho ad-Dimyatiy al-Bakariy| Hasyisyah I’anatu ath-Thalibin ala Hilli al-Alfadzi Fathu al-Mu’in| Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah juz 1 hal 435
?Syekh Abu al-Mu’thi Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi al-Bantani| Nihayatu az-Zain fi Irsyadi al-Mubtadi’in Syarhi ala Qurratu al-‘Ain bi Muhimmati ad-Din| Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah juz 101-102.