Syaichona.net- Dihari resepsi pernikahan Neng Farha Kholidah Putri sulung RKH. Fakhrillah Aschal dengan Lora Muhammad putra KH. Thoifur Ali Wafa, Habib Ubaidillah Al-Habsyi Surabaya dalam Tausiyahnya menyampaikan tentang keharmonisan rumah tangga Rasulullah SAW bersama sayyidah Aisyah r.a.
Habib Ubaidillah Al-Habsyi menyampaikan bahwa pernikahan adalah suatu yang suci sebagaimana yang telah disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur’anul Karim. dan menikah sudah disyariatkan sejak zaman Nabi Adam AS. dengan menikah kita bisa mendapatkan ridho Allah SWT.
“Barang siapa yang sudah menikah maka ia sudah menjaga separuh dari agamanya, hanya dengan menikah separuh agamanya telah terjaga maka bertakwalah pada Allah SWT di separuh agama yang lain,” tutur beliau.
Menikah merupakan sunnah yang sangat nikmat seperti yang telah disampaikan oleh sayyidina Umar bin Khattab r.a, “tidak ada sunnah yang lebih nikmat dari pada menikah,”.
“Sayyidina Umar bin Khattab r.a, mengucapkan hal seperti itu, karena hanya dengan menikah setelah kita melakukan aqad nikah semenjak itu para malaikat mencatat kesunnahan bagi kita disetiap detiknya, dan dengan menikah kita bisa dengan mudah mendapatkan pahala dari Allah SWT.” Jelas Al- Habib Ubaidillah Al-Habsyi.
Rasulullah memberikan kabar gembira bahwasanya menikah juga termasuk yang dibanggakan beliau dihari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: “Menikahlah dan perbanyaklah anak, kenapa? karena aku akan membanggakan kalian nanti dihari kiamat”.
Dengan memperbanyak anak kita bisa dibanggakan oleh manusia termulia yang ada di muka bumi dan nama kita juga disebut oleh beliau dihadapan para Nabi dan para Rasul kelak diakhirat seperti yang selau kita harapkan.
Banyak sekali pahala yang bisa kita dapat setelah menikah yaitu dengan suami yang selalu memperlakukan baik sang istri dan ia pantas dikatakan sebagai laki-laki yang terbaik.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “dikatakan lelaki ketika anda bersikap baik pada sang istri dan akulah yang terbaik diantara kalian kepada istrinya”.
Rasulullah tidak pernah marah kepada istrinya, bahkan sebaliknya beliau selalu tersenyum kepada istri-istrinya dan membantu pekerjaan sang istri selagi beliau mampu untuk mengerjakannya dan itu tidak menurunkan derajat beliau sedikitpun sebagai Rasulullah SAW (Utusan Allah SWT) akan tetapi hal itu malah meninggikan derajat beliau.
Para istri Nabi Muhammad SAW mendapat ridho lewat pernikahan karena mereka selalu nurut dan tidak pernah membantah kepada beliau.
Ketika sayyidah Aisyah r.a di fitnah berzina oleh orang-orang munafiq Rasulullah tidak semerta-merta menceraikannya akan tetapi beliau bertanya dengan lemah lembut “wahai Aisyah jika engkau memang betul berzina mengakulah”.
Kemudian sayyidah Aisyah r.a menjawab dengan lemah lembut pula “tidak ya Rasulallah”. Ini menunjukkan bagi kaum wanita supaya tidak menentang kepada suaminya.
Dan Rasulullah memberikan saran yang baik kepada sayyidah Aisyah r.a untuk pindah kerumah ayahnya yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq sampai masalah ini selesai. Dan beliau (sayyidah Aisyah r.a) menurut pada Rasulullah SAW.
Disebutkan dalam Aqidatul Awam bahwa Rasulullah lebih mengutamakan keutuhan rumah tangga dari pada ekonomi yaitu ketika di dapur Rasulullah SAW selama dua bulan tidak ada makanan melainkan hanya buah kurma beliau tetap bersabar dengan keadaan seperti itu dan beliau tetap menjaga keharmonisan rumah tangganya.
Dalam kitab Jawahirul Ulum juga disebutkan bahwa ayahnya (Abu Bakar Ash-Shiddiq) berkata pada sayyidah Aisyah r.a sesungguhnya Allah SWT telah menikahkan sayyidah Aisyah r.a dengan Nabi Muhammad SAW dilangit maka sayyidah Aisyah r.a mengatakan: “itu adalah kalimat yang paling aku senangi yang diucapkan oleh ayahku selama aku hidup”.
“sebaiknya kita meniru pernikahan orang-orang yang sholeh dan sholehah karena tidak ada pertengkaran diantara pernikahan mereka”. harap Habib Ubaidillah Al-Habsyi.
Reporter : Bahrudin Alam