Dalam kitab Nafahat Al-Miskiyah Fii Maqolat Al-Aimmah Az-Zakiyyah yang ditulis Lora Muhammad Ismail Al-Ascholy terdapat kisah penting tentang Hujjatul Islam Qutbul Ilmi Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Muhammad al-Ghazali At-Thusi.
Pada suatu hari imam al-Ghazali menguji santri-santrinya, dengan tujuan mengukur pemahaman mereka hingga sejauh mana ilmu yang mereka dapat.
Imam al-Ghazali bertanya: “Wahai santriku. Perkara apakah yang paling dekat dengan kita?”
“Harta, sanak keluarga dan kerabat kita.” Jawab santri-santri Imam al-Ghazali.
Imam al-Ghazali menjelaskan: “Semua itu benar. Tetapi perkara yang lebih dekat dengan kita adalah kematian, karena janji Allah SWT pasti haq (benar). Dimanapun kita, tidak akan bisa menghindari dari kematian dan tidak ada pula bisa kabur dari kedatangannya.”
Imam al-Ghazali bertanya lagi: “Wahai santriku. Perkara apakah yang sangat jauh didunia ini?”
“Negeri China, matahari dan bulan” Jawab santri-santri imam al-Ghazali.
Imam al-Ghazali menjelaskan “Semua itu benar. Tetapi yang lebih jauh adalah hari-hari sebelum hari ini, sebab hari yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi menjumpai kita. Kendaraan apapun tidak akan bisa membawa kita sampai kesana. Maka wajib bagi kita menjaga setiap amal kewajiban dihari ini, agar kelak tidak menyesal karena kesalahan yang diperbuat di hari ini.”
Imam al-Ghazali menyampaikan pertanyaan ketiga. “Wahai santriku. Perkara apakah yang paling besar yang telah Allah SWT ciptakan?”
“Gunung dan gajah” Jawab santri-santri Imam al-Ghazali.
Imam al-Ghazali menjelaskan “Benar. Semua perkara itu memang besar. Tetapi perkara yang lebih besar adalah hawa nafsu. Ketika hawa nafsu menjalar maka tidak akan mampu menghindar dari kemalangan. Manusia paling tangguh pun tidak akan dapat menyingkirkannya. Kecuali atas pertolongan Allah SWT dengan segala petunjuknya.
Imam al-Ghazali menyampaikan pertanyaan keempat kepada santrinya tentang perkara yang paling berat didunia ini.
“Besi dan lain sebagainya” Jawab santri-santri Imam al-Ghazali.
Imam al-Ghazali menjelaskan “Benar. Namun yang lebih berat adalah menjaga amanah, seperti sesuatu yang ada pada setiap manusia. Bahwasannya setiap anggota tubuh merupakan amanat dari Allah SWT yang wajib dijaganya dengan ketakwaan, contohnya kedua mata: Amanat yang harus dijaga dari keduanya adalah memandang aurat orang lain. Begitu pula anggota tubuh yang lainnya. Inilah perkara yang berat tanpa adanya keraguan serta sedikit yang bisa selamat darinya. Maka mintalah pertolongan kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT menguatkan kita untuk menjaga amanat sebab kemuliaannya, Amiin. Dan setiap amanat telah Allah SWT catat untuk menguji kalian, agar beramal lebih baik lagi.
Imam Ghazali bertanya lagi kepada santrinya tentang perkara yang paling ringan.
“Angin, kapas dan selainnya” Jawab santri-santri imam al-Ghazali.
Imam Ghazali menjelaskan “Benar. Tetapi wahai santri-santriku, sesuatu yang paling ringan adalah meremehkan shalat lima waktu bahkan meninggalkannya. Dengan tanpa nikmat Allah SWT berupa Khauf (rasa takut akan murka-Nya dan Raja’ (pengharapan akan rahmat-Nya) niscaya kita akan meremehkankan shalat lima waktu. Ketika kita shalat pun pikiran kita akan lalai terbayang (perkara lain) dan hati kita lengah.
Imam al-Ghazali kemudian menyampaikan pertanyaan terakhir tentang perkara yang paling tajam.
“Yang tajam adalah pedang” Jawab santri-santri Imam al-Ghazali.
Imam Ghazali menjelaskan “Iya. Tetapi perkara yang paling tajam adalah lisan. Jika lisan telah mengucapkan perkataan keji, maka akibatnya membunuh sebab ucapan tersebut dapat menciptakan luka yang lebih parah dari pedang dan orang yang berbuat tidak pernah merasa telah mencipta luka yang dalam.
Penulis: Moh.Rosul
Tulisan ini: Dialih bahasakan dari kitab Nafahat Al-Miskiyah Fii Maqolat Al-Aimmah Az-Zakiyyah, hal 2-3.