Pada suatu ketika Sulaiman bin Yasar [¹] keluar dari kota Madinah untuk bertujuan haji ke Baitullah bersama temannya. Di Madinah ia dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki wajah tampan rupawan dan sangat wara.
Sesampai di tanah Abwa’ (sekarang sebuah kota tua pantai dibagian barat Arab Saudi), teman Sulaiman bin Yasar berpametan sejenak untuk membeli sesuatu ke pasar sambil menyuguhkan makanan pada Sulaiman bin Yasar sebelum pergi.
Syahdan, tanpa sepengetahuan Sulaiman bin Yasar dari atas bukit. Seorang wanita desa sejak tadi memperhatikannya. Lantas wanita itu turun menghampiri Sulaiman bin Yasar dan berdiri di hadapannya sembari membuka cadar dan kedua sarung tangannya. Maka terlihat oleh Sulaiman bin Yasar wajahnya cantik nan jelita bak serpihan bulan purnama. Seketika itu Sulaiman bin Yasar memalingkan muka.
“Berilah aku kebahagian.” Kata wanita itu.
Dengan tanpa menaruh curiga Sulaiman bin Yasar berdiri membelakangi wanita itu dan memberikan sisa makanan miliknya.
“Aku tidak menginginkan makanan itu, tapi aku menginginkan apa yang diminta seorang pria pada istrinya.” Kata wanita itu
Sontak Sulaiman bin Yasar berkata lantang: “Kau telah menyiretku ke perangkap Iblis.” Jawab Sulaiman bin Yasar dengan lantang pada wanita itu. Lalu Sulaiman bin Yasar memasukan kepalanya di antara kedua lututnya sembari menangis sekeras-kerasnya tanpa henti.
Melihat Sulaiman bin Yasar menangis, wanita itu kembali memakai cadar dan kedua sarung tangannya lalu pulang menuju rumahnya.
*****
Tatkala sang teman datanga dan melihat mata Sulaiman bin Yasar sembab dan suaranya parau seperti orang yang baru menangis, teman Sulaiman bin Yasar bertanya: “Apa yang menyebabkan Anda menangis?”
Sulaiman bin Yasar lantas menceritakan semua kejadian yang baru saja menimpanya.
Mendengar penuturan dari Sulaiman bin Yasar, teman Sulaiman bin Yasar sepontan duduk dan ikut menangis tersedu-sedu.
“Apa yang membuatmu menangis?” Tanya Sulaiman bin Yasar pada temannya.
“Mestinya, aku yang lebih berhak menangis dibanding Anda karena perbuatanku yang lebih jelek. Seandainya aku berada di posisi Anda saat itu tentu aku tidak akan bisa sabar menolaknya”. Jawab teman Sulaiman bin Yasar.
Sesampainya di kota Mekah, Sulaiman bin Yasar melakukan ibadah Sa’i dan Thawaf lalu mencium Hajar Aswad setalah itu ia menyelimuti tubuhnya dengan pakaiannya, berbaring lalu tertidur. Tiba-tiba dalam tidurnya ia bermimpi bertemu seorang laki-laki tinggi semampai, berwibawa dan berparas tampan bak rembulan serta beraroma harum memerbak. Lalu Sulaiman bin Yasar bertanya: “Siapah Anda? Semoga Allah ﷻ memberi rahmatnya”.
Laki-laki itu menjawab: “Aku Yusuf putra Ya’qub.”
“Benarkah Anda Nabiyullah Yusuf As?” Sambung Sulaiman bin Yasar demi menyakinkan apa yang dialami.
“Iya, Saya Yusuf putra Ya’qub.”
Kemudian Sulaiman bin Yasar berkata pada Nabi Yusuf As: “Sungguh menakjubkanku kejadian yang menimpa Anda dan istri raja Aziz.”
Nabi Yusuf balas menjawab: “Justru, kejadian yang menimpa Anda dan penghuni tanah Abwa’ lebih menakjubkan”.
*****
Dalam satu riwayat disebutkan kenapa Nabi Yusuf As mengatakan lebih menakjubkan pada Sulaiman bin Yasar? Karena pada saat kejadian baik Zulaikalha atau Nabi Yusuf As sama-sama mempunyai keinginan sebagaimana yang difirmankan Allah ﷻ dalam al-Qur’an Surat Yusuf 24:
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya….”
Sementara Sulaiman bin Yasar dari sejak semula tidak mempunyai keinginan sama sekali untuk melayani permintaan wanita tanah Abwa’.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: —وعد منهم وَرَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ..
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah ﷻ dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya. Antaranya: “Seorang laki-laki yang diajak (digoda) seorang perempuan yang memiliki pangkat dan berparas cantik namun ia berkata “Sungguh aku takut Allah ﷻ.”
Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
________________________
|1| Abu Ayyub Sulaiman bin Yasar Al-Hilali Al-Madani adalah seorang ulama terkenal dari golongan tabi’in, dan salah dari Tujuh Fuqaha Madinah. Beliau diperkirakan lahir pada sekitar masa akhir kekhalifahan Utsman bin Affan dan beliau wafat pada usia 73 tahun, pada tahun 107 H/725 M, meski ada pula yang menyebutnya pada tahun 100 H atau 94 H.
Referensi:
✍️ Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali| Ihya Ulumiddin| Darul al-Kutub al-Ilmiya juz 3 hal 129.
✍️ Abi Nu’im Ahmad bin Abdullah al-Ashfani| Hilyatu al-Auliya wa Thabqutu al-Ashfiya| Darul al-Kutub al-Ilmiya juz 2 hal 190-192.
✍️ Tarikh Madinatu Damsyik| Abi al-Qasim Ali bin al-Husain Ibnu Hibatillah bin Abdullah atau Ibnu ‘Asakir| Daru al-Fikr juz 27 hal 239-240.