Syaichona.net– Rabu (16/12) Pengajian rutin Asschol yang dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 1 Bulan Hijriyah setelah dzuhur yang diisi langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil, RKH. Fakrillah Aschal bertempat di Musolla Pondok Pesantren berlangsung dengan sangat khidmat.
Pengajian kitab Tafsir Al-Jalalain oleh RKH. Fakhrillah Aschal kali ini tepat pada tanggal 1 jumadil Awal Bulan Hijriyah membahas potongan surah Al-Baqorah ayat 185 masalah seseorang yang melihat (menyaksikan) hilal maka berpuasalah karena itu memasuki Bulan Ramadhan dan ketika sedang sakit atau berada di perjalanan maka mendapatkan rukhsoh (di beri kemurahan) untuk berbuka puasa.
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : Barang siapa di antara kalian ada di bulan itu (Bulan Ramadhan) maka berpuasalah dan barang siapa sakit atau berada dalam perjalanan (dia tidak berpuasa) maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang di tinggalkannya pada hari-hari yang lain. Allah SWT menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah SWT atas petunjuknya yang di berikan kepadamu, agar kamu bersyukur.
Imam Syafii menjelaskan ayat di atas bahwa yang di maksud sakit bukanlah sakit secara mutlak akan tetapi sakit yang sekiranya menjadi udzur baginya untuk berpuasa, sedangkan rukhsoh pada saat perjalanan Imam Syafii juga memberi beberapa syarat:
Syarat pertama harus mencapai masafatul qosri yakni 83 kilo meter, namun RKH. Fakhrillah Aschal mengutip dari gurunya Syekh Ismail bin Usman Zain meskipun 81 kilo meter itu masih di anggap ruksoh dalam perjalanan.
Syarat kedua melakukan perjalanan sebelum terbitnya fajar, namun Imam Malik memperbolehkan meskipun bepergian setelah terbitnya fajar.
Selain itu, RKH. Fakhrillah Aschal juga menjelaskan masalah dzikir pada Allah SWT “ketika seseorang berdzikir sudah sampai pada maqam tasawwuf maka ia tidak sadar sehingga dalam berdzikir sampai ada yang keluar dari kebiasaan dzikir secara umumnya, bahkan dari khusuknya ia berdzikir, ada yang perbuatan dosanya itu muncul kemudian ia tidak kuat melihat dosa tersebut sehingga ia merasa sangat berdosa, merasa seandainya tidak besar rahmat Allah SWT. ia sangatlah hina di hadapan Allah SWT dan terkadang melihat keadaan tersebut ia melantangkan suaranya dalam berdzikir karena khusuk’’,tutur RKH. Fakhrillah Aschal.
Tidak hanya itu, beliau juga menyampaikan bahwa dzikir itu bermacam-macam seperti yang telah beliau ketahui pada saat mondok di Makkah.
“Ketika saya mondok di Makkah mengaji kepada Syekh Sa’duddin bin Salim Al-Murad saat pengajian khusus Toriqoh Syadziliyah itu bukan suaranya saja yang lantang akan tetapi badannya ikut bergerak akibat dari khusyuknya berdzikir, begitu juga ketika saya mengaji pada Sayyid Muhammad Al-Maliki itu juga sama, saat bermacam-macam Toriqoh yang hadir maka bermacam-macam dzikir yang mereka lakukan”,jelasnya.
Beliau menambahkan jika seseorang sudah merasakan nikmatnya berdzikir apa lagi ia sudah berada di maqam fana’ istilahnya berada di maqam yang keluar dari alam dunia itu nikmatnya luar biasa
Sayyidina Ali ra mengatakan : seseorang tidak akan sempurna mempunyai derajat yang tinggi jika tidak di katakan orang gila (jadab) artinya orang kalau sudah merasakan nikmatnya dzikir mesti keluar dari kebiasaan akal manusia.
Jika seseorang ingin khusyuk saat berdzikir maka dirinya harus merasakan ruh nya itu terlepas dari jasadnya, merasakan dirinya sudah berada dalam alam barzakh, dirinya menghadap pada Allah SWT maka ia akan merasakan nikmatnya berdzikir pada Allah SWT karena merasa semua yang ada di dunia itu akan sirna dan hancur sehingga menjadikan khusyuk dalam berdzikir.
Sebelum RKH. Fakrillah Aschal menutup pengajian tersebut beliau mengajak pada alumni untuk bulan yang akan datang agar mengikuti kholwat ala toriqoh Syadziliyah oleh gurunya Syekh Amin bin Syekh Sa’duddin bin Salim Al-Murad.
“Insyaallah 90% guru saya Syekh Amin pada akhir bulan ini akan hadir ke Indonesia dan akan membuka kholwat kembali, saya hanya menyampaikan amanah beliau maka dari itu dari alumni yang ingin mengikuti kholwat kembali maka saya menganjurkan untuk mengamalkan kembali wirdul am (wiritan ala toriqoh Syadziliyah) bagi yang sudah di bai’at (sudah mendapatkan ijazah Wirdul Aam). sedangkan bagi yang belum di bai’at boleh mempersiapkan dan jika kalian sudah merasakan rasanya kholwad maka kalian akan menemukan rahasia pribadi kalian dengan Allah SWT”,tuturnya.
Seseorang yang sudah di bai’at akan merasakan nikmatnya berdzikir kepada Allah SWT ketika di Kholwat karena Kholwat tersebut buah dari bai’at.
“Saya (RKH. Fakrillah Aschal) pernah mengajak seseorang yang sudah di bai’at dan kholwat untuk berdzikir dan munajat bersama dan rasanya itu berbeda”,katanya.
Dan diakhir pengajian Asschol tersebut seperti biasanya RKH. Fakrillah Aschal memberikan ijazah kepada alumni seperti yang telah di lakukan KHS. Abdullah Schal.
Reporter : Fakhrul