SAJAK PUJANGGA YANG MENJADI MUNAJAT PARA ULAMA DARI MASA KE MASA
إِلٰهِيْ لَسْـتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً * وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَـحِيْمِ
فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْـفِرْ ذُنُـوْبِيْ * فَإِنَّكَ غَافِـرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka.
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Dua penggalan syair di atas begitu populer bagi kaum Muslim Indonesia khususnya warga Nahdiyin. Selain menjadi amalan rutin setelah melaksanakan sholat Jum’at di masjid dan sebagai pujian pengantar sebelum melaksanakan sholat jama’ah maktubah di Mushola dan di pesanteren-pesantern, syair di atas telah menjadi hit singel atau sound track film sinetron religi yang dilantunkan penyanyi kenamaan di dekade terakhir.
Saya pribadi dan mungkin sebagian para sahabat, sejak lama ingin tahu dengan detail. Siapa sebenarnya pencipta syair legendaris ini? Tentu dari sumber yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah.
Dari beberapa literatur yang sempat saya singgahi, syair di atas konon ditulis oleh penyair yang bernama Abu Nuwas lengkapnya Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (145-199 H/762-813 M), Dia adalah penyair kenamaan Dinasti Abbasiyiah. Pada awal karirnya dia dikenal sebagai Syaairu al-Khamri (pelantun tembang-tembang pemuja miras). Kita orang Indonesia, malah mengenal dia sebagai aktor jenaka dalam kisah humor. Entah dari mana sumbernya? Tapi sejatinya dia memang salah satu aktor fiksi dalam kisah donging Malam Seribu Malam. Pada tahun-tahun terakhir sebelum meninggal, dia dikenal seorang sufi besar. Ini tampak nyata di dalam dua syair yang saya tulis di atas. Sajak ini sudah berusia lebih dari 1200 tahun. Menunjukkan betapa indah dan bagusnya sehingga mampu bertahan sekian lama”.
Di beberapa kitab ala pesantren, seperti dalam Hasyiyah al-Baijuri juz, 1 hal. 223-224 buah karya Syaikh Ibrahim al-Baijuri (1198-1277 H) juga mencantumkan dua bait di atas. Bahkan beliau menyebutkan:
(فائدة) عن سيدى عبدالوهاب الشعرانى نفعنا الله به أن من واظب على قراءة هذين البيتين فى كل يوم جمعة توفاه الله على الإسلام من غير شك وهما
إلهى لست للفردوس أهلا # ولا أقوى على نار الجحيم
.فحب لى توبة واغفر ذنوبى#فإنك غافر الذنب العظيم
ونقل عن بعضهم أنها تقرأ خمس مرات بعدالجمعة.
Faedahnya jika dibaca seanyak lima kali selepas Salat Jumat, Allah SWT akan mewafatkan orang yang membacanya dalam keadaan Islam tanpa keraguan. Faedah tersebut dinukil dari Imam Sufi Syaikh al-Islam Abdul Wahhab al-Sya’rani (898-973 H/1493-1565 M).
Di sebagian literarur yang lain, disebutkan beberapa syair lanjutan dua syair di atas seperti di bawah ini:
وَ عَمِّلْنِي مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ * وَ ثَبِّتْنِي عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ
Pergaulilah aku dengan hubungan yang mulia, dan tetapkanlah aku dalam jalan yang lurus.
ذُنُوْبِي مِثْلُ اَعْدَادِ الرِّمَالِ * فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَا ذَا الْجَلالِ
Dosa-dosaku laksana hitungan pasir-pasir, maka berikanlah kepadaku taubat wahai Dzat Yang Maha Agung.
وَ عُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ * وَ ذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي
Usiaku berkurang di setiap hari, sedangkan dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya.
إِلٰهِيْ عبْدُكَ الْعَاصِي اٰتَاكَ * مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ
Wahai Tuhanku, hamba-Mu yang bermaksiat ini mendatangi-Mu, ia orang yang mengakui dosa-dosanya dan ia sungguh memohon kepada-Mu.
اِنْ تَغْفِرْ وَ أَنْتَ لِذاكَ اَهْلٌ * وَ اِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ يَرْجُوْا سِوَاكَ
Jika Engkau mengampuni, maka Engkau memang selayaknya demikian, namun jika Engkau menolak, maka kepada siapa ia memohon selain Engkau?
Waallahu A’lamu
Oleh: Abdul Adzim
Semoga Mafaat