DUA KITAB ULAMA YANG DITULIS DENGAN TINTA IKHLAS

oleh -2,060 views

DUA KITAB ULAMA YANG DITULIS DENGAN TINTA IKHLAS

1- Imam Ibnu Ruslan menyelesaikan penulisan kitab Zubad di atas sebuah kapal yang berlayar di laut lepas. Beliau di situ bersama banyak orang. Di saat orang lain tidur, makan dan minum, beliau sendirian sibuk merampungkan kitab berupa syair-syair dalam fan fikih tersebut.

Pada saat kitab Zubad selesai ditulis, Imam Ibnu Ruslan mengikatkan batu di bagian atas dan bawah kitab itu. Beliau ingin melempar kitab itu ke laut. Orang-orang di kapal saat melihat itu segera mencegahnya. Mereka merasa sayang, hasil kerja keras tulisan buah karya seorang ulama dibuang begitu saja. Namun beliau tetap bersikukuh dengan niatnya.

“Biarkanlah. Jika kitab karanganku ini benar-benar ditulis ikhlas karena Allah, air laut tidak akan mampu merusaknya.” kata beliau mantap.

Imam Ibnu Ruslan yakin akan kebenaran firman Allah dalam surat Al Qashash ayat 88,

كل شيء هالك إلا وجهه

Sebagian ahli tafsir mengartikan ayat tersebut dengan, setiap apapun akan hancur binasa kecuali diniatkan ikhlas karena Allah.

Disebabkan keikhlasan pengarangnya, ombak berhasil membawa kitab tersebut ke tepi laut. Di tempat tersebut ada banyak nelayan mencari ikan. Kitab tersebut atas takdir Allah akhirnya tersangkut di jaring salah satu nelayan.

Nelayan tersebut kemudian membawa kitab yang ditemukannya diserahkan kepada salah seorang ulama di daerah itu. Ulama itu menerima kitab misterius tersebut dengan perasaan takjub.
Akhirnya dibacalah lembar demi lembar kitab yang diterimanya itu. Dia kagum dengan keindahan susunan dan bobot kualitas kitab madzhab Syafi’i itu. Ulama tersebut lantas memerintahkan untuk menulis dan menyebarluaskan kitab asing tersebut. Akhirnya kitab tersebut berkat keikhlasan pengarangnya, tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Hal itu ditulis oleh Ibnu Ruslan dalam Zubadnya,

والله أرجو المن بالإخلاص ¤ لكي يكون موجب الخلاص

Nama lengkapnya:

الإمام العلامة شهاب الدين أحمد بن حسين بن حسن بن علي بن يوسف بن علي بن أرسلان الرملي الشافعي‎

Al-Imam al-`Allamah Syihabuddin Ahmad bin Husain bin Hasan bin Ali bin Yusuf bin Ali bin Arsilan ar-Ramli asy-Syafi’i atau lebih dikenal dengan Ibnu Ruslan lahir di Ramallah, Palestina, pada tahun 773 H, dan wafat pada tanggal 24 Sya’ban 844 H di Masjid al-Aqsa.

* * *

Seperti itulah keikhlasan ulama-ulama terdahulu. Mereka menomorsatukan keikhlasan dalam mengarang kitab. Tidak ada pikiran meraih popularitas atau keuntungan materi melalui royalti.
Ulama salaf berhasil memadukan antara ilmu dengan amalnya. Itulah rahasia kitab-kitab ulama salaf penuh berkah dan terus dibaca dan menginspirasi dari generasi ke generasi.

المراجع : ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻔﻮﺍﺋــﺪ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭﻩ ﻟﺴﺎﻟﻚ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻻﺧﺮة
ﺍﻟﻤﺴﺘﻔﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻌﻼمة ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ : ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﺯﻳﻦ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ صحيفة ٣٩٠ معهد دار اللغة والدعوة.

2- Dalam kitab “Al Kawakib Al Durriyah، diceritakan, Syeikh Imam Al-Sonhaji, pengarang sebuah kitab nahwu, tatkala telah selesai
menulis sebuah buku tentang kaidah nahwu yang ditulisnya dengan menggunakan sebuah
tinta, beliau mempunyai azam untuk meletakkan karyanya tersebut di dalam air. Dengan segala sifat kewara’annya dan ketawakkalannya yang tinggi, beliau berkata dalam dirinya: “Ya Allah jika saja karyaku ini akan bermanfaat, maka jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak luntur di dalam air”. Ajaib, ternyata tinta yang tertulis pada lembaran kertas tersebut tidak luntur. Dalam riwayat lain disebutkan, ketika beliau merampungkan karya tulisnya tersebut, beliau berazam akan menenggelamkan tulisannya tersebut dalam air mengalir, dan jika kitab itu terbawa arus air berarti karya itu kurang bermanfaat. Namun bila ia tahan terhadap arus air, maka berarti ia akan tetap bertahan dikaji orang dan bermanfaat.

Sembari meletakkan kitabnya di
air mengalir, beliau berkata : “Juruu Miyaah, juruu miyaah” (mengalirlah wahai air!).Anehnya, setelah kitab itu diletakkan pada air mengalir, kitab yang baru ditulis itu tetap pada tempatnya. Itulah kitab matan “Al-Jurumiyah” karya Imam Al Sonhaji yang masih dipelajari hingga kini. Sebuah kitab kecil dan ringkas namun padat yang berisi kaidah-kaidah ilmu nahwu dan menjadi kitab rujukan para pelajar pemula dalam mendalami ilmu nahwu (kaidah bahasa Arab) di berbagai dunia. Selain ringkas, kitab mungil ini juga mudah dihafal oleh para pelajar.

Diriwayatkan oleh Syeikh Ismail Bin Musa Al-Hamidi Al-Maliki (seorang syeikh Al-Azhar) dalam kitabnya Khasyiyah ‘ala Al-Kafrawi, bahwasanya; ketika Syeikh Ash-Shonhaji selesai mengarang kitab jurumiyah beliau lantas pergi kelaut dan melemparkan karyanya tersebut. Beliau berkata:

إن كان خالصا لله فلا يبل

“Jika kitab tersebut murni (dibuat) karena Allah Ta’ala, maka ia tidak akan basah.”

Dan benar saja. Kitab tersebut masih utuh tanpa basah dan tanpa rusak. Hingga akhirnya saat ini kitab karya belia itu bisa kita baca sampai sekarang.

Dalam riwayat lain sebagaimana termaktub dalam Tahqiq Al-Jurumiyah mengutip dari hasyiyah Al-Hafnawi. Bahwasanya saat Syeikh Ash-Shanhaji selesai menyusun kitab Jurumiyah, saat itu beliau berada di majlis yang letaknya tinggi. Kemudian beliau melempar kitab jurumiyahnya ke udara seraya berkata:

اللّهمّ إن كان خالصًا لوجهك فردّه عليّ

“Ya Allah, jikalau kitab tersebut murni (dibuat) karena-Mu, maka kembalikan ia padaku.”

Maka benar saja. Kitab tersebut kembali ketangan pengarangnya yang ikhlas.

Nama lengkapnya:

الأستاذ العلامة أبو عبد الله محمد بن عبد الله بن داود الصنهاجي، ويعرف بابن آجروم

Al-Ustadz Al-Alamah Abu Abdulllahu Muhammad bin Muhammad bin Dawud As-Sonhaji, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Ajurum. Banyak juga yang menyebutnya dengan Muhammadain.
lahir pada tahun 672 H di Kota Fas, Magrib, dan wafat pada tahun 723 H, dalam usia 51 tahun dan dimakamkan di kota kelahirannya.

***

Kisah diatas menunjukan betapa jurumiyah dibuat dengan ketulusan dan mengharap ridlo illahi. Tidak heran jika kini kitab tersebut tetap menjadi rujukan dasar dalam bidang ilmu nahwu dibelahan penjuru dunia meskipun dibuat sudah ratusan tahun yang lalu. Dan hikmahnya: Kita mesti melakukan segala sesuatu yang baik dengan tujuan ikhlas karena Allah Ta’ala. Sebab, sesuatu yang berjalan dalam keikhlasan dan keridloan Allah SWT akan menjadi keberkahan yang kemudian menghasilkan hal besar meskipun sederhana.

Waallahu A’lamu

Oleh: Abdul Adzim

المراجع : من الكواكب الدرية شرح متممة الآجرومية للشيخ محمد بن أحمد بن عبد الباري الأهدل الجزاء الأول
شرح الشيخ حسن الكفراوي على متن الآجرومية صحيفة ٢ طه فوترا سماراغ.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.