Pada zaman sahabat sebagaimana yang dinarasikan oleh Syekh Tajuddin Abdul Wahhab as-Subkiy (w. 771 H) dalam al-Asybah wa an-Nadzairnya, ada riwayat dari al-Hafidz Abu al-Qasim bin ‘Isakir kepada Hammad bin Hamid dalam at-Tariih asy-Syamiy yang menyebutkan bahwa salah seorang ilmuan pernah mengirimkan surat untuk sahabat Ibnu Abbas ra, yang isinya 17 pertanyaan tentang masalah syar’i berbentu Alghaz (teka-teki) di antaranya:
—Siapakah seorang laki-laki yang masuk surga tapi Allah dan Nabi Muhammad melarang agar tidak meniru perbuatan apa yang diperbuatnya?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Orang laki-laki yang masuk surga tapi Allah dan Nabi melarang agar tidak meniru perbuatan apa yang diperbuatnya adalah Nabi Yunus as Ibnu Mata sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam al-Qur’an di Surat Al-Qalam: 48:
وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ
“Janganlah kamu seperti (Yunus) orang yang berada di dalam (perut) ikan ketika ia berdoa, sedangkan ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).”
—Sesuatu yang bisa bicara tapi ia tidak memiliki daging dan darah, apakah itu?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Sesuatu yang bisa bisa bicara tapi ia tidak memiliki daging dan darah adalah Neraka Jahanam ketika di hari ia ditanyakan: Apakah kamu sudah penuh?” Ia menjawab: Masih ada tambahan?.” Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an Surat Qaf: 30:
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ
(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab: “Masih ada tambahan?”.
—Sesuatu yang barnafas tapi tidak memiliki daging dan darah, apakah itu?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Sesuatu yang barnafas tapi tidak memiliki daging dan darah adalah waktu Subuh sebagaimana difirmankan Allah dalam al-Qur’an Surat at-Takwir Ayat 18 :
وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ
“Dan demi subuh apabila fajarnya mulai bernafas (menyingsing).”
—Siapakah utusan yang diberi wahyu bukan berasal surga dari kalangan Manusia, Jin, Malaikat juga bukan dari kalangan para Nabi?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Utusan yang diberi wahyu bukan berasal surga dari kalangan Manusia, Jin, Malaikatkan juga bukan dari kalangan para Nabi ialah burung Gagak yang diutus Allah untuk mengajarkan Qabil bagaimana cara mengubur mayyit.
—Siapakah makhluk yang menjadi pengingat kaumnya bukan dari kalangan Jin juga bukan dari kalangan manusia?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Makhluk yang menjadi pengingat kaumnya bukan dari kalangan Jin juga bukan dari kalangan manusia adalah semut yang berkata pada kaumnya:
يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an Surat an-Naml: 18.
—Sesuatu yang seditnya dihalalkan dan banyaknya diharamkan, apakah itu?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Sesuatu yang seditnya dihalalkan dan banyaknya diharamkan adalah sungainya Thalut yang dibuat sebagai ujian untuk tentaranya.”
—Sesuatu bila kerjakan haram dan bila tinggalkan haram, apakah itu?
Ibnu Abbas ra menjawab: “Sesuatu bila kerjakan haram dan bila tinggalkan haram adalah sholatnya mabuk. Bila dia melakukan sholat dalam keadaan mabuk hukumnya haram dan bila dia meninggalkan sholat juga haram.
Syarat-Syarat Al-Aghaz
Meskipun teka-teki fiqih hukumnya boleh sebagaimana yang sudah dibahas dimuka, namun para ulama menjelaskan bahwa kebolehannnya tetap ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, tidak bisa asal-asalan saja.
Adapun persyaratan yang harus terpenuhi ketika ingin melakukan teka-teki fiqih ataupun teka-teki pada ilmu syar’i yang lainnya adalah:
1- Hendaknya teka-teki fiqihiyah dilontar oleh orang-orang yang telah menguasai beberapa syariat dan mampu menjelaskannya.
2- Adanya teka-teki fiqihiyah harus berupa masalah yang yang realistis (nyata terjadi), bukan permasalahan-permasalan yang kemungkinan terjadinya sangat tipis sekali, atau bahkan mustahil terjadi. Maka mayoritas ulama salaf menghukumi makruh dibuat teka-teki sebagaimana yang dijelaskan Syaikh Tajuddin as-Subkiy dalam asy
3- bukan berupa masalah-masalah yang berat yang biasa diamalkan para imam besar fiqih. Ulama telah membari fatwa seperti Syaikhu al-Islam Izzuddin bin Abdis Salam mengatakan: “Tidak boleh melemparkan sebuah persoalan-persoalan yang berat kepada orang-orang awam, karena bisa mengakibatkan mereka jatuh pada kesesatan dan keraguan.”
4- Bukan berupa masalah-masalah yang terlalu umum yang tidak dikenal oleh orang yang akan menjawab teka-teki sekiranya ia pernah mendengar pokok permasalahannya dan bisa mendapatkan manfaat dari teka-teki yang diajukan.
5- Adanya indikator yang berkaitan, agar orang yang akan menjawab teka-teki bisa terbantu oleh indikator sebagaimana yang terdapat dalam riwayat lain saat Rasulullah SAW memberikan teka-teki kepada para sahabat:
عن ابن عمر السابق قال رضي اللهعنه: بينا نحن جلوس عند النبي صلى االله عليه وسلم إذ أتى بجمار
Dari Abdullah bin umar beliau berkata: “Ketika kamu duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba diberikan jantung kurma”.
فقال: “إن من الشجر لما بركته كبركة المسلم”
Rasulullah SAW lalu berkata: “Sesungguhnya
terdapat satu pohon, barakahnya seperti barakah seorang muslim.”
فظننت أنه يعني النخلة، فأردت أن أقول هي النخلة يا رسول الله. ثم التفت فإذا أنا عاشر عشرة أنا أحدثهم فسكت.
Maka aku mengira bahwa itu adalah pohon kurma, lalu aku ingin mengatakan: “Itu adalah pohon kurma wahai Rasulullah”.
فقال النبي صلى الله عليه وسلم ” هي النخلة ”. صحيح البخاري
“Rasulullah SAW berkata: ‘Ia adalah pohon
kurma.’” (HR. Bukhari).
Al-Ahwadziy menjelaskan kandungan dari hadits diatas, bahwa orang yang diberi teka-tekihendaknya juga harus cerdas dalam memahami pertanyaan.
ﻭﻓﻴﻪ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﻠﻐﺰ ﻟﻪ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺘﻔﻄﻦ ﻟﻘﺮﺍﺋﻦ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻮﺍﻗﻌﺔ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ
“Terdapat isyarat bahwa orang yang diberi teka-teki hendaknya memahami indikator dari
pertanyaan tersebut.”
6- Menjelaskan jawabannya setelah waktu yang ditentukan telah habis sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika bertanya kepada para sahabatnya, lalu Nabi memberikan penjelasan bahwa jawabannya adalah pohon kurma
7- Tujuan dari teka-teki adalah untuk mengasah
kemampuan berfikir orang yang diberikan
pertanyaan dan mengukur seberapa dalam
pemahaman dia dalam memecahkan sebuah
persoalan. Maka tidak layak jika teka-teki ini dijadikan alat untuk berpamer diri, menyombongkan diri atau untuk memantahkan semangat dan meremehkan.
Waallahu A’lamu
Oleh: Abdul Adzim
Referensi:
? Syaikh Tajuddin Abdul Wahhab bin Taqiyuddin as-Subkiy| Maktabah asy-syamilah juz 2 hal 311-313.
? Daktor Abdul Haq al-Hamisy| Mihaju al-Alghaz wa Atsarihi fi al-Fiqhi al-Islamiy hal 28-29.