Dalam kitab at-Tijani fi Miliki Himyar karya Syaikh Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub al-Himyariy al-Bashiriy (w. 218) dari riwayat Wahhab bin Munabbih mengisahkan awal mula Alghaz yang terjadi antara Nabi Sulaiman as Ratu Bilqis:
“Ketika Ratu Bilqis dan kerajaannya telah dipindahkan dan bertemu dengan Nabi Sulaiman as. Ratu Bilqis berkata pada Nabi Sulaiman as: “Aku hendak menanyakan tiga hal pada Anda, jika Anda bisa menjawabnya dengan benar aku akan tunduk pada Anda selamanya. Jika Anda tidak bisa menjawabnya maka aku akan berbuat sesuai kehendakku dan Anda tidak boleh mencegahku.”
“Silahkan bertanyalah! Dan tidak kekuatan selain kekuatan Allah ﷻ”. Jawab Nabi Sulaiman as.
Ratu Bilqis mulai bertanya semabari duduk disamping Nabi Sulaiman as yang dikawal para punggawanya-golongan manusia disebelah kanannya dan golongan Jin disebelah kirinya:
“Pertama, kabarkan padaku tentang air yang bukan berasal dari bumi dan juga tidak berasal dari langit. Kedua, kabarkan padaku kenapa seorang anak, kadang ada yang mirip dengan ayahnya dan kadang ada yang mirip dengan ibunya? Ketiga, kabarkan padaku seperti apakah warna Tuhan?”.
Mendapat pertanyaan yang asing, Nabi Sulaiman as berembuk dengan punggawanya namun tidak ada satupun yang bisa menjawabnya. Lantas Nabi Sulaiman as memerintahkan pada satu bangsa Jin:
“Tunggangilah kuda ini dan paculahlah (sekuat tenagaku)! Jika nanti kuda ini bercucuran keringat, maka kamu ambil keringatnya dan bawalah kepadaku”.
Tak lama kemudian bangsa Jin itu kembali pada Nabi Sulaiman as dengan membawa banyak keringat kuda. Nabi Sualiman as lalu berkata pada Ratu Bilqis:
“Itu dia wahai Ratu Bilqis air yang bukan berasal dari bumi dan bukan berasal dari langit”.
“Baiklah, yang ini telah terjawab. Lalu bagaimana dengan dua pertanyaan yang tersisa?”. Sambung Ratu Bilqis.
Nabi Sulaiman menjawab: “Seorang anak bisa mirip dengan ayahnya, bila sperma ayahnya keluar lebih dahulu dan sebaliknya bila sperma ibunya keluar lebih dulu maka anak tersebut akan lebih mirip dengan ibunya”.
“Anda benar, wahai Nabi Sulaiman as! Dan bagaimana dengan jawab dari petanyaanku yang ketiga?”. Tambah Ratu Bilqis.
Nabi Sulaiman berkata: “Maha Suci Allah dan Maha Luhur dari pertanyaanmu ini, aku tidak berani menjawabnya dan akan aku menanyakan dulu pada Tuhanku.”
Lalu Nabi Sulaiman as bermunajat pada Allah ﷻ di Mihrabnya, tak lama kemudian Allah ﷻ menurutkan wahyu padanya: “Wahai Sulaiman Aku telah membuatnya lupa ingatan akan apa yang ditanyakanya. Serang tanya padanya”.
Nabi Sulaiman as pun bertanya pada Ratu Bilqis: “Apa yang kamu tanyakan tadi? Coba kamu ulangi.”
“Aku tidak tahu, tadi aku menanyakan tentang apa wahai Nabiyullah!”. Jawab Ratu Bilqis yang kebingungan ditanya Nabi Sulaiman as seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Menurut pendapat yang lain, sebagaimana keterangan yang termaktub dalam kitab Tarikhu Adabu al-Arab yang ditulis Syaikh Musthofa Shadiq ar-Rafi’i (w. 1356 H), bahwa Alghaz (teka-teki) sudah ada sejak zaman Arab kuno, jauh sebelum kedatangan agama Islam. Konon, Alghaz ini merupakan cikal bakal munculnya varian Alghaz di bumi Arab. Mereka menjadikan Alghaz sebagai hiburan untuk mengisi waktu senggang dan mengasah otak dengan format sederhana yaitu seseorang melontarkan sebuah pertanyaan dengan kalimat yang belum sempurna, sedangkan orang yang ditanya dituntut menjawab dengan cara menyempurnakan semisal mengisi titik-titik dalam soal ujian disekolah. Semisal:
س: كاد……. ج: كاد العروس يكون أميرا
S: Nyaris…. J: Nyaris kemanten baru seperti seorang raja
س: كاد……. ج: كاد المنتعل يكون راكبا
S: Nyaris…. B: Nyaris orang memakai sandal seperti orang yang menaiki kendaraan.
س: كاد……. ج: كاد البخيل يكون كلبا
S: Nyaris…. B: Nyaris orang yang pelit seperti anjing.
Selanjutnya Syaikh Musthofa dalam kitab tersebut menambahkan: “Alghaz (teka-teki) ini dibuat oleh Hindun bin al-Khassi. Dia hidup diperkirakan masih memenangi Mutalammis ad-Dhab’iy (w. 43 SH/580 M). Tokoh pembuat kebijakan di zaman Jahiliyah dan Penyair ulung nama lengkapnya Jarir bin Abdul ‘Uzza atau Abdul Masih yang berasal dari penduduk al-Bahrain. Mutalammislah yang pertama kali membuat pelaturan ritual persembahan pada berhala-berhala yang dikenal dengan istilah Wasila al-Washilah¹ dan Sayyibu as-Saibah².
Waallahu A’lamu
Referensi:
Syaikh Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub al-Himyariy al-Bashiriy| At-Tijani fi Miliki Himyar| k-tab. net hal 180-181.
Syaikh Musthofa Shadiq ar-Rafi’i| Tarikhu Adabu al-Arab| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 3 hal 317.
___________________
[¹] Washilah adalah seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washiilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
[²] Saibah adalah onta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran sesuatu nadzar. Seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernadzar akan menjadikan ontanya saaibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat).