Boleh dikata, di jagat raya ini yang paling lihai mengelola kata adalah para Sastrawan atau para pujangga namun tidak banyak para Sastrawan yang mampu menuangkan imajinasinya pada bait-bait puisi menyanjung madah pada Baginda Nabi ﷺ, baik di era kesustraan klasik hingga abad modern ini.
So, para pujangga yang mampu melakukannya hanya mereka yang dimabuk cinta dan rindu pada Rasulullah ﷺ.
Berikut di antara nama beken para pujangga modern yang mampu membekukan waktu mencurahkan rindu dan cintanya pada Baginda Nabi ﷺ dengan puisi-puisinya yang indah:
1- Wulida al-Huda
Kasidah Wulida al-Huda (Nabi yang membawa petunjuk telah lahir) terdiri 45 bait dengan bahar Kamil ditulis oleh Ahmed Shawqi (17 Oktober 1868 – 14 Oktober 1932) dijuluki Pangeran Penyair, adalah salah satu pujangga penyair Arab terbesar, seorang penyair dan dramawan Mesir yang memelopori gerakan sastra Mesir modern, terutama memperkenalkan genre epos puitis ke tradisi sastra Arab.
Puisi ini pernah ditembangkan oleh penyanyi legendaris Mesir, Ummu Kulsum pada Maret 1955.
Berikut penggalan puisinya:
وُلِـدَ الـهُـدى فَـالكائِناتُ ضِياءُ
وَفَـمُ الـزَمـانِ تَـبَـسُّـمٌ وَثَناءُ
Nabi yang membawa petunjuk telah lahir, maka yang wujud adalah cahaya
Mulut waktu tersenyum dan melafalkan puja
الـروحُ وَالـمَـلَأُ الـمَلائِكُ حَولَهُ
لِـلـديـنِ وَالـدُنـيـا بِهِ بُشَراءُ
Malaikat Jibril dan sekelompok malaikat berbaris disekelilingnya
Sebab kelahirahannya dunia dan agama bergembira ria
*****
لَـو لَـم تُـقِـم ديناً لَقامَت وَحدَها
ديـنـاً تُـضـيءُ بِـنـورِهِ الآناءُ
Seandainya agama (Islam) tidak dirikan, sungguh agama itu akan tetap berdiri kokoh
Dengan sendirinya sebab pesonanya telah berpendar menerangi gelapnya malam
زانَـتـكَ في الخُلُقِ العَظيمِ شَمائِلٌ
يُـغـرى بِـهِـنَّ وَيـولَعُ الكُرَماءُ
Keindahan dalam perangaimu yang agung sungguh terpuji
Menyirat jiwa dan membuat rindu orang-orang yang mulia
أَمّـا الـجَمالُ فَأَنتَ شَمسُ سَمائِهِ
وَمَـلاحَـةُ الـصِـدّيـقِ مِنكَ أَياءُ
Adupun segala keindahan, engkaulah matahari langitnya
Senyum kejujuran darimu adalah sulur-sulur matahari yang menerangi
2- Di Dami al-Hubb
Di Dami al-Hubb (Dalam darahku ada cinta) 28 bait ditulis oleh Abdul al-Warits Ali Adam (1365 H-1442 H). Tidak temukan profil datail tentang beliau.
Berikut penggalan puisinya:
في دمي الحب للنبي يسير
وبقلبي عشق النبي يثـور
Dalam darahku ada cinta pada Nabi mengalir
Dan dalam hatiku pada Nabi bergemuruh
وبذكر الحبيب تسكن نفسي
ولذكر الرسول فاح العبير
Dengan menyebut kekasih tenanglah hatiku
Dan karena menyebut Rasul menebar harum semerbak
فهو الشمس إن أطل ظلام
وهو الظل إن أطل هجير
Dialah matahari kala kegelapan masih mencekam
Dan dialah tempat berteduh kala perjalanan masing panjang
وهو الماء طعمه سلسبيل
وهو الروض فيه زهر نضير
Dialah air yang rasanya bak telaga Salsabila
Dan dialah taman yang penuhi bunga yang merekah
إن ذكرت الحبيب أشعر أن
النفس والروح للمعالي تطير
Bila aku ingat kekasih, aku merasa
Bahwa raga dan ruhku terbang menuju Dia Yang Mulia
Waallahu A’lamu
Oleh Abdul Adzim
Disarikan dan dialih bahasakan dari https://www.aldiwan.net