ﻛﻢ ﻣﻦ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﺣﻴﻴﺘﻬﺎ ﺑﺘﻜﺮﺍﺭ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻣﻄﺎﻟﻌﺔ ﺍﻟﻜﺘﺐ ، ﻭﺣﺮّﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ ﺍﻟﻨﻮﻡ؛ ﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺒﺎﻋﺚ ﻓﻴﻪ؟
ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻧﻴﺘﻚ ﻋﺮﺽ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ، ﻭﺟﺬﺏ ﺣﻄﺎﻣﻬﺎ ﻭﺗﺤﺼﻴﻞ ﻣﻨﺎﺻﺒﻬﺎ ، ﻭﺍﻟﻤﺒﺎﻫﺎﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻗﺮﺍﻥ ﻭﺍﻷﻣﺜﺎﻝ ، ﻓﻮﻳﻞ ﻟﻚ ﺛﻢ ﻭﻳﻞ ﻟﻚ . ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺼﺪﻙ ﻓﻴﻪ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﺷﺮﻳﻌﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺗﻬﺬﻳﺐ ﺃﺧﻼﻗﻚ ، ﻭﻛﺴﺮ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺍﻷﻣّﺎﺭﺓ ﺑﺎﻟﺴﻮﺀ ، ﻓﻄﻮﺑﻰ ﻟﻚ ﺛﻢ ﻃﻮﺑﻰ ﻟﻚ.
Berapa banyak malam yang kau hidupkan dengan mengulang-ulang ilmu dan menelaah kitab-kitab dan kau mengharamkan tidur atas dirimu, aku tidak tahu apa yang menjadi motivasinya? Jika niatmu adalah harta dunia dan mencari reruntuhannya dan mewujudkan pangkat (kedudukan duniawi) dan pembanggaan diri atas kawan-kawan dan rekan-rekan, maka celakalah kamu sungguh celaka. Dan jika tujuanmu menghidupkan syariat Nabi ﷺ dan mendidik akhlaqmu dan memecah nafsu yang mengajak kejelekan, maka beruntunglah kamu sungguh beruntung. Dan benar sekali seseorang yang bersyair :
سَهْرُ العُيُوْنِ لِغَيْرِ وَجْهِكَ ضَائِعٌ ✿ وَبُكَاؤُهُنَّ لِغَيْرِ فَقْدِكَ بَاطِلٌ
Terjaganya mata karena selain dzat-Mu adalah sia-sia
Dan menangisnya pun selain karena kehilangan-Mu adalah perkara batal.
Syaikh Majduddin asy-Syairazi Fairuzabadi (1329 – 1415 M = 729 – 817 H) dalam karyanya Bashoir Dzawi at-Tamayyizi fi Lathaifi al-Kitabi al-‘Aziz mengatakan: “Di antara syarat belajar dan mengajarkan ilmu (agama) adalah ikhlas kerena Allah ﷻ, betapa banyak orang salah tujuan, menjadikan ilmu hanya sebagai pelantara untuk meraih kekayaan, pangkat, popularitas atau lainnya. Maka tidaklah heran bila mereka tidak pernah sukses memetik buah ilmu dan menggapai tujuannya (dunla akhirat).
Diceritakan, bahwa al-Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazili pernah melakukan Khalwah (memisahkan diri dari keramaian manusia untuk mengfokus diri ibadah pada Allah) selama 40 hari, berharap agar Allah ﷻ sudi menunjukkan mata air hikmah di hati Beliau yang mengalir melalui lisan berdasarkan anjuran Rasulullah ﷺ:
“من أخلص لله أربعين صباحا أظهر الله تعالى ينابيع الحكمة من قلبه على لسانه
“Barangsiapa yang ikhlas kepada Allah ﷻ selama empat puluh hari, niscaya Allah ﷻ akan menampakkan mata air hikmah dari hati ke lidahnya.”
Namun setelah 40 hari berlalu al-Imam al-Ghazali tidak kunjung menemukan tanda terbukanya tabir hikmah. al-Imam al-Ghazali sendiri heran kenapa hal ini bisa terjadi? hingga akhirnya Beliau memperoleh jawabanya melalui isyarat mimpi yang diucapkan oleh seorang Arif Billah.
الغزالي! إنك لم تخلص لله إنما أخلصت لطلب الحكمة
“Al-Ghazali! Kau tidak ikhlas karena Allah ﷻ. (Kau melakukan Khalwah) karena ingin mendapakan hikmah.
Waallah A’lamu
Oleh: Abdul Adzim
Referensi:
? Al-Ghazali| Risalah Ayya al-Walad Yuthba’u ma’a Jawahir al-Qulub| Daru al-Arqom Bairut Libanon hal 76
? Bashoir Dzawi at-Tamayyizi fi Lathaifi al-Kitabi al-‘Aziz| Majduddin asy-Syairazi Fairuzabadi| al-Maktabah al-Ilmiyah Bairut Libanon juz 1 hal 48