Dari sekian banyak narasi tentang kisah kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, ada sebuah kisah detik-detik kelahiran Rasulullah ﷺ yang jarang terekspos media.
Dalam kitab Khashoisu al-Kubro, Abu al-Fadhal Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakri as-Suyuthiy (w. 911 H) mengutip tulisan Abu Nu’im dari riwayat Ibnu ‘Abbas ra, beliau menuturkan:
“Di masa Jahiliyah dulu, ada tradisi yang turun temurun di kalangan orang Arab khususnya di Makkah. Bila seorang bayi dilahirkan saat malam hari, maka bayi tersebut ditutupi wadah semacam priok, ditinggal sendiri hingga pagi menjelang. Tidak terkecuali Rasulullah ﷺ ketika dilahirkan, mereka pun menutupi beliau dengan wadah yang sama.
Saat pagi harinya mereka mendatangi priok yang dibuat menutupi Rasulullah ﷺ. Alangkah heran dan terkejutnya mereka, ternyata priok itu terbelah menjadi dua bagian.
Dalam kitab Sabila al-Huda wa ar-Rasyad fi Sirati Khairi al-‘ibad wa Dzikri Fadhilihi wa A’lami Nubuwatihi wa Af’alihi wa Ahwalihi fi al-Muda’i al-Ma’adi, Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Shalihiy asy-Syamiy (w. 942 H) melalui riwayat al-Baihaqi dari Abi al-Hasan at-Tanukhiy, juga menceritakan:
Tradisi tersebut memang turun-temurun dilakukan oleh suku Quraisy, sebelum ditutupi wadah semacam pirok. Mereka menyerahkan bayi yang baru lahir itu pada wanita-wanita di kalangan mereka hingga pagi hari. Begitu juga Sayyidah Aminah yang terpaksa harus merelakan putranya berada di tangan wanita-wanita itu. Anehnya wadah priok yang menutupi Nabi ﷺ pecah menjadi dua dan mendapati Nabi ﷺ membuka mata sembari memandang ke arah langit.
Pada saat seperti itu Abdul Muthallib datang menghampiri wanita-wanita itu, mendengarkan pengaduan mereka:
ما رأينا مولودا مثله ووجدناه قد انفلقت عنه البرمة ووجدناه مفتوحا عينه شاخصا ببصره إلى السماء
“Seumur hidupku aku tidak pernah melihat dan menemukan bayi seperti ini. Priok yang menutupinya telah terbelah dengan mata yang terbuka memandang ke arah langit”.
Abdul Muthallib berkata:
احفظنه فإني أرجو أن يصيب خيرا.
“Rawatlah dia dengan baik, aku berharap dia tumbuh besar memeroleh kebaikkan”.
Dalam riwayat lain Abu al-Faraj Ibnu Al-Jauziy (w. 597 H) melalui riwayat Abi al-Husain bin al-Barra’ dari Sayyidah Aminah berupa hadits Mursal, beliau mengatakan: “Sayyidah Aminah pernah mengisahkan: Sesaat setelah aku melahirkannya, aku menutupinya dengan wadah, kemudian wadah itu pecah dan aku melihat putraku sedang menyesap ibu jarinya yang mengeluarkan air susu”.
Sebagian ahli Isyarat (ahli hikmah), mengartikan pristiwa terbelahnya priok yang menutupi Nabi ﷺ sebagai isyarat akan kesuksesan dan tersiarnya perkara yang di titahkan pada Nabi ﷺ kelak. Bahwa sesungguhnya beliau adalah orang yang akan memecah dan menghilangkan kedzaliman serta kejahilian (kebodohan)”.
Sementara dalam kitab al-Muntadzimu fi Tarikhi al-Muluk wa al-Umam, Syaikh Ibnu Al-Jauziy mengutip cerita dari Ibnu Saad dengan sanad yang panjang mengatakan:
“Ketika Sayyidah Aminah melahirkan Rasulullullah ﷺ, beliau mengutus utusan pada Abdul Muthallib. Pada saat itu Abdul Muthallib sedang duduk santai di atas batu bersama putra-putra dan pemuka-pemuka suku Quraisy lalu datanglah utusan Sayyidah Aminah memberi kabar, bahwa Sayyidah Aminah telah melahirkan anak laki-laki. Mendengar kabar itu, Abdul Mutallib begitu gembira lalu bergegas pergi ke rumah Sayyidah Aminah bersama orang-orang yang sejak tadi bersamanya.
Sesampai di rumah Sayyidah Aminah, Abdul Muthallib menemui Sayyidah Aminah sembari mendengarkan cerita tentang semua yang dilihat, semua yang diucapakan dan semua yang diperintahkan pada Sayyidah Aminah dari Malaikat, para Nabi dan wanita-wanita sholeh yang datang mendampingi kelahiran putranya.
Tanpa menunggu lama, Abdul Muthallib segera membawa Rasulullah ﷺ kecil memasuki Ka’bah kemudian beliau keluar lalu berdiri disamping Baitullah sembari memanjatkan doa dan mengucapkan syukur atas anugerah yang telah diberikan padanya.
Menurut Ibnu Waqid: “Bahwa Abdul Muthallib pada saat itu melantunkan doa dan syukur yang berbuyi:
الحمد لله الذي أعطاني // هذا الغلام الطيب الأردان
قد ساد في المهد على الغلمان // أعيذه بالبيت ذي الأركان
حتى أرأه بالغ البنيان // أعيذه من شر ذي شنان
من حاسد مضطرب العنان
Segala puji bagi Allah yang menagrahkan padaku // Anak yang baik lagi berakhlak mulia
Yang telah menjadi pemimpin sejak dalam buaian atas anak-anak yang lainnya // Aku mohon perlindungan untuknya dengan (Dzat Pemilik) Baitullah yang mempunyai kekuatan
Hingga aku melihatnya beranjak pemuda yang tangguh // Aku mohon perlindungan untuknya dari kejelekan suatu yang memalukan
Dari kedengkian orang yang hasud yang tidak terkendali.
Waallahu A’lamu
Oleh: Abdul Adhim
Referensi:
? Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Shalihiy asy-Syamiy| Sabila al-Huda wa ar-Rasyad fi Sirati Khairi al-‘ibad wa Dzikri Fadhilihi wa A’lami Nubuwatihi wa Af’alihi wa Ahwalihi fi al-Muda’i al-Ma’adi| Al-Mausu’ah asy-Syamilah juz 1 hal 346.
?Abu al-Faraj Ibnu Al-Jauziy| al-Muntadzimu fi Tarikhi al-Muluk wa al-Umam| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 249.
? Jalaluddin Abdurrahman Abi Bakri as-Suyuthiy| Al-Khashoishu al-Kubro| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 hal 86.