Syaikh Ismail Haqqi al-Hanafiy al-Khalwatiy al-Barousawiy (w. 1127 H) dalam tafsirnya Ruhu al-Bayan, Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 9 hal 332 mengutip dari pendapat Syaikh al-Halimiy (w. 403 H) mengatakan: “Disunnahkan bagi siapa pun yang hendak menanam biji-bijian di bumi membaca Ayat-ayat ini:
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (63) أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (64) لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ (65) إِنَّا لَمُغْرَمُونَ (66) بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (67)
Artinya: Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? (63) Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? (64) Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang, (65) (sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian, (66) bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.” (QS. Al-Waqi’ah: 63-67).
Dan hendaklah membaca Ta’awwudz sebelumnya, kemudian ditambah doa:
اللَّهُ الزَّارِعُ وَالْمُنْبِتُ وَالْمُبَلِّغُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّيْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَارْزُقْنَا ثَمَرَهُ، وَجَنِّبْنَا ضَرَرَهُ، وَاجْعَلْنَا لِأَنْعُمِكَ مِنَ الشَّاكِرِينَ.
Artinya: Allah ﷻ Dzat Yang Menanam, Menumbuhkan dan Menyampaikan, Ya Allah sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan atas Nabi Muhammad ﷺ. Ya Allah, berikanlah kepada kami buahnya, jauhkanlah dari kami bahayanya dan jadikanlah bagi kami atas nikmat-Mu sebagai orang-orang yang bersyukur.
Sementar dalam Tafsir al-Jami’ al-Ahkam al-Qur’an atau yang dikenal dengan Tafsir al-Qurthubiy karya Syaikh Muhammad Abi Bakri al-Qurthubiy (w. 671 H) cet. Mu’sasatu ar-Risalah juz 10 hal 210, ditemukan keterangan yang sama dengan redaksi yang sedikit berbeda. Dalam versi Syaikh al-Qurthubiy, Ayat yang dibaca setelah membaca Ta’wwud hanya cukup:
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (63) أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (64)
Artinya: Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? (63) Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? (64) (QS. Al-Waqi’ah: 63-64).
Lalu ditambah baca:
بَلِ اللَّهُ الزَّارِعُ وَالْمُنْبِتُ وَالْمُبَلِّغُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّيْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَارْزُقْنَا ثَمَرَهُ، وَجَنِّبْنَا ضَرَرَهُ، وَاجْعَلْنَا لِأَنْعُمِكَ مِنَ الشَّاكِرِينَ، وَلِآلَائِكَ مِنَ الذَّاكِرِينَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
Artinya: Bahkan Allah ﷻ Dzat Yang Menghidupkan tanaman, Menumbuhkan dan Menyampaikan, Ya Allah sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan atas Nabi Muhammad ﷺ. Ya Allah, berikanlah kepada kami buahnya, jauhkanlah dari kami bahayanya dan jadikanlah kami atas nikmat-Mu sebagai orang-orang yang bersyukur, dan atas kekuasaan-Mu jadikan kami orang-orang yang berdzikir (selalu ingat pada-Mu) serta berikanlah keberkahan pada kami di dalamnya Wahai Tuhan sekalian alam.”
Baik Syaikh Ismail Haqqi dan Syaikh Abu Bakri al-Qurtubiy sama-sama memberikan catatan perihal khasiat dan pesan yang terkandung dalam Ayat-ayat di atas:
Menurut Syaikh Ismail Haqqi: “Sungguh do’a (amalan) ini berkhasiat sebagai pengaman (penangkal) bagi tanaman dari segala yang membahayakan baik dari ulat (cacing), belalang, hama atau lainnya. Dan Syaikh al-Qurthubiy menambahkan: “Kami mendengar amalan ini dari orang yang dapat dipercaya dan telah kami coba hasil terbukti ampuh.
Sementara dari sisi kandungan Ayat, Syaikh Ismail Haqqi mengatakan: Ayat-Ayat ini memberikan pesan agar manusia senantiasa ingat dan bersyukur pada Allah ﷻ atas segala nikmat dan anugerah khususnya anugerah hasih pertanian dan Ayat ini juga sebagai dalil atas kekuasaan Allah ﷻ dengan analogi:
“Jika Allah ﷻ Dzat Yang Maha Kuasa menumbuhkan segala tanaman, Pasti Allah ﷻ bisa mengembalikan tanaman yang sudah mati kembali hidup lagi. Dengan kata lain bila Allah ﷻ mampu menumbuhkan biji tanaman di bumi dan menumbuhkan sperma dalam rahim, Allah ﷻ pasti bisa menghidupkan kembali manusia yang sudah mati dari dalam kuburnya melalui tulang belakangnya karena antara benih tanaman yang ditanam dan sperma yang melekat di rahim tidak ada bedanya, kedua sama. Begitu juga antara tulang belakang manusia yang tersisa dalam kuburnya sama dengan taman sawi yang hancur kemudian tersisa bijinya.”
Sedang menurut Syaikh Abu Bakri al-Qurtubiy: “Firman Allah di atas, membarikan testimonial (pembuktian) kepada mereka yang ingkar pada hari kebangkitan manusia dari alam kubur kelak di hari kiamat dengan analogi:
“Apakah kalian yang telah menumbuhkan dan yang menjadikan tanaman, kemudian tumbuh tangkai-tangkai dan biji-bijian? Ataukah Kami (Allah) yang melakukan semua itu? Bukankah kalian hanya membajak tanah dan menabur benih? Jika kalian percaya dan mengakui bahwa yang mengeluarkan tangkai-tangkai dari biji bukan kalian, bagaimana kalian bisa mengingkari keluar (bangkit)nya orang-orang yang sudah mati dari dalam kubur bisa kembali hidup lagi?”.
Adapun perihal menyandarkan kata “al-Hartsa” (menanam) pada mereka dan kata “az-Zar’ah (menumbuhkan) pada Allah ﷻ karena menanam adalah perkerjaan mereka sejalan dengan ikhtiyar mereka sedangkan yang menghidupkan dan yang menumbuhkan adalah Allah ﷻ menurut ikhtiyar Allah ﷻ bukan menurut ikhtiyar mereka sebagaimana dalih hadits yang riwayatkan Abu Hurairah ra dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
لَا يَقُولَن أحدكُم: زرعت، وَليقل: حرثت، فإن الزارع هو الله
“Janganlah sekali-sekali salah satu di antara kalian mengatakan: “Zara’tu” (Aku menumbuhkan) tapi hendaklah mengatakan: “Haratstu” (Aku yang menanam) karena sesungguhnya yang menumbuhkan (tanaman) adalah Allah ﷻ”.
Abu Hurairah ra berkata: Apakah kalian tidak mendengar firman Allah ﷻ:
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (63) أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (64)
Artinya: Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? (63) Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? (64).” (QS. Al-Waqi’ah: 63-64).
Waallahu A’lamu
Oleh: Abdul Adhim
Referensi:
?Syaikh Ismail Haqqi al-Hanafiy al-Khalwatiy al-Barousawiy| Ruhu al-Bayan fi Ulumu al-Qur’an| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 9 hal 332
? Syaikh Muhammad Abi Bakri al-Qurthubiy| Tafsir al-Jami’ al-Ahkam al-Qur’an| Mu’sasatu ar-Risalah juz 10 hal 210