Oleh: Zainal Arifin
🔶Sejatinya puasa Ramadhan ialah mencegah dari hal hal yang dapat membatalkan puasa dan menahan syahwat sejak keluarnya fajar shadiq sampai terbenamnya matahari, oleh karenanya Allah SWT telah menjanjikan pahala besar berupa diampuninya segala dosa serta disucikannya segala kesalahan.
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻗﺎﻝ: «ﻣﻦ ﺻﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻭاﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻪ، ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻡ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪﺭ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻭاﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻪ»
___”Dari Abi Hurairah RA. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda ((Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap pahala yang besar dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukan, dan barang siapa beribadah pada malam qadar karena iman kepada Allah dan mengharap pahala yang besar dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukan))” [HR Bukhori]___
🔶Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany mengomentari hadits ini bahwa yang dimaksud dengan iman disini ialah meyakini secara benar tentang kewajiban puasa Ramadhan, sementara yang dimaksud dengan ihtisab ialah mengharap pahala dari Allah SWT.
🔶Senada dengan komentar diatas al-Khottoby mengartikan ihtisab dengan orang yang berpuasa karena mengharapkan pahala puasa, dirinya merasa nyaman dengan berpuasa dan tidak merasakan berat atau merasa siang harinya semakin panjang bahkan ia memanfaatkan harinya yang panjang untuk mendapatkan pahala puasa yang amat besar.
عن ﺃبي ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪﺭﻱ ﻳﻘﻮﻝ: ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: «ﻣﻦ ﺻﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ، ﻭﻋﺮﻑ ﺣﺪﻭﺩﻩ، ﻭﺗﺤﻔﻆ ﻣﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﺤﻔﻆ ﻓﻴﻪ، ﻛﻔﺮ ﻣﺎ ﻗﺒﻠﻪ»
___”dari Abi Said al-Khudri beliau berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ((barangsiapa mengerjakan puasa Ramadhan dan mengetahui batasannya serta menjaga hal-hal yang semestinya dijaga pada saat berpuasa, maka diampuni dosa-dosa yang telah dilakukan))” [HR Ahmad]___
Demikian semoga bermanfaat🙏🙏
Disadur dari___ ___Ittihaf al-Anam bi Ahkam al-Shiyam Karya Dr. Zain bin Muhammad bin Husain al-Idrus al-Baalawi, hal. 283-284, Maktabah al-Majallad al-Araby🔶