SYAICHONA.NET- Bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak setelah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadhan. bulan Sya’ban adalah bulan yang diistimewakan oleh nabi Muhammad SAW. dan juga di agungkan sehingga selayaknya bagi kaum muslimin juga mengagungkan bulan ini. Di bulan Sya’ban ini nabi Muhammad SAW. tidak pernah berpuasa yang lebih banyak dari pada bulan Sya’ban selain dari bulan Ramadhan, ini bisa kita simpulkan bahwa nabi Muhammad SAW. mengagungkan di bulan Sya’ban seperti yang di riwayatkan oleh Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu’ anhu.
يصوم حتّى نقول :لا يفطر,ويفطر حتّى نقول : لا يصوم, فما رأيت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم استكمل صيام شهر إلا رمضان, وما رأيته اكثر صياما منه في شعبان
Artinya : terkadang nabi sallallu alaihi wasallam. Puasa beberapa hari sampai kami katakan, beliau tidak pernah tidak puasa, dan beliau tidak puasa terus, sehingga kami katakan , beliau tidak melakukan puasa dan saya tidak melihat nabi sallallu alaihi wasallam. Berpuasa sebulan penuh kecuali dibulan ramadan, saya juga tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika dibulan sya’ban. (HR. Bukhori Muslim).
Baca juga : inilah mengapa bulan Rajab dinamakan bulan haram
Menelisik dari segi linguistik, Al-Imam Abdurrahman As-Syafury dalam literatur momumentalnya Nuzatul Majalis wa Muntakhabun Nafa’is mengatakan bahwa kata Sya’ban merupakan singkatan dari huruf shin yang berarti kemuliaan (الشّرف). Huruf ain yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi yang terhormat (العلوّ). Huruf ba’ yang berarti kebaikan (البرّ). Huruf alif yang berarti kasih sanyang (الالفة). Huruf nun yang berarti cahaya (النّور).
Melalui penjelasan di atas, tampak sangat jelas kandungan keistimewaan dan keutamaan bulan Sya’ban ini. Sehingga tidak heran ketika memasuki bulan ini, kaum muslim menyambutnya dengan penuh antusias dan kegembiraan. Berbagai aneka ragam ibadah di lakukan dengan penuh semarak, mulai dari puasa, meramaikan masjid dengan shalat wajib lima waktu dan shalat-shalat sunah secara berjamaah.
Dijelaskan pula dalam kitab Lathoif Al Ma’arif mengenai bulan Sya’ban bahwa Abu Bakr Al- Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:
مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ
Artinya : Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagamana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.
Selain itu di bulan Sya’ban tersebut juga mempunyai beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan Sya’ban. Dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menyebutkan tiga peristiwa penting yang terjadi pada kehidupan beragama seorang Muslim.
1. Peralihan Kiblat
Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban. Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban. Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri menghadap langit setiap hari menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu seperti Surat Al-Baqarah ayat 144 berikut.
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Artinya, “Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”
2. Penyerahan Keseluruhan Amal kepada Allah SWT.
Salah satu hal yang menjadikan bulan Sya’ban utama adalah bahwa pada bulan ini semua amal kita diserahkan kepada Allah SWT. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad SAW. “Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah SWT. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.” Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini adalah penyerahan seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh. Walaupun, menurut Sayyid Muhammad Alawi, ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal kepada Allah selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan. Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu.
3. Penurunan Ayat tentang Anjuran Shalawat untuk Rasulullah SAW.
Pada bulan Sya’ban juga diturunkan ayat anjuran untuk bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW, yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya, “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” Ibnu Abi Shai Al-Yamani mengatakan, bulan Sya’ban adalah bulan shalawat. Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriyah.
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban juga mencatat bahwa para salafus shalih (ulama klasik) mentradisikan tadarus Al-Qur’an dan mengeluarkan harta mereka untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin selama bulan menyongsong Ramadhan ini.
Dan malam nisfu sya‘ban yang menjadi momen ditunggu masyarakat. Mereka memanfaatkan waktu setelah sembahyang Maghrib untuk membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali. Aktivitas ini biasanya diiringi dengan berdoa kepada Allah agar diberikan umur panjang, rezeki yang halal, wafat dalam keadaan husnul khatimah, atau lainnya.
Referensi :
Kitab Ma Dza fi Sya‘ban karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
Kitab Nuzatul Majalis wa Muntakhabun Nafa’is karya Al-Imam Abdurrahman As-Syafuri
Kitab Lathoif Al Ma’arif